Selasa, 31 Desember 2019

Siap-siap! Ending Perang Dagang di Depan Mata

Siap-siap! Ending Perang Dagang di Depan Mata
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
PT Rifan - China dan Amerika Serikat (AS) dikabarkan segera melakukan penandatanganan kesepakatan damai perang dagang Fase I akhir pekan ini.

Menurut sumber South China Morning Post, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi ke Washington, Sabtu (4/1/2020).

"Washington telah mengirim undangan dan Beijing telah menerimanya," kata sumber yang enggan disebutkan namanya itu.

Menurutnya delegasi China akan tinggal beberapa hari di AS hingga pertengahan pekan depan.

AS dan China sudah memulai perang dagang selama hampir dua tahun. Kedua negara saling menetapkan tarif pada barang impor dari masing-masing negara.

Pertikaian membuat situasi global tidak stabil. Bahkan sukses membuat ekonomi dunia melambat.

Meski demikian belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China soal ini. South China Morning Post belum mendapat konfirmasi lebih lanjut.

Sementara itu, Penasehat Ekonomi Gedung Putih Peter Navarro dalam sebuah interview juga enggan mengonfirmasi hal ini.

"Jangan percaya sumber anonim. Kecuali didapat dari Presiden Trump atau ... Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer," katanya.

"Bisa saja kami menandatangani itu pekan depan atau masih menunggu terjemahan."

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memang menyatakan Fase I perjanjian dagang akan ditantangani dalam waktu dekat.

Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer bahkan sempat berujar penandatanganan akan dilakukan di minggu pertama Januari 2020.

Pada awal Desember lalu, AS membatalkan tarif yang seharusnya berlaku pada barang China di 15 Desember. AS juga menurunkan tarif yang sudah berlaku sebelumnya dari 15% ke 7,5%. (sef/sef)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 30 Desember 2019

Optimisme Damai Dagang Gagal Bawa Bursa Asia Menghijau

Optimisme Damai Dagang Gagal Bawa Bursa Asia Menghijau
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)
PT Rifan Financindo Berjangka - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (30/12/2019).

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei terkoreksi 0,28% indeks Shanghai melemah 0,23%, dan indeks Kospi turun 0,07%.

Tingginya ekspektasi bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu gagal memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.
 
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Belum lama ini, Trump mem-posting sebuah cuitan yang isinya mengatakan bahwa dirinya telah melangsungkan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan beberapa hal, termasuk kesepakatan dagang kedua negara. Pembicaraan tersebut dilakukan melalui sambungan telepon.

"Telah melangsungkan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China terkait kesepakatan dagang kami yang begitu besar. China telah memulai pembelian produk agrikultur dan produk-produk lainnya secara besar. Formalisasi kesepakatan dagang sedang disiapkan. Juga berbicara mengenai Korea Utara, di mana kami bekerja sama dengan China, & Hong Kong (progres!)," cuit Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.

Lebih lanjut, bursa saham Asia melemah kala Wall Street sukses mencetak rekor. Pada penutupan perdagangan hari Jumat, (27/12/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,08%, indeks S&P 500 menguat 0,11 poin, sementara indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,17%. Indeks Dow Jones dan indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Jika dihitung di sepanjang bulan Desember (hingga penutupan perdagangan hari Jumat), indeks Dow Jones sudah melejit 2,12%, indeks S&P 500 melesat 3,15%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 3,94%.

Pada pukul 15:30 WIB, data perdagangan internasional Hong Kong periode November 2019 akan dirilis.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
 

Jumat, 27 Desember 2019

Yuk Intip Jejak Santa Claus Rally di Pasar Emas Global

Yuk Intip Jejak Santa Claus Rally di Pasar Emas Global
Foto: REUTERS/Edgar Su

PT Rifan Financindo - Santa Claus Rally ternyata terjadi juga di pasar spot emas global, yang menunjukkan bahwa Santa juga datang ke pasar komoditas logam mulia kuning itu, tidak hanya di pasar saham dan obligasi.

"The Santa Claus Rally" secara umum didefinisikan secara luas sebagai penguatan pasar yang terjadi di hari-hari kejepit nasional di antara libur Natal dan Tahun Baru, atau secara formalnya dapat dijelaskan sebagai penguatan pasar pada 5 hari bursa terakhir ditambah 2 hari pertama setelah tahun baru.

Meskipun Santa Rally lumrahnya ditemui di pasar saham Wall Street, harga spot emas Refinitiv menunjukkan harga spot emas lebih banyak menguat karena koreksi hanya terjadi tiga kali dalam 10 tahun terakhir.

Penguatan terbesar terjadi pada akhir 2017 di mana harga emas naik menjadi US$ 1.312/troy ounce (onz) pada 3 Januari 2018 dari posisi US$ 1.274,61/oz pada 22 Desember 2017. Selain pada 2017, penguatan harga spot emas global juga terjadi pada tahun 2009, 2012, 2013, 2014, 2016, dan 2018.

Meskipun naik pada periode Santa Rally, pergerakan komoditas logam mulia tersebut di periode yang sama tetapi dengan rentang yang lebih panjang yaitu untuk sepanjang Desember dalam 10 tahun terakhir masih lebih banyak turunnya.

Naiknya harga emas di pasar spot dunia juga menjadi cerminan saktinya sentimen pemolesan laporan investasi pelaku pasar keuangan dunia, terutama ketika kekhawatiran terhadap perang dagang Amerika Serikat (AS)-Chian justru sedang mereda.

Padahal, kodrat emas adalah instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) sehingga emas sering digunakan sebagai alat lindung nilai (hedging) terhadap instrumen keuangan lain ketika kondisi pasar sedang tidak kondusif.

Tahun ini, kemungkinan Santa Rally akan terjadi juga di pasar spot emas dunia karena hingga Jumat hari ini (27/12/2019) pergerakan komoditas tersebut sudah mulai terendus karena di pasar global masih menguat, terutama jika harga emas spot saat ini dibanding harga pada 20 Desember, 23 Desember, 24 Desember, 25 Desember, dan 26 Desember.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Aura Damai Dagang Terasa, Bursa Saham Asia Menghijau

Aura Damai Dagang Terasa, Bursa Saham Asia Menghijau
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)
PT Rifan Financindo - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan hari ini, Jumat (27/12/2019), di zona hijau.
Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei menguat 0,12%, indeks Hang Seng naik 0,61%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,12%.

Langkah China yang sudah semakin membuka perekonomiannya kepada dunia menjadi salah satu faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Asia. Melansir Bloomberg, China mengumumkan bahwa pihaknya akan menurunkan bea masuk bagi sebanyak 859 jenis produk impor mulai awal tahun depan.

Kementerian Keuangan China menyebut bahwa pihaknya akan menerapkan bea masuk sementara yang lebih rendah dari bea masuk yang dikenakan terhadap barang-barang dari most-favored-nation (MFN).

Daging babi beku, alpukat beku, hingga beberapa jenis semikonduktor termasuk ke dalam daftar produk yang bea masuknya akan dikurangi oleh Beijing.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, bea masuk terhadap daging babi beku akan dipangkas menjadi 8%, dari tarif MFN yang sebesar 12%, sedangkan bea masuk terhadap alpukat beku akan dikurangi menjadi 7%, dari tarif MFN sebesar 30%.

Pada tahun 2018, nilai dari 859 jenis produk impor tersebut adalah sekitar US$ 389 miliar atau sekitar 18% dari total impor China kala itu yang senilai US$ 2,14 triliun.

Penguarangan bea masuk ini bisa dinikmati oleh negara-negara yang menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Sementara itu, bagi negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China, bea masuknya bisa menjadi lebih rendah lagi.

Dilansir dari Bloomberg, negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China meliputi Selandia Baru, Peru, Kosta Rika, Swiss, Islandia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Georgia, Chili, dan Pakistan.

Sekedar mengingatkan, perang dagang AS dengan China pada awalnya dipicu oleh kekesalan Trump terhadap besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China. Kemudian, komplain AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam semakin mengeskalasi perang dagang antar keduanya.

Berbicara mengenai besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China, hal ini salah satunya disebabkan oleh hambatan, baik tarif maupun non-tarif, yang diterapkan China guna melindungi perusahaan-perusahaan domestik.

Kini, langkah China untuk semakin membuka pasar domestiknya dengan menurunkan besaran bea masuk terhadap produk-produk impor tentu diharapkan akan semakin melunakkan AS dalam negosiasi dagang kedua negara.

Sebagai catatan, menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.

Lebih lanjut, rilis data ekonomi yang menggembirakan ikut memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pada pagi hari ini, tingkat pengangguran Jepang periode November 2019 diumumkan berada di level 2,2%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir Trading Economics.

Kemudian, pembacaan awal atas data produksi industri Jepang periode November 2019 hanya menunjukkan koreksi sebesar 0,9% secara bulanan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 1,4%.
 
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 26 Desember 2019

Masih Aura Libur Natal, Bursa Tokyo Dibuka Flat

Masih Aura Libur Natal, Bursa Tokyo Dibuka Flat
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan - Saham-saham di Asia diperdagangkan di zona merah pada perdagangan Kamis (26/12/2019).

Bursa Tokyo misalnya mencatat awal yang flat untuk perdagangan di hari setelah perayaan Natal ini.

Indeks Nikkei 225 di bursa Jepang misalnya turun 0,03% atau 6,41 poin ke 23.776,46.

Sementara Topix juga juga turun 0,02% atau 0,41 poin ke 1.721,01.

Sedangkan Kospi di bursa Korea Selatan, dibuka turun 0,17%.

Penurunan saham raksasa Samsung Elektronics hingga 0,91% menjadi penyebab.

Meski bursa Jepang dan Korsel tetap buka seperti biasa, pasar di kawasan Asia dan Pasific lain masih tutup karena libur Natal.

Sejumlah bursa yang tutup antara lain, Hong Kong, Australia dan Selandia Baru. (sef/sef)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 25 Desember 2019

Trading Forex: Jeblok Lagi, Kalo Jual Pound Bisa Cuan Berapa?

Foto: Ilustrasi koin Poundsterling (REUTERS / Dado Ruvic)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling kembali jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (23/12/2019), melanjutkan performa buruk pada pekan lalu.

Pada pukul 19:50 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2938, menguat 0,5% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada pekan lalu, atau tepatnya dalam empat hari perdagangan poundsterling anjlok 2,44%, sehingga jika ditotal dalam lima hari perdagangan hingga malam ini pounsterling telah melemah nyaris 3%.

Jika dilihat secara pip, mata uang negeri John Bull ini turun 391 pip. Pip adalah satuan poin terkecil untuk mewakili perubahan harga dalam trading forex. 1 pip dalam poundsterling senilai US$ 10 jika bertransaksi sebesar 1 lot.

Dalam trading forex, ketika terjadi penurunan harga maka posisi jual atau short akan memperoleh cuan. Poundsterling lawan dolar AS disimbolkan dengan GBP/USD dalam trading forex.

Seorang trader yang mengambil posisi short pada Senin (16/12/2019), dan menahan posisinya hingga hari ini, tentunya akan akan mendapat cuan 391 pip x US$ 10 = US$ 3.910 atau jika di-rupiah-kan lebih dari Rp 54 juta (kurs US$ 1 = Rp 13960). Jumlah profit belum termasuk potongan komisi dan bunga menginap yang berbeda-beda di setiap broker.

Untuk membuka 1 lot kontrak standar dibutuhkan modal yang berbeda-beda tergantung berapa leverage (rasio antara dana si trader sendiri dan dana pinjaman) yang digunakan oleh trader.

Tanpa leverage untuk membuka posisi 1 lot dibutuhkan modal sebesar US$ 100.000. Modal itu tentunya sangat besar, sehingga broker-broker memberikan leverage agar trading menjadi lebih terjangkau.

Di Indonesia sendiri broker pada umumnya menyediakan leverage 1:100, maka jumlah modal yang dibutuhkan atau dikenal dengan margin untuk membuka 1 lot standar adalah 100.000/100 = US$ 1.000.

Dengan asumsi investasi menggunakan modal US$ 10.000, maka cuan yang dihasilkan sebesar 39% saat mengambil posisi short GBP/USD dengan transaksi 1 lot dalam lima hari.

Risiko Hard Brexit Buat Poundsterling Jeblok
Jebloknya performa poundsterling dimulai sejak Selasa (17/12/2019) lalu setelah CNBC International mengutip media lokal mewartakan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan mengamandemen undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill), sehingga masa transisi tidak bisa diperpanjang lagi.

Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, dengan demikian perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020, dengan masa transisi yang berlangsung hingga akhir tahun depan.




Kecemasan pelaku pasar akan risiko hard Brexit semakin nyata setelah Jumat (20/12/2019) pekan lalu PM Johnson resmi mengajukan amandemen tersebut ke Parlemen Inggris. Hasilnya mayoritas anggota parlemen setuju, dan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut di awal tahun depan.

Dengan amendemen tersebut, Inggris kemungkinan besar akan bercerai dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Januari 2020, dan masa masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa berlangsung hingga akhir tahun depan. Amandemen Withdrawal Agreement Bill menghalangi terjadinya perpanjangan masa transisi.

Sementara itu dari Brussel pejabat Uni Eropa mengatakan jadwal perundingan dagang dengan Inggris "kaku" dan cenderung membatasi ruang lingkup untuk mencapai kesepakatan dagang.

Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat. PM Johnson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut, yang memicu kecemasan akan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit). Poundsterling pun jeblok.


TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 23 Desember 2019

AS-China Mesra, Indeks Shanghai Malah Dibuka Melemah

AS-China Mesra, Indeks Shanghai Malah Dibuka Melemah
Foto: Shanghai Stock Exchange ( REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham China mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (23/12/2019), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai turun 0,2% ke level 2.999,04, sementara indeks Hang Seng selaku indeks saham acuan di Hong Kong naik 0,55% ke level 28.024,62.

Bursa saham China melemah kala perkembangan terkait hubungan AS-China di bidang perdagangan terbilang positif.

Seperti yang diketahui, AS dan China sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.

Namun, di sepanjang pekan lalu sempat ada kekhawatiran terkait dengan peluang ditekennya kesepakatan dagang tahap satu.

Walaupun Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Lebih lanjut, melansir CNBC International, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang berulang kali mengelak dari pertanyaan terkait dengan detil kesepakatan dagang tahap satu dengan AS.

Namun, dalam wawancara dengan CNBC International, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang akan bisa diteken pada bulan Januari.

Kemudian, cuitan Trump kini semakin mempertegas bahwa kesepakatan dagang akan benar-benar bisa diteken. Pada hari Jumat waktu setempat, Trump memposting sebuah cuitan yang isinya mengatakan bahwa dirinya telah melangsungkan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan beberapa hal, termasuk kesepakatan dagang kedua negara. Pembicaraan tersebut dilakukan melalui sambungan telepon.

"Telah melangsungkan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China terkait kesepakatan dagang kami yang begitu besar. China telah memulai pembelian produk agrikultur dan produk-produk lainnya secara besar. Formalisasi kesepakatan dagang sedang disiapkan. Juga berbicara mengenai Korea Utara, di mana kami bekerja sama dengan China, & Hong Kong (progres!)," cuit Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.

TIM RISET CNBC INDONESIA(ank/ank)

Jumat, 20 Desember 2019

Bank Sentral Inggris Tambah Derita Poundsterling yang Terluka

Bank Sentral Inggris Tambah Derita Poundsterling yang Terluka
PT Rifan Financindo - Nilai tukar poundsterling kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (19/12/2019). Dalam dua hari terakhir, mata uang Negeri John Bull ini anjlok nyaris 2%.

Di awal perdagangan hari ini, poundsterling sebenarnya mampu menguat 0,42%, tetapi kemudian berbalik melemah 0,34% ke level US$ 1,3031 pada pukul 20:40 WIB. Namun Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) hari ini menambah derita poundsterling.

Dalam pengumuman kebijakan moneter sore tadi, BoE mempertahankan suku bunga acuannya 0,75%, tetapi dua dari sembilan anggota pembuat kebijakan (Monetary Policy Committee/MPC) memilih menurunkan suku bunga. Ini berarti suara mempertahankan suku bunga tidak bulat dalam dua pengumuman kebijakan moneter beruntun.

Suara yang tidak bulat menandakan jika sebagian anggota dewan BoE melihat Inggris perlu stimulus untuk mempercepat perputaran roda perekonomian. Tidak hanya menunjukkan terbelahnya suara anggota, BoE juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 menjadi 0,1% dari sebelumnya 0,2%. Poundsterling pun berbalik ke zona merah.


Sebelumnya dalam dua hari terakhir poundsterling tertekan setelah CNBC International mengutip media local mewartakan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill), sehingga masa transisi tidak bisa diperpanjang lagi.

Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, dengan demikian perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020, dengan masa transisi yang berlangsung hingga akhir tahun depan.

Ketika ditanya mengenai apakah pemerintah akan melegislasi pembatasan masa transisi tidak lebih dari tahun 2020, salah satu menteri senior Inggris, Michael Gove mengatakan "tepat sekali", sebagaimana diwartakan CNBC International.
 
Di tempat terpisah, dari Brussel pejabat Uni Eropa mengatakan jadwal perundingan dagang dengan Inggris "kaku" dan cenderung membatasi ruang lingkup untuk mencapai kesepakatan dagang.

Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat. PM Johnson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut, yang memicu kecemasan akan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit). Dus, poundsterling langsung jeblok.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/ags)

Kamis, 19 Desember 2019

Seia-Sekata, Euro Ikuti Jebloknya Poundsterling

Seia-Sekata, Euro Ikuti Jebloknya Poundsterling 
Rifan FinancindoNilai tukar euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (18/12/2019) setelah mencatat penguatan dua hari beruntun. Berbeda dengan Selasa kemarin, mata uang 19 negara ini akhirnya mengikuti jebloknya nilai tukar poundsterling.

Pada pukul 20:42 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1113 melemah 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama poundsterling merosot 0,48%. Sementara pada Selasa kemarin euro berhasil menguat tipis 0,06% di saat poundsterling jeblok 1,5%.

Dua mata uang Benua Biru kini seia-sekata, euro bahkan melemah saat beberapa ada kabar bagus dari Jerman. Ifo melaporkan iklim indeks iklim bisnis Jerman mengalami kenaikan menjadi 96,3 di bulan ini, dari bulan sebelumnya 95,1. 

Data ini menunjukkan pelaku usaha semakin optimistis menatap kondisi ekonomi negeri Panzer enam bulan ke depan. Ketika dunia usaha semakin optimistis maka investasi tentunya akan semakin besar yang dapat menggerakkan roda perekonomian.

Reuters mewartakan data dari Ifo tersebut menunjukkan perekonomian Jerman akan tumbuh moderat di kuartal IV-2019. Itu artinya resesi yang mengancam perekonomian terbesar di Eropa ini semakin menjauh.

Meski demikian, data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja euro pada hari ini. Kemungkinan terjadinya hard Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun) yang kembali menguat membuat poundsterling jeblok, dan turut menyeret euro.

Setelah Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas di parlemen, kini Johnson dikabarkan akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill). 

CNBC International mengutip media local mewartakan PM Johnson akan merevisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Dengan singkatnya masa transisi, pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat PM Jonhson dikatakan akan melakukan pendekatan lebih keras di masa transisi itu. Hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa alias hard Brexit, poundsterling pun nyaris anjlok 2% sejak Selasa kemarin, dan euro terseret.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 18 Desember 2019

Tunggu Kejelasan Damai Dagang, Bursa Saham China Memerah

Tunggu Kejelasan Damai Dagang, Bursa Saham China Memerah
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)
PT Rifan - Bursa saham China mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (18/12/2019), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai melemah tipis 0,03% ke level 3.021,47, sementara indeks Hang Seng selaku indeks saham acuan di Hong Kong naik 0,37% ke level 27.946,74.

Bursa saham China diterpa tekanan jual seiring dengan penantian investor terhadap kejelasan dari kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Seperti yang diketahui, menjelang akhir pekan kemarin AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember.

Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Namun, ada ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Dikhawatirkan, ketidakjelasan ini pada akhirnya akan membuat kesepakatan dagang tahap satu antara kedua negara justru gagal diteken.

Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.

Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 17 Desember 2019

Muncul Sinyal Poundsterling Akan Melesat, Mau Beli?

Muncul Sinyal Poundsterling Akan Melesat, Mau Beli?
Foto: Ilustrasi mata uang poundsterling (REUTERS/Benoit Tessier)
PT Rifan Financindo BerjangkaMata uang poundsterling Inggris kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (16/12/2019), bahkan muncul sinyal akan melesat lebih tinggi. Pada pukul 19:44 WIB, poundsterling menguat 0,34% ke US$ 1,3372 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Poundsterling meroket ke level tertinggi 19 bulan pada hari Jumat setelah Partai Konservatif memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas dalam di parlemen. Partai yang juga disebut Tory ini meraih kursi sebanyak 365 dari 650 kursi parlemen. Jumlah tersebut bertambah sebanyak 47 kursi dibandingkan Pemilu 2017 lalu. 

Sementara itu, lawan terberatnya Partai Buruh meraih 203 kursi, berkurang 59 kursi dibandingkan Pemilu 2017. Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson.

Dengan kemenangan ini, Boris Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintah Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kursi mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.

Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.

Dengan kemenangan Tory, Brexit dikatakan akan selesai pada bulan depan. "PM Johnson akan menyelesaikan Brexit pada 31 Januari, dan selanjutnya menyelesaikan perjanjian dagang dengan Uni Eropa pada akhir 2020," kata Sekretaris Kabinet Inggris, Michael Gove, sebagaimana dilansir Reuters. 

Beberapa bank investasi ternama sebelumnya memprediksi poundsterling melesat jika Partai Konservatif meraih kursi mayoritas di parlemen.

Bank of America Merrill Lynch memprediksi poundsterling menguat ke US$ 1,39 di akhir tahun 2020. Bank Morgan Stanley bahkan lebih bullish lagi dengan merekomendasikan beli (posisi long) bagi poundsterling sebagai salah satu dari 10 trading terbaiknya di 2020. Morgan Stanley menargetkan poundsterling berada di level US$ 1,4 di akhir kuartal I-2020.

Kini mulai muncul sinyal poundsterling akan melesat. Reuters melaporkan berdasarkan data kontrak berjangka, para spekulator mengurangi posisi jual bersih (net short) menjadi US$ 1,861 miliar pada pekan yang berakhir 10 Desember. Ini berarti para spekulator sudah melihat peluang poundsterling akan melesat naik ke depannya.

Bagaimana berniat untuk beli?

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 16 Desember 2019

Waspada Ancaman Perang Dagang AS-Eropa

Waspada Ancaman Perang Dagang AS-Eropa
Foto: Donald Trump menjadi Thanos (Screenshot Twitter @TrumpWarRoom)
PT Rifan Financindo - Amerika Serikat (AS) dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan lagi tarif hingga 100% pada produk-produk Eropa, yang belum dikenai tarif.

CNBC International melaporkan akhir pekan lalu, Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) telah menerbitkan dokumen daftar barang-barang Eropa yang akan dikenai tarif hingga 100%. Beberapa barang yang menjadi target di antaranya adalah wiski Irlandia dan Scotch serta Cognac.

Selain itu, minyak zaitun Spanyol dan keju Prancis hingga pisau Jerman dan fillet ikan Portugis, juga diperkirakan akan dijatuhi tarif hingga 100%.

Tarif baru ini merupakan buntut dari perselisihan kedua negara dalam hal pemberian subsidi ilegal oleh pemerintah Eropa untuk perusahaan pesawat Airbus.

AS telah lama berpendapat bahwa subsidi yang diberikan UE untuk Airbus, merugikan perusahaan pesawat AS Boeing. AS juga mengatakan UE telah melanggar peraturan WTO dalam hal pemberian subsidi itu.

Pada Oktober lalu, AS telah mengenakan tarif 10% untuk pesawat sipil besar dan 25% untuk barang pertanian dari Eropa. Penerapan tarif diumumkan setelah AS mendapat izin dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Lembaga itu memutuskan AS menang dalam tuntutannya terhadap UE dan membiarkan pemerintahan Presiden Donald Trump menjatuhkan tarif sebagai hukuman atas langkah pemberian subsidi oleh UE kepada Airbus.

"Sebagai akibat dari kegagalan UE untuk menangani subsidi ini, pada 18 Oktober, Amerika Serikat mengenakan tarif 10% pada pesawat sipil besar dan 25% pada produk pertanian dan lainnya dari UE," tulis USTR dalam dokumen yang terbit 2 Desember.

Sebelumnya pada awal tahun ini, USTR juga telah menerbitkan daftar beberapa barang Eropa senilai lebih dari US$ 10 miliar yang akan dikenai tarif terkait masalah Airbus.

Menanggapi kabar dimasukkannya kembali wiski hingga Cognac ke dalam daftar tarif AS, analis Bernstein Trevor Stirling mengatakan langkah ini menunjukkan bahwa ancaman tarif AS memang belum hilang.

"Ini adalah perombakan penuh, kami berpotensi melihat tarif diterapkan, yang kami tekankan sebagai kemungkinan dua bulan lalu," kata Stirling dalam sebuah catatan kepada klien broker. (sef/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 13 Desember 2019

Inggris dan Amerika Bawa Rupiah Berjaya, Nomor 2 di Asia!

Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Pelaku pasar sedang berbahagia karena damai dagang AS-China sepertinya semakin di depan mata.

Pada Jumat (13/12/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.975 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,07% terhadap dolar AS. Penguatan rupiah terkesan agak 'kebetulan' karena mata uang Tanah Air hampir sepanjang hari menghuni zona merah.

Namun hari ini, penguatan rupiah tidak lagi berbau 'keberuntungan'. Rupiah sudah mantap menguat, ajeg sejak sebelum pasar spot dibuka. Kemungkinan besar penguatan ini akan bertahan hingga lapak ditutup, dan rupiah pun bisa memberi kado akhir pekan yang manis bagi Indonesia.

Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini yang masih melemah hanya dolar Hong Kong, yen Jepang, dan won Korea Selatan.

Rupiah bahkan menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:08 WIB:


AS-China Siap Teken Kesepakatan?
Pelaku pasar semringah karena hubungan AS-China yang terus membaik. Kabar terbaru, AS siap untuk menunda atau bahkan membatalkan pengenaan bea masuk baru untuk importasi produk China senilai US$ 160 miliar yang sedianya berlaku 15 Desember.

Tidak hanya itu, Reuters memberitakan AS juga akan memberi diskon 50% atas bea masuk yang berlaku selama masa perang dagang lebih dari setahun terakhir. Sebagai informasi, AS telah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk made in China senilai US$ 550 miliar selama periode tersebut.

Namun memang tidak semua bea masuk yang akan didiskon, tetapi US$ 375 miliar-nya saja. Menurut sumber yang dekat dengan tim negosiator dagang AS-China, tawaran-tawaran dari AS itu bisa berlaku segera jika China setuju.

China pun memberi respons positif. Seperti dikutip dari Reuters, China berencana membeli produk pertanian AS senilai US$ 50 miliar tahun depan. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2017, sebelum perang dagang

Optimisme yang merebak di Washington dan Beijing membuat Presiden AS Donald Trump tampak semringah. Dalam cuitan di Twitter, eks taipan properti itu menegaskan kesepakatan dagang AS-China sudah sangat dekat.

"Kita sudah sangat dekat untuk sebuah kesepakatan dengan China. Mereka menginginkannya, begitu juga kita!" cuit Trump.


Damai dagang AS-China yang sepertinya semakin dekat dengan kenyataan membuat pelaku pasar ogah bermain aman. Dengan prospek pertumbuhan ekonomi global seiring membaiknya arus perdagangan dunia, saatnya bermain agresif dan mengambil risiko.

Arus modal asing pun menyemut ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hasilnya jelas, rupiah dkk di Asia tidak punya pilihan selain menguat

Partai Konservatif (Sepertinya) Menang di Pemilu Inggris
Kabar dari Inggris juga menjadi sentimen positif di pasar. Kemarin, rakyat Inggris memilih anggota parlemen dalam Pemilu yang dipercepat. Semestinya Pemilu di Negeri Big Ben baru terjadi pada 2022.

Hasil exit poll menujukkan Partai Konservatif bakal memenangi Pemilu. Tories adalah partai penguasa di Palace of Westminster, gedung parlemen Inggris.

Reuters mewartakan, exit poll memberi gambaran bahwa Partai Konservatif akan memenangkan 368 kursi dari 650 yang tersedia di parlemen. Sementara Parta Buruh mendapat 191 kursi, Partai Nasional Skotlandia 55 kursi, dan Partai Liberal Demokrat 13 kursi.

Artinya, kemungkinan besar Boris Johnson masih akan menjabat sebagai Perdana Menteri. Tidak ada perubahan kepemimpinan. Ini membuat proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) diharapkan lebih mulus, karena tidak ada perubahan kebijakan.

Denga harapan soft Brexit pada Januari 2020, satu risiko bisa dicoret dari daftar. Ditambah dengan potensi damai dagang AS-China yang kian besar, risk appetite investor membucah sehingga mata uang Asia bak tertimpa dunia runtuh.

Dulu presiden Indonesia pertama Soekarno pernah mengatakan "Inggris kita linggis, Amerika kita setrika". Namun hari ini, justru dua negara tersebut yang 'berjasa' membawa rupiah menguat...


TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 12 Desember 2019

The Fed Tak Pangkas Suku Bunga

Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
PT Rifan - Berbeda dengan dua periode perdagangan sebelumnya, kemarin pasar keuangan tanah air kompak ditutup terkoreksi. Koreksi terjadi di tengah penantian apakah penerapan tarif baru terhadap produk impor asal China akan terjadi 15 Desember nanti.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis 0,06% ke level 6.189,1 pada perdagangan kemarin, Rabu (11/12/2019). IHSG menjadi salah satu dari tiga bursa utama kawasan Asia dengan kinerja terburuk.

Bersama IHSG, indeks SETi dan indeks Nikkei225 menutup perdagangan kemarin di zona merah. Bahkan bisa dibilang IHSG merupakan bursa saham di kawasan Benua Kuning dengan kinerja terburuk kedua setelah Jepang.



Setelah mengalami penguatan empat hari beruntun, nilai tukar rupiah terhadap dolar akhirnya ditutup melemah. Mata uang Garuda terdepresiasi 0,18% pada perdagangan kemarin dan menyentuh level Rp 14.030/US$.

Memang perdagangan kemarin diwarnai dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar. Namun kinerja rupiah tak bisa dibilang moncer. Pasalnya, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua di Benua Kuning setelah won.

Di pasar obligasi pemerintah, koreksi harga juga tak terelakkan. Hal itu tercermin dari kenaikan imbal hasil empat seri surat utang yang menjadi acuan. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 dan FR0079 yang masing-masing bertenor 10 dan 20 tahun.

Melemahnya pasar keuangan dalam negeri terjadi di tengah penantian kelanjutan negosiasi dagang AS-China. Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa AS berencana untuk menunda penerapan tarif untuk produk impor asal China 15 Desember nanti.

The Wall Street Journal pada Selasa melaporkan bahwa rencana penundaan tarif tambahan tersebut dilakukan guna memuluskan tercapainya kesepakatan. Tak bisa dipungkiri dalam kurun waktu hampir dua tahun ini perang dagang telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Perang dagang masih menjadi ladang ranjau terbesar, tapi yang bisa dilakukan adalah mengikuti harga dan berharap akan ada resolusi," tutur Chief Investment Strategist Capital Wealth Planning Jeff Saut, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Dari bursa tanah air nilai transaksi harian pekan ini juga tak jauh-jauh dari Rp 6 triliun dengan asing membukukan aksi jual bersih Rp 109,7 miliar pada perdagangan Rabu (11/12/2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 11 Desember 2019

Optimistis Kesepakatan Dagang Dicapai, Bursa Saham Asia Hijau

Optimistis Kesepakatan Dagang Dicapai, Bursa Saham Asia Hijau
Foto: Reuters
PT Rifan Financindo Berjangka - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (11/12/2019), di zona hijau.
Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei menguat 0,05%, indeks Shanghai naik 0,18%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,01%.

Perkembangan terkait perang dagang AS-China yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Wall Street Journal melaporkan bahwa AS berencana untuk menunda pengenaan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China yang dijadwalkan akan mulai berlaku pada 15 Desember mendatang, seperti dilansir CNBC International. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini mencapai US$ 160 miliar.

Ditundanya pengenaan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China tersebut dilakukan oleh AS seiring dengan upaya yang tengah dilakukan kedua belah pihak untuk memfinalisasi kesepakatan dagang tahap satu.

Pejabat AS dikabarkan telah meminta China untuk terlebih dulu membeli produk-produk agrikultur asal AS sebelum kemudian meneken kesepakatan dagang tahap satu dengan pihaknya. Di sisi lain, pihak China meminta supaya pembelian produk agrikultur asal AS yang akan mereka lakukan memiliki nilai yang proporsional dengan besaran penghapusan bea masuk tambahan yang dilakukan oleh Washington.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar.

Perkembangan tersebut lantas membawa kelegaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, sebelumnya ada perkembangan yang membuat mereka pesimitis bahwa kesepakatan dagang tahap satu akan segera bisa diteken.

Financial Times melaporkan bahwa Partai Komunis China telah memerintahkan seluruh kantor pemerintahan untuk secara total menghilangkan ketergantungan terhadap perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) buatan negara lain dalam jangka waktu tiga tahun, seperti dilansir dari CNBC International.

Layaknya formasi di permainan sepak bola, kebijakan ini disebut dengan istilah "3-5-2". Hal ini lantaran penggantian hardware dan software buatan negara lain tersebut akan dilakukan secara bertahap, tepatnya 30% pada tahun 2020, 50% pada tahun 2021, dan 20% pada tahun 2022, tulis Financial Times dalam pemberitaannya.

Pemberitaan dari Financial Times tersebut mengutip sebuah publikasi dari sekuritas asal China yang bernama China Securities. Analis di China Securities memproyeksikan bahwa sebanyak 20 hingga 30 juta hardware di China perlu untuk diganti guna memenuhi kebijakan tersebut.

Menurut China Securities, perintah untuk secara total menghilangkan ketergantungan terhadap hardware dan software buatan negara lain datang pada awal tahun ini. Walaupun tak ada pengumuman yang disampaikan terkait dengan kebijakan ini kepada publik, dua perusahaan keamanan siber (cybersecurity) menginformasikan kepada Financial Times bahwa klien-klien mereka yang merupakan bagian dari pemerintah China telah menjelaskan kebijakan tersebut kepada mereka.

Untuk diketahui, walaupun kantor pemerintahan China kebanyakan menggunakan Personal Computer (PC) produksi dalam negeri seperti Lenovo, software yang digunakan tetaplah Microsoft.

Kantor pemerintahan China juga diketahui menggunakan hardware buatan Dell dan Hewlett Packard (HP) yang berasal dari Negeri Paman Sam. Sementara itu, PC rakitan Lenovo juga menggunakan prosesor Intel yang lagi-lagi berasal dari AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 10 Desember 2019

Rupiah Memang Menguat 2% Lebih, Tapi Jangan Lengah!

Rupiah Memang Menguat 2% Lebih, Tapi Jangan Lengah!
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sepanjang tahun ini. Namun, rupiah perlu waspada karena secara fundamental rupiah masih berisiko melemah.

Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), menegaskan bahwa sepanjang defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) cukup besar maka secara fundamental kurs memang cenderung melemah. Indonesia sebagai negara berkembang masih berkutat dengan hal itu.

"Negara berkembang memang sulit keluar dari defisit transaksi berjalan. Sejak 1981, kita rata-rata defisit," kata Dody kala berbincang dengan awak Detik Network di Gedung Transmedia, Jakarta, Senin (9/12/2019). 

Akan tetapi, Dody menilai defisit transaksi berjalan domestik masih terkendali. "Rule of thumb, sepanjang di bawah 3% dari PDB (Produk Domestik Bruto) masih oke," ujarnya.

Pada kuartal III-2019, defisit transaksi berjalan Indonesia adalah 2,66% PDB. BI memperkirakan defisit itu berada di kisaran 2,8% PDB untuk sepanjang 2019.

Namun mengapa rupiah masih terus menguat? Bukan sembarang menguat malah, sejak awal tahun apresiasi mata uang Tanah Air mencapai 2,54% di hadapan greenback.

Menurut Dody, penguatan rupiah disebabkan oleh masih derasnya pasokan valas di sisi portofolio sektor keuangan. Hot money ini sedikit banyak mampu menutup 'lubang' yang ditinggalkan oleh transaksi berjalan.

"Saat (transaksi berjalan) defisit, yang penting ada yang membiayai. Capital inflow menolong menutup defisit itu dan rupiah menguat. Namun secara fundamental tetap ada potensi melemah," katanya.

Oleh karena itu, perbaikan transaksi berjalan adalah hal wajib bagi Indonesia. Namun selama ini fokus transaksi berjalan masih di perdagangan barang. Padahal transaksi berjalan merangkum ekspor-impor barang dan jasa.

"Current account tidak hanya barang, tetapi ada ekspor-impor jasa. Kita selalu fokus ke barang. Di situ sebenarnya kalau mau menuju diversifikasi. Ada tourism, transportasi," kata Dody. (aji/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 09 Desember 2019

Walau Ekspor China Loyo, Indeks Shanghai Tetap Menguat

Walau Ekspor China Loyo, Indeks Shanghai Tetap Menguat
Foto: REUTERS/Stringer
Rifan Financindo - Bursa saham China dan Hong Kong mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (9/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai menguat 0,08% ke level 2.914,46, sementara indeks Hang Seng naik 0,06% ke level 26.513,97.

Bursa saham China dan Hong Kong berhasil menguat kala ada rilis data ekonomi China yang mengecewakan. Pada akhir pekan kemarin, ekspor China periode November 2019 diumumkan jatuh 1,1% secara tahunan. Padahal, konsensus memperkirakan ada pertumbuhan sebesar 1%, seperti dilansir dari Trading Economics. Kontraksi pada ekspor China tersebut merupakan yang keempat secara beruntun.

Perkembangan terkait perang dagang AS-China yang positif menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham China dan Hong Kong. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.

Seperti yang dketahui, penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat dari China jika AS ingin meneken kesepakatan dagang tahap satu.

Sejauh ini AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar.

Di sisi lain, China juga melunak terhadap AS. Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa Beijing akan menghapuskan bea masuk bagi sebagian kedelai dan daging babi yang diimpor dari AS, seperti dikutip dari CNBC International.

Sebelumnya pada Juli 2018, China membebankan bea masuk sebesar 25% terhadap kedelai dan daging babi asal AS sebagai balasan dari langkah AS yang membebankan bea masuk tambahan terhadap produk-produk asal Negeri Panda. Kala itu, AS membebankan bea masuk tambahan dengan dasar bahwa China telah mencuri dan memaksa perusahaan-perusahaan asal AS untuk mentransfer kekayaan intelektual yang dimilikinya ke perusahaan-perusahaan asal China.

Perkembangan tersebut lantas melengkapi sentimen positif terkait negosiasi dagang kedua negara. Sebelumnya, pemberitaan dari Bloomberg menyebutkan bahwa AS dan China kini telah mendekati penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Pemberitaan dari Bloomberg tersebut mengutip sumber-sumber yang mengetahui jalannya negosiasi dagang AS-China.

Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.

TIM RISET CNBC INDONESIA(ank/ank)

Jumat, 06 Desember 2019

Sabar ya, 'Perang' AS-China Makin Kabur Endingnya

Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
PT Rifan - Perdamaian perdagangan antara Amerika Serikat dan China, yang dijanjikan sejak Oktober sepertinya makin kabur. Kedua negara terus mengirim sinyal beragam.

Meski AS mengatakan sudah dekat dengan poin-poin kesepakatan Fase I, China memberi sinyal yang ragu-ragu. Alasannya apalagi kalau bukan penarikan seluruh tarif impor yang diberlakukan AS, termasuk di tanggal 15 Desember nanti.

Setidaknya ada beberapa perkembangan baru yang membuat hubungan AS-China makin tak jelas:

Setelah Hong Kong, Trump Bakal Teken UU Baru Tentang China
Parlemen AS meloloskan rancangan undang-undang (RUU) terkait perlakuan Beijing terhadap minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.

RUU yang dinamakan The Uighur Act 2019 ini bakal memberikan kewenangan pada Gedung Putih untuk menjatuhkan sanksi ke China atas dugaan persekusi pada Muslim Uighur.

Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengatakan ini adalah cara DPR AS melawan pelanggaran HAM China yang mengerikan terhadap etnis minoritas itu.

"Hari ini martabat manusia dan HAM dari etnis Uighur berada di bawah ancaman dari tindakan biadab Beijing, RUU ini merupakan wujud kemarahan hati nurani dunia," katanya dilansir dari AFP.

RUU itu lolos dengan dukungan 407 suara berbanding 1 suara. Draf hukum itu merupakan versi yang lebih kuat dari RUU yang juga diajukan Senat AS pada September lalu.

Kedua RUU itu harus disesuaikan menjadi satu draf hukum yang nantinya akan diserahkan ke Presiden Donald Trump untuk diteken dan disahkan menjadi hukum. Karena menganut dua kamar, produk UU tidak hanya diterbitkan DPR AS tapi juga Senat.

Tindakan AS ini semakin membuat China berang. Media pemerintah China, People's Dairy mengaku akan pemerintahan Xi Jinping pasti akan membalas AS. Partai Komunis China mengatakan pengesahan UU AS sangat jahat dan menyeramkan.

Sabar ya 'Perang' AS-China Makin Kabur Endingnya
Foto: Markas Polisi di Depan Artux City Vocational Skills Education Training Service Center di Xianjing, China pada 3 Desember 2018 (AP Photo/File)
Bahkan, People's Dairy menulis langkah AS akan mempengaruhi kerja sama bilateral termasuk kesepakatan jangka pendek dalam mengakhiri perang dagang.

"(Kelakuan yang) meremehkan tekad dan kemauan orang-orang China, pasti akan gagal," tulis media itu seperti dilansir dari CNBC Internasional.

AS berulang kali mengatakan bahwa China melakukan tindakan tak manusiawi dengan menahan satu juta warga Uighur di kamp-kamp penahanan massal di Xinjiang.

Namun, China membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa kamp-kamp itu adalah bagian dari penumpasan anti-teror dan penyediaan pelatihan kejuruan.

Sebelumnya, kedua negara panas karena Hong Kong. Trump menandatangani UU HAM dan Demokrasi Hong Kong pada 27 November waktu setempat.

"Saya menandatangani UU ini untuk menghormati Presiden China Xi dan orang-orang Hong Kong," kata Trump.

"Ini disah-kan dengan harapan bahwa para pemimpin dan perwakilan China dan Hong Kong akan dapat menyelesaikan perbedaan mereka secara damai, yang mengarah pada perdamaian jangka panjang dan kemakmuran bagi semua."

UU ini akan mengharuskan perwakilan AS untuk melakukan tinjauan tahunan terhadap otonomi Hong Kong. Tinjauan ini akan menjadi syarat bagi kawasan itu jika ingin melakukan aktivitas perdagangan dengan AS.

UU ini juga memungkinkan AS menjatuhkan sanksi terhadap pejabat yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM di Hong Kong. Selain UU ini, ada pula UU soal penghentian ekspor senjata untuk penanganan massa ke Hong Kong.

Kedua hal ini diperkirakan bakal memperkeruh pembicaraan perdamaian perang dagang yang berlangsung. AS-China sudah terjebak ketegangan perdagangan dan saling menaikkan tarif impor barang selama dua tahun ini.

Meski kata 'damai' kerap diumbar kedua negara. Namun sayangnya, hingga kini belum ada tanda tangan resmi dari Trump dan Xi.

China 'Diam' Saat Ditanya Kepastian Perdamaian Dagang
China tutup mulut terkait ketidakpastian akhir perang dagang. Bahkan pemerintah terkesan enggan memastikan kapan poin-poin kesepakatan akan ditanda-tangani.

"China percaya jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan 'Fase I', tarif-tarif yang relevan harus diturunkan," kata Juru Bicara Menteri Perdagangan China Gao Feng sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Pernyataan ini menegaskan kembali posisi China. Negara ini menekankan keharusan adanya pembatalan semua tarif yang ditetapkan AS.


Padahal AS sempat berujar sulit mengabulkan hal ini. Trump menginginkan deal yang lebih dari sekedar soal teknologi dan pembelian produk pangan, untuk menuruti keinginan China itu.

Meski demikian, di kesempatan itu Gao mengaku pihaknya masih terus melakukan komunikasi intensif. Tetapi menutup rapat detail tambahan tentang negosiasi.

Ia pun tidak menjawab saat ditanya wartawan soal dampak kenaikan tarif barang impor China di AS, 15 Desember nanti. Ia juga enggan memaparkan barang apa saja yang akan kena sanksi.

Sementara itu, dalam konferensi pers-nya di sela-sela pertemuan dengan negara NATO, Trump meminta semua orang bersabar untuk melihat ending perang dagang. Bahkan ia mengatakan bisa saja perdamaian baru terjadi 2020, setelah Pemilu Presiden AS dilakukan.

Hal ini mengundang komentar dari Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying. "Kita memang tidak menentukan deadline untuk mencapai sebuah kesepakatan atau tidak," tegasnya di media yang sama.

Ia mengatakan China selalu jelas. Pembicaraan damai harus didasarkan pada keadilan dan saling menghormati.

"Hasilnya pun harus sama-sama menguntungkan dan diterima dua belah pihak," katanya.(sef/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 05 Desember 2019

AS-China Kembali Mesra, Bursa Saham Asia Menghijau

AS-China Kembali Mesra, Bursa Saham Asia Menghijau
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo Berjangka - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (5/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei terapresiasi 0,68%, indeks Shanghai menguat 0,29%, indeks Hang Seng naik 0,91%, indeks Straits Times terkerek 0,35%, dan indeks Kospi bertambah 0,46%.

Perkembangan terkait negosiasi dagang AS-China yang positif menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pemberitaan dari Bloomberg menyebutkan bahwa AS dan China kini telah mendekati penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Pemberitaan dari Bloomberg tersebut mengutip sumber-sumber yang mengetahui jalannya negosiasi dagang AS-China.

Sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa AS dan China telah semakin dekat untuk menyepakati nilai barang yang akan dibebaskan dari pengenaan bea masuk tambahan. Presiden AS Donald Trump kemudian menyebut bahwa negosiasi dagang dengan China berlangsung dengan baik.

Untuk diketahui, sebelumnya pelaku pasar khawatir bahwa kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China tak akan bisa diteken dadlam waktu dekat. Hal ini terjadi seiring dengan dukungan yang diberikan oleh AS terhadap demonstrasi yang terjadi di Hong Kong.

Pada pekan lalu, Trump resmi menandatangani dua RUU terkait demonstrasi di Hong Kong yang pada intinya memberikan dukungan bagi para demonstran di sana.

RUU pertama akan memberikan mandat bagi Kementerian Luar Negeri AS untuk melakukan penilaian terkait dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Hong Kong dalam mengatur wilayahnya sendiri. Jika China terlalu banyak mengintervensi Hong Kong sehingga membuat kekuasaan untuk mengatur wilayahnya sendiri menjadi lemah, status spesial yang kini diberikan oleh AS terhadap Hong Kong di bidang perdagangan bisa dicabut.

Untuk diketahui, status spesial yang dimaksud membebaskan Hong Kong dari bea masuk yang dibebankan oleh AS terhadap produk-produk impor asal China. RUU pertama tersebut juga membuka kemungkinan dikenakannya sanksi terhadap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.

Sementara itu, RUU kedua akan melarang penjualan dari perlengkapan yang selama ini digunakan pihak kepolisian Hong Kong dalam menghadapi demonstran, gas air mata dan peluru karet misalnya.

China pun pada akhirnya geram dengan tindakan AS tersebut. China resmi menjatuhkan sanksi ke AS dengan membatalkan kunjungan kapal perang AS dan memberi sanksi kepada lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) asal negeri Paman Sam.

"Sebagai respons dari kelakuan yang tidak berdasar dari AS, pemerintah China telah memutuskan tidak memberi izin pada kapal perang AS untuk berlabuh di Hong Kong," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hau Chunying, dikutip dari AFP.

Jika kesepakatan dagang tahap satu berhasil diteken, perputaran roda perekonomian AS dan China, berikut dengan perputaran roda perekonomian dunia, akan menjadi lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Rabu, 04 Desember 2019

Suka-suka Trump! Sebut Ending Perang Dagang Jauh, Tunggu 2020

PT Rifan Financindo - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bermanuver soal perang dagang dengan China. Kali ini, presiden kontroversial ini memupuskan harapan bahwa ketegangan perdagangannya dengan China bakal segera berakhir tahun ini.

Bahkan di hadapan wartawan, di sela-sela pertemuan negara-negara the North Atlantic Treaty Organization (NATO), ia berujar sebaiknya semua pihak menunggu setelah Pemilu Presiden AS digelar. Dengan kata lain, setelah November 2020 nanti.

"Saya lebih suka ide menunggu sampai setelah Pemilu khususnya untuk deal dengan China. Tetapi mereka ingin memuat deal itu sekarang dan kita lihat saja nanti, apakah deal itu terjadi atau tidak," ujarnya sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Parahnya lagi, pengusaha properti ini juga menegaskan dirinya tidak memberi tenggat waktu kapan masalah perdagangan keduanya akan diakhiri. "Tidak, aku tak memiliki deadline," tegasnya lagi.

Perang dagang antara AS dan China terjadi sejak 2018. Ketegangan dua raksasa ekonomi ini sukses membuat ketidakstabilan global, bukan cuma pada pasar keuangan, tapi juga bisnis dan sentimen konsumer.

Oktober lalu, kedua negara mengadakan pertemuan tingkat tinggi di AS dan mengaku akan membuat perjanjian damai 'Fase I'. Namun, keinginan China yang meminta AS menghapus semua tarif impor yang diberlakukan, sepertinya membuat pembicaraan alot.

Jika sampai pekan kedua ini, AS dan China belum juga sepakat artinya, Washington akan kembali menaikkan barang impor dari China 15 Desember nanti. Kenaikan akan berlaku bagi sejumlah barang elektronik, mulai dari ponsel pintar hingga laptop.

Akibat perang dagang AS-China, banyak lembaga global menurunkan outlook pertumbuhan dunia di 2019. IMF memproyeksi pertumbuhan global hanya sebesar3% atau turun dari proyeksi sebelumnya di Juli 3,2%.

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) malah lebih parah. Lembaga ini menyebutkan ekonomi hanya tumbuh 2,9% di tahun ini. 

AS-China Makin Panas karena Hong Kong
Manuver Trump ini bukan pertama kali terjadi. Pekan lalu, Trump menandatangani UU yang terkait demonstrasi Hong Kong, yang membuat China berang.

UU HAM dan Demokrasi Hong Kong tersebut memungkinkan AS mengkaji status perdagangan khusus dengan kawasan bekas koloni Inggris itu. AS akan mengirimkan perwakilan khusus tiap tahun untuk mengevaluasi apa yang terjadi di Hong Kong.

Bahkan AS bisa menjatuhkan sanksi pada badan atau individu yang dianggap "membuat kekacauan" di Hong Kong. China dan pemerintah Hong Kong menilai tindakan AS mengintervensi urusan internal negara itu.

Sebagai sanksi ke AS, China pun tak memberi izin pada kunjungan kapal perang AS dan memberi sanksi pada lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) asal negeri Paman Sam itu.

"Respon dari kelakuan yang tidak berdasar dari AS, pemerintah China telah memutuskan tidak memberi izin pada kapal perang AS untuk mendarat di Hong Kong," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hau Chunying sebagaimana dikutip dari AFP.

"Kami menemukan banyak fakta dan bukti jelas bahwa LSM itu mendukung pergerakan anti-China ... dan mendukung aktivitas separatis untuk kemerdekaan Hong Kong," kata Hua lagi.

Demo telah melanda Hong Kong sejak Juni silam. Demo awalnya dipicu oleh rencana pemerintah Hong Kong untuk menerapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi.

Perang Dagang Baru dengan Brasil, Argentina dan Prancis
Kebijakan Presiden Donald Trump yang cenderung proteksionis ternyata tak hanya berlaku bagi musuh-musuh AS saja. Tapi juga bagi sejumlah sekutunya, yang jadi teman dekat pemerintahan Trump selama ini.

Melalui unggahan di Twitternya, Trump mengatakan akan menerapkan lagi bea masuk terhadap baja dan aluminium impor dari Brasil dan Argentina. Alasannya karena kedua negara itu telah dengan sengaja mendevaluasi mata uang mereka sehingga menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing, kata Trump.

"Brasil dan Argentina telah melakukan devaluasi besar-besaran terhadap mata uang mereka, dan hal itu tidak bagus untuk petani kita. Oleh karena itu, efektif secepatnya, saya akan menerapkan lagi bea masuk semua baja dan aluminium yang masuk ke AS dari dua negara tersebut," kata Trump melalui akun Twitternya, sebagaimana ditulis CNBC International, Senin lalu.

Sementara itu, malam di hari yang sama Trump juga mengenakan tarif hingga 100% atas barang-barang Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Produk pertanian Prancis, seperti Anggur dan keju, masuk dalam daftar barang yang ditargetkan.

Ini adalah serangan balasan AS atas pajak layanan digital yang dikatakan Trump diskriminatif. Sebelumnya Perwakilan Dagang AS menemukan fakta bahwa Prancis memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS seperti Google, Apple Facebook dan Amazon.

Pejabat perwakilan dagang AS USTR, Robert Lighthizer juga akan melakukan hal yang sama pada Austria, Italia dan Turki. Kini penyidikan sedang dilakukan AS pada ketiga negara itu.

Tindakan Trump ini menimbulkan reaksi tersendiri bagi sekutunya ini. Seorang menteri Argentina menyebut pengenaan tarif itu tak terduga sementara Brasil mengatakan merasa bingung dengan kebijakan Trump.

Prancis dan Uni Eropa (EU) siap membalas kenaikan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).  "Proposal AS tidak bisa diterima," tulis Reuters mengutip Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire dalam wawancaranya dengan Radio Classique. "Dalam kasus sanksi terbaru AS, Uni Eropa akan siap melakukan serangan balasan."

Menteri Ekonomi Junior Prancis Agnes Pannier-Runacher mengatakan UE akan bertindak "sangar" kali ini. Bahkan Prancis tidak akan mencabut rencana pajak digital, yang jadi dasar AS menjatuhkan sanksi tarif. (sef/sef) 

Selasa, 03 Desember 2019

Bukan China, Negara Ini Kena 'Api' Perang Dagang Baru Trump!

Bukan China, Negara Ini Kena 'Api' Perang Dagang Baru Trump!
Foto: Presiden AS Donald Trump (REUTERS/David Becker)
Rifan Financindo - Amerika Serikat melancarkan serangan dagang baru. Kali ini bukan ke China, melainkan ke Amerika Latin yakni Brasil dan Argentina serta negara Eropa yakni Prancis.

Lalu seperti apa serangan Presiden AS Donald Trump ke dua kawasan ini?

1. Kenaikan Tarif Baja Brasil dan Argentina

Melalui akun twitternya, Presiden Trump mengatakan akan menerapkan lagi bea masuk importasi baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina.


Kedua negara dituduh sengaja mendevaluasi mata uang mereka, yang menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing.

"Brasil dan Argentina telah melakukan devaluasi besar-besaran terhadap mata uang mereka, dan hal itu tidak bagus untuk petani kita. Oleh karena itu, efektif secepatnya, saya akan menerapkan lagi bea masuk semua baja dan aluminum yang masuk ke AS dari dua negara tersebut" kata Trump melalui akun Twitternya, sebagaimana ditulis CNBC International. 

2. Kenaikan Bea Masuk Produk Pertanian Prancis
Bukan hanya itu, malam di hari yang sama Trump juga mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% atas barang-barang Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Produk pertanian Prancis, seperti Anggur dan keju, masuk dalam daftar barang yang ditargetkan.

Ini adalah serangan balasan AS atas pajak layanan digital yang dikatakan Trump diskriminatif. Sebelumnya Perwakilan Dagang AS menemukan fakta bahwa Prancis memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS seperti Google, Apple Facebook dan Amazon.

Pejabat perwakilan dagang AS USTR, Robert Lighthizer juga akan melakukan hal yang sama pada Austria, Italia dan Turki. Kini penyidikan sedang dilakukan AS pada ketiga negara itu. (sef/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Senin, 02 Desember 2019

Demo Belum Berakhir di Hong Kong

Demo Belum Berakhir di Hong Kong
Foto : CNBC Indonesia
PT Rifan - Demo anti-pemerintah masih berlangsung di Hong Kong pada hari Minggu (1/12/2019), seminggu setelah dilakukannya pemilihan umum (pemilu) di mana kelompok pro-demokrasi menorehkan kemenangan telak.

Pada demo kali ini, kekerasan kembali terjadi. Polisi menembakkan gas air mata dan semprotan merica ketika puluhan ribu demonstran berpakaian hitam membanjiri jalanan. Polisi mengatakan mereka menggunakan gas air mata setelah beberapa pengunjuk rasa melemparkan bom asap.

Menurut laporan, demo kembali digelar di Hong Kong karena Pimpinan Hong Kong Carrie Lam yang didukung China, tidak membuat perubahan apapun pada kota itu meski telah dilakukan pemilu yang hasilnya dimenangkan pro-demokrasi.

"Pemerintah tidak memberikan respons nyata, itu tidak dapat diterima," kata Edmund, seorang siswa berusia 19 tahun.

"Pemerintah masih tidak mendengarkan kami sehingga protes akan berlanjut, mereka tidak akan berhenti," kata Chen, seorang siswa lainnya berusia 20 tahun, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi. Tetapi orang-orang masih sangat marah dan menginginkan perubahan."

Demo telah berlangsung di Hong Kong selama enam bulan terakhir atau sejak Juni. Demo pertama digelar untuk menuntut pembatalan diberlakukannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal kota dikirim dan diadili di China.

Sekitar sebulan setelah demo besar-besaran pertama digelar, RUU tersebut ditangguhkan oleh Lam. Namun, hingga hari ini demo masih berlangsung di kota yang masih jadi bagian dari China tersebut.

Bahkan, tuntutan pendemo telah berkembang, salah satunya adalah menerapkan hak pilih universal di Hong Kong. Hingga kini belum diketahui kapan demo akan berakhir.

Sebelumnya, demo hari Minggu ini dilakukan dengan damai. Sekelompok pendemo terlihat berbaris secara damai dan berjalan ke konsulat Amerika Serikat (AS) untuk berterima kasih kepada para anggota parlemen Amerika yang telah mengesahkan undang-undang yang mendukung gerakan demo pro-demokrasi.

Seperti diketahui, pekan lalu pemerintahan Presiden Donald Trump mengesahkan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi Hong Kong. UU ini akan mengharuskan perwakilan AS untuk melakukan tinjauan tahunan terhadap otonomi Hong Kong. Tinjauan ini akan menjadi syarat bagi kawasan itu jika ingin melakukan aktivitas perdagangan dengan AS.

UU ini juga memungkinkan AS menjatuhkan sanksi terhadap pejabat yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM di Hong Kong. Selain UU ini, ada pula UU soal penghentian ekspor senjata untuk penanganan massa ke Hong Kong.

Tetapi, demo berubah ricuh ketika pendemo berhadapan dengan polisi. Pihak kepolisian meminta para pengunjuk rasa untuk mundur dan memperingatkan bahwa mereka menyimpang dari rute yang diizinkan.

Akibat bentrokan, stasiun kereta bawah tanah kota ditutup pada Minggu. Operator mengatakan akan membuka kembali layanan pada hari Senin.
 (sef/sef)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan