Rabu, 31 Juli 2019

Rifanfinancindo - Trump "Ancam" China (Lagi) & Dag Dig Dug Kebijakan The Fed

Rifanfinancindo - Pasar keuangan Indonesia cenderung mixed pada perdagangan hari ke-2 pekan ini, Selasa (30/07/2019). Pasar saham mengalami penguatan, rupiah stagnan, dan pasar obligasi pemerintah rata-rata mengalami koreksi harga.

IHSG kemarin ditutup positif dengan persentase penguatan cukup cantik sebesar 1,23% pada level 6.376. Sementara bursa utama kawasan Asia juga terapresiasi, seperti: Nikkei 225 positif 0,43%, Hang Seng naik 0,14%, Shanghai Composite terangkat 0,39%, Kospi bertambah 0,45%, dan Strait Times plus 0,12%.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak mengalami perubahan nilai alias sama dengan penutupan pasar spot kemarin di harga Rp 14.015/$AS. Mata Uang Garuda sempat terjerat di zona merah hingga berhasil keluar dari zona tersebut.


Meskipun rupiah selamat tidak sampai terdepresiasi, sebetulnya mata uang Asia sedang bergerak menguat terhadap dolar sehingga rupiah hanya menempati posisi klasemen bawah, hanya lebih baik dari ringgit Malaysia yang melemah 0,12%.

Rupiah mampu memangkas pelemahan setelah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis angka realisasi investasi kuartal-II 2019 dengan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) tumbuh 9,61% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang menandai pertumbuhan pertama dalam lima kuartal. Dalam empat kuartal sebelumnya, realisasi PMA selalu jatuh secara tahunan.

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) sebagian besar mengalami kenaikan, yang menandakan harga obligasi sedang turun akibat banyak dilepas para pelaku pasar. Ada empat seri yang biasanya menjadi acuan para pelaku pasar, yakni: FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 7 basis poin (bps) menjadi 6,76%, disusul FR0078 bertenor 10 tahun naik 5,6 bps menjadi 7,31, kemudian FR0068 bertenor 15 tahun naik 3,7 bps menjadi 7,61, dan FR0079 bertenor 20 tahun naik 2,5 bps menjadi 7,80. Besaran 100 bps tersebut setara dengan 1%. Berikut tabel selengkapnya:

Seri Jatuh tempo Yield 30 Jul'19 (%) Selisih (basis poin)
FR0077 5 tahun 6.764 7.00
FR0078 10 tahun 7.313 5.60
FR0068 15 tahun 7.619 3.70
FR0079 20 tahun 7.802 2.50
Avg movement

4.70
Sumber: Refinitiv

Dua tema besar yang berasal dari faktor eksternal berikut perlu diperhatikan pelaku pasar keuangan dalam negeri, pertama terkait pertemuan para Pejabat AS dengan Pejabat China di Shanghai dan rapat dari Bank sentral AS atau the Fed yang akan menentukan kebijakan suku bunganya pada Kamis esok pukul 01:00 WIB.

Dari perang dagang, AS dan China kembali melakukan perundingan setelah sempat macet pada bulan Mei lalu. Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Presiden Trump mengatakan bahwa pembicaraan dengan China berjalan baik, tetapi Amerika Serikat akan "membuat kesepakatan yang sangat baik atau tidak sama sekali."

"Kita akan lihat apa yang terjadi," katanya kepada wartawan.

Trump memperingatkan China agar tidak menunggu masa jabatan pertamanya selesai untuk membuat kesepakatan perdagangan. Jika ia memenangkan pemilihan ulang pada Pemilu Presiden AS bulan November 2020, hasilnya mungkin bukan kesepakatan tetapi kemungkinan yang lebih buruk.

"Masalah dengan mereka menunggu ... adalah bahwa jika dan ketika saya menang, kesepakatan yang mereka dapatkan akan jauh lebih sulit daripada apa yang kita negosiasikan sekarang ... atau tidak ada kesepakatan sama sekali," kata Trump dalam sebuah postingannya di Twitter.

Trump mengatakan China tampaknya mundur dari janji membeli produk pertanian A.S., yang menurut pejabat AS bisa menjadi isyarat dari niat baik China dan merupakan bagian dari pakta yang terakhir.

"China ... seharusnya mulai membeli produk pertanian kami sekarang - tidak ada tanda-tanda bahwa mereka melakukannya. Itulah masalah dengan China, mereka hanya tidak menjalaninya," lanjut Trump dalam serangkaian tweet.

Pelaku pasar kini juga dihadapkan pada kebijakan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) yang akan diumumkan tanggal 31 Juli waktu setempat. Mengutip situs resmi CME Group pada pukul 05:53 WIB, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan the Fed sebesar 25 bps sebesar 79,1%. Naik dari probabilitas kemarin yang sempat berada di level 78,1%. Pemangkasan 50 bps akan menjadi kejutan, tetapi kemungkinannya kecil. (yam/yam)
 

Selasa, 30 Juli 2019

Rifan Financindo - Naik 2 Hari, Emas Dunia Hari Ini Turun

Naik 2 Hari, Emas Dunia Hari Ini Turun ke Rp 641.458/gram
Rifan Financindo - Setelah menguat dua hari beruntun hingga Senin kemarin, harga emas dunia melemah pada pagi ini Selasa (30/7/19). Harga emas masih "galau" menunggu pengumuman suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).

Pada pukul 8:23 WIB, emas dunia diperdagangkan di level US$ 1.423,24/troy ounce atau Rp 641.458/gram (kurs: 1 US$ = Rp 14.015) di pasar spot, melansir data Refintiv. Posisi tersebut melemah di dibandingkan penutupan perdagangan Senin US$ 1.426,69/troy ounce atau Rp 642.927/gram.

"Terlihat jelas, pasar emas sedang menanti pernyataan The Fed pada hari Rabu (Kamis dini hari waktu Indonesia). Kita tahu suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin. Tapi pada Rabu nanti, pertanyaannya adalah apa yang kita dapat (berapa kali pemangkasan selanjutnya) dari sana" kata David Meger, direktur trading logam di High Ridge Futures, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sampai saat ini pelaku pasar melihat The Fed berpeluang memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini, yakni di pekan ini, di bulan September, dan satu lagi Desember, dengan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).

Hal tersebut tercermin di piranti FedWatch milik CME Group yang menunjukkan probabilitas suku bunga The Fed sebesar 1,50%-1,75% di bulan Desember sebesar 37,2% berdasarkan data pukul 8:30 WIB. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan probabilitas suku bunga lainnya. Tingkat suku bunga The Fed saat ini berada di level 2,25%-2,50%.

The Fed akan mengumumkan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), Jerome Powell dan kolega pasti akan memangkas suku bunganya, begitulah ekspektasi para pelaku pasar yang juga terlihat di piranti FedWatch.

Data pagi ini menunjukkan pasar melihat ada probabilitas sebesar 75% The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps menjadi 2,00%-2,225%, dan probabilitas sebesar 25% suku bunga dipangkas 50 bps menjadi 1,75%-2,00%.

Jika ditotal, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas (baik itu 25 bps maupun 50 bps) sudah mencapai 100%, yang berarti pelaku pasar melihat suku bunga pasti akan dipangkas, tinggal realisasinya berapa basis poin.

Mantan ketua The Fed sebelum Jerome Powell yakni Janet Yellen pada Senin kemarin menyatakan dukungan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 bps. Yellen menjelaskan fokus AS seharusnya mempertahankan kondisi untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat, yang bisa mempertahankan laju ekspansi.

"saya pikir terkait dengan risikonya (pelambatan ekonomi), saya cenderung untuk memangkas (suku bunga) sedikit. Saya tidak melihat ini sebagai awal dari siklus pelonggaran moneter, kecuali terjadi perubahan kondisi ekonomi" kata Yellen, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pernyataan Ketua The Fed yang mengakhiri masa jabatannya selama empat tahun pada Februari 2018 lalu itu juga menunjukkan peluang Powell tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini.

European Central Bank (ECB) saat mengumumkan suku bunga pada Kamis pekan lalu bersikap tidak terlalu dovish, dan terlihat tidak akan agresif dalam melonggarkan kebijakan moneter. Sementara Bank of Japan (BOJ) akan mengumumkan kebijakan moneternya pada hari ini, jika tidak terlalu dovish juga maka spekulasi The Fed tidak akan agresif akan semakin menguat, dan menjadi kabar buruk bagi emas.

Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, sehingga semakin rendah suku bunga di AS dan secara global akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memegang aset ini, begitu juga sebaliknya. (pap)

Sumber : CNBC

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo 

Senin, 29 Juli 2019

PT Rifan Financindo - Pekan Terpenting di 2019 Segera Mulai, Sudah Siap?

PT Rifan Financindo - Bersiaplah, pekan terpenting bagi pasar keuangan dunia di tahun 2019 akan segera dimulai. Pada pekan depan, segerombolan sentimen yang luar biasa penting akan datang menghampiri pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia. Pelaku pasar hanya akan diberi waktu sebentar untuk mencerna setiap sentimen tersebut.

Guna membantu para pelaku pasar mempersiapkan diri, Tim Riset CNBC Indonesia merangkum deretan sentimen yang harus diantisipasi pada pekan depan. 

Negosiasi Dagang AS-China 

Pertama, ada negosiasi dagang AS-China. Dalam wawancara dengan CNBC International pada hari Rabu (24/7/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa dirinya dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan bertandang ke China pada hari Senin (29/7/2019) untuk kemudian menggelar negosiasi dagang selama dua hari yang dimulai sehari setelahnya (Selasa, 30/7/2019).

Walaupun etikat baik kedua negara untuk kembali ke meja perundingan merupakan sesuatu yang sangat positif, namun jalannya negosiasi patut untuk dikawal ketat oleh pelaku pasar. Pasalnya, Mnuchin sendiri mengakui bahwa pada saat ini ada banyak masalah yang belum bisa dipecahkan oleh kedua belah pihak.

"Saya akan mengatakan bahwa ada banyak permasalahan (yang belum bisa dipecahkan)," kata Mnuchin, dilansir dari CNBC International.

Sebelumnya, pejabat Gedung Putih memberi sinyal bahwa kesepakatan dagang kedua negara membutuhkan waktu yang lama untuk bisa diteken atau sekitar enam bulan. Ada kemungkinan yang besar bahwa perang dagang AS-China akan berlanjut hingga ke tahun 2020.

Kalau negosiasi dagang antar kedua negara tak berjalan dengan mulus, tentu potensi eskalasi perang dagang menjadi tak bisa dikesampingkan. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

The Fed Pangkas Tingkat Suku Bunga Acuan? 

Sentimen kedua yang harus dipantau pelaku pasar adalah hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada tanggal 30 dan 31 Juli waktu setempat, The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan.

Selepas pertemuan selama dua hari usai, bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Jika benar ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan, hal ini terbilang bersejarah lantaran akan menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pertama dalam lebih dari satu dekade.

Sejatinya, pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed nampak sudah pasti. Namun pertanyaannya: seberapa banyak?

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 28 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan ini adalah sebesar 21,4%.

Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas hingga 50 bps berada di level 78,6%. Jika ditotal, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas (baik itu 25 bps maupun 50 bps) sudah mencapai 100%.

Tim Riset CNBC Indonesia meyakini bahwa tingkat suku bunga acuan hanya akan dipangkas sebesar 25 bps oleh The Fed dalam pertemuan bulan ini, bukan 50 bps.

Salah satu alasannya adalah pasar tenaga kerja AS yang sedang bergairah. Untuk diketahui, dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuan, The Fed memperhatikan dua indikator utama yakni inflasi dan pasar tenaga kerja.

Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi ada di level 2%. Untuk data teranyar yakni periode Mei 2019, Core PCE price index tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6% YoY, sangat jauh di bawah target The Fed.

Sementara itu, berbicara mengenai pasar tenaga kerja, pada bulan Juni data resmi dari pemerintah AS mencatat bahwa tercipta sebanyak 224.000 lapangan pekerjaan (sektor non-pertanian), jauh mengalahkan konsensus yang sebanyak 162.000 saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Penciptaan lapangan kerja pada bulan Juni juga jauh mengalahkan capaian pada bulan Mei yang sebanyak 72.000 saja.

Kemudian, tingkat pengangguran per akhir Juni diumumkan di level 3,7%, di mana level tersebut berada di dekat kisaran terendah dalam 49 tahun terakhir.

Jadi, kalau dari dua indikator utama yang diperhatikan The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya, terbilang sulit untuk mengharapkan The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan secara agresif. Walaupun inflasi masih berada jauh di bawah target Powell dan koleganya, pasar tenaga kerja AS saat ini sedang bergairah.
 
Bank Sentral Jepang Siap Suntik Stimulus Tambahan?
Tak hanya The Fed, pelaku pasar juga perlu memantau hasil pertemuan Bank of Japan (BOJ) selaku bank sentral Jepang yang akan diumumkan pada hari Selasa (30/7/2019).
BOJ menjadi salah satu bank sentral utama dunia yang diprediksi akan mengucurkan stimulus moneter guna memacu perekonomian dan mendorong kenaikan inflasi. Hingga kini, belum jelas stimulus macam apa yang akan diberikan oleh bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut, beserta dengan waktunya.

Mengingat posisi Jepang selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, arah kebijakan moenter yang diambil bank sentralnya tentu menjadi sangat penting bagi perekonomian dunia.

Kala perekonomian Jepang melaju di level yang relatif tinggi, perekonomian dunia juga bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi. Sebaliknya, kala perekonomian Jepang lesu, perekonomian dunia juga akan mendapatkan tekanan.

Masihkan Penanaman Modal Asing Terkontraksi?
Melansir Refinitiv, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dijadwalkan merilis data realisasi penanaman modal periode kuartal II-2019 pada hari Selasa (30/7/2019). Pelaku pasar akan mencermati betul angka realisasi penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI).

Pasalnya, dari total penanaman modal di tanah air, lebih dari 50% disumbang oleh PMA. Karena nilainya lebih besar, tentu pertumbuhan PMA yang signifikan akan lebih terasa bagi perekonomian ketimbang pertumbuhan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Sebagai informasi, pertumbuhan PMA di era Jokowi sangatlah mengecewakan. Pada tahun 2014, PMA tercatat tumbuh 13,54% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013. Pada tahun 2015, pertumbuhannya sempat naik menjadi 19,22%.
 
Dalam dua tahun berikutnya (2016-2017), PMA hanya tumbuh di kisaran satu digit. Pada tahun 2018, PMA bahkan tercatat ambruk hingga 8,8%. Untuk periode kuartal I-2019, PMA kembali jatuh yakni sebesar 0,92% secara tahunan, jauh memburuk dibandingkan capaian periode kuartal I-2018 yakni pertumbuhan sebesar 12,27%. 
 
Rilis Data Ekonomi AS & China 
 
Sentimen terakhir yang patut dicermati oleh pelaku pasar pada pekan depan adalah rilis data ekonomi dari negara-negara maju, terutama AS dan China. Pasalnya, seperti sudah disebutkan di halaman-halaman sebelumnya, ada potensi perang dagang AS-China justru akan tereskalasi.

Rilis data di AS dan China lantas menjadi sangat penting guna memberikan gambaran terkait dengan dampak perang dagang kedua negara terhadap satu sama lain.

Pada hari Rabu (31/7/2019), Manufacturing PMI China periode Juli 2019 versi resmi pemerintah China akan dirilis, disusul Manufacturing PMI versi Caixin untuk periode yang sama sehari setelahnya (1/8/2019).

Beralih ke AS, angka indeks keyakinan konsumen periode Juli 2019 akan dirilis oleh The Conference Board pada hari Selasa. Pada hari Rabu, angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019 akan dirilis oleh Automatic Data Processing (ADP).

Pada hari Jumat (2/8/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019 versi resmi pemerintah AS akan dirilis, beserta juga angka tingkat pengangguran untuk periode yang sama. (ank/ank)
 

Jumat, 26 Juli 2019

Rifanfinancindo - Tertekan Sepanjang Pekan, Yen Terlemah dalam 2 Minggu

Tertekan Sepanjang Pekan, Yen Terlemah dalam 2 Minggu
Foto: REUTERS / Yuriko Nakao
Rifanfinancindo - Mata uang yen Jepang kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (26/7/19) WIB. Bahkan sepanjang pekan ini mata uang uang bergelar safe haven terus mengalami tekanan hingga menyentuh level terlemah dua pekan atau tepatnya sejak 10 Juli.

Pada pukul 7:07 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 108,72 atau melemah 0,09% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Kamis kemarin, yen melemah 0,42%.

Rilis data inflasi dari Negeri Matahari Terbit belum mampu mendongkrak kinerja yen. Data dari Badan Statistik Jepang menunjukkan inflasi inti di Tokyo tumbuh 0,9% year-on-year (YoY) di bulan ini, sama dengan pertumbuhan bulan sebelumnya. Meski pertumbuhannya stagnan, namun masih lebih baik dari prediksi pelambatan menjadi 0,8% di Forex Factory.

Inflasi merupakan salah satu acuan bagi bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dalam menetapkan kebijakan moneter. Ada banyak jenis pengukuran inflasi, tetapi setidaknya data ini bisa memberikan gambaran kenaikan harga-harga di Jepang masih lemah.

BOJ menjadi salah satu bank sentral utama dunia yang diprediksi akan mengucurkan stimulus moneter guna memacu perekonomian dan mendorong kenaikan inflasi. Bank sentral di pimpinan Gubernur Haruiko Kuroda ini akan mengumumkan kebijakan pada Selasa 30 Juli pekan depan, sampai saat ini belum jelas stimulus macam apa dan kapan akan diberikan.

Berbeda dengan BOJ, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) hampir pasti akan memangkas suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Tetapi kemungkinan pemangkasan 50 basis poin (bps) kini sepertinya sudah hilang, hal tersebut yang membuat dolar terus menguat melawan yen.
Data terbaru bahkan menunjukkan peluang pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) AS lebih tinggi dari prediksi.

Departemen Perdagangan AS melaporkan data pesanan barang tahan lama di bulan Juni naik 2% dari bulan sebelumnya yang turun 2,3%. Sementara pesanan barang tahan inti (yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan) tumbuh 1,2% dari bulan sebelumnya yang naik 0,4%.

Pesanan barang tahan lama ini menghitung jumlah produk terpesan yang memiliki umur ekonomis lebih dari 3 tahun. Bahkan kategori barang investasi untuk dunia usaha mencatat kenaikan sebesar 1,9%, menjadi yang terbesar dalam empat bulan terakhir.

AS akan melaporkan data pembacaan awal PDB (advance GDP) AS malam ini pukul 19:30 WIB, dan bisa menentukan apakah yen akan terus tertekan atau bisa berbalik menguat melawan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)

Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo

Kamis, 25 Juli 2019

Rifan Financindo - Google Diam-diam Kumpulkan Data Kamu & Cara Menghentikannya

Foto: Google (REUTERS/Dado Ruvic)
Rifan Financindo - Layanan Google kini menjadi hal yang dipakai kebanyakan orang setiap hari. Produknya dipakai untuk berkomunikasi, berselancar di dunia maya atau menonton video.

Namun di balik kemudahan gratis yang diberikan, Google mengumpulkan banyak data tentang penggunanya. Jadi Google tahu detil tentang Kamu!

Google mengumpulkan informasi melalui riwayat (history) penggunaan aplikasi yang kamu gunakan. Berikut beberapa layanan Google yang mengumpulkan data kamu secara diam-diam.

Gmail. Layanan surat elektronik ini mengumpulkan tentang siapa yang berhubungan dengan pengguna, barang yang dibeli pengguna, daftar kontak pengguna dan banyak hal lainnya.

Google Diam-diam Kumpulkan Data Kamu & Cara Menghentikannya
Foto: Infografis/ layanan Google yang diam-diam rekam data aktivitas pengguna/Aristya Rahadian Krisabella
Google Foto. Layanan ini mengumpulkan data tentang foto yang diambil dan disimpan oleh penggunanya.

Google Drive. Layanan ini bisa mengumpulkan mengenai semua data-data yang disimpan pengguna di Google Drive. 

Google Fit. Layanan ini mengumpulkan semua tentang data kesehatan dan target yang dibuat pengguna selama berolahraga.

Google Calendar. Semua jadwal, janji ketemu hingga konser yang akan dihadiri akan diketahui Google bila pengguna memasukkan data tersebut ke dalam Google Calendar.

Android. Ini adalah operating system (OS) yang digunakan di ponsel. Semua aktivitas pengguna bisa diketahui Google bahkan aplikasi yang digunakan atau sudah dihapus pengguna bisa diketahui Google.

Cara Lihat Data Kamu yang Dikumpulkan Google
Meski mengumpulkan data pengguna secara diam-diam, Google cukup terbuka dan transparan mengenai data pengguna yang dikumpulkannya. Google memberikan akses kepada pengguna untuk mengetahui data apa saja yang telah dikumpulkan. Berikut caranya.

Mencari tahu jenis iklan apa yang paling Anda minati.

Google Diam-diam Kumpulkan Data Kamu & Cara Menghentikannya
Foto: Cari tahu topik iklan apa yang menurut Google paling diminati (dok. CNBC.com)
Pertama, pastikan Anda masuk ke Akun Google Anda dan kemudian ketuk tautan Manage Ads Settings. Hal ini akan menunjukkan topik iklan apa yang menurut Google Anda sukai. Di sana Anda akan melihat jenis kelamin Anda, umur dan iklan apa saja yang pernah Anda blokir.

Cari cari tahu tempat yang pernah Anda kunjungi

Google Diam-diam Kumpulkan Data Kamu & Cara Menghentikannya
Foto: Cari tahu di mana Google tahu Anda pernah berada (dok. CNBC.com)
Laman Google Locations History Page menunjukkan dengan pasti lokasi mana saja yang pernah pernah Anda kunjungi. Data ini tersimpan di Google Maps. Data yang terkumpul sejak 2010.


Lihat Aktivitas YouTube

Google Diam-diam Kumpulkan Data Kamu & Cara Menghentikannya
Foto: Lihat Aktivitas YouTube Anda (dok. CNBC.com)
Google juga memantau aktivitas Anda di YouTube. Hal ini bisa terlihat dari YouTube Search dan YouTube Watch.



Cara Setop Google Kumpulkan Data Kamu
Setelah bisa melihat semua data kamu yang dikumpulkan oleh Google, Kamu juga bisa menghentikan Google mengumpulkan data tentang kamu. Berikut cara untuk menghentikan Google mengumpulkan data Anda, seperti dikutip dari CNBC International, Rabu (24/7/2019):
  • Buka https://myaccount.google.com/privacycheckup/. Ini adalah halaman utama untuk mengurus masalah data yang dikumpulkan Google.
  • Masuk ke akun Google milik Anda
  • Lalu kunjungi semua kategori seperti Web & App Activity, YouTube Search History and Location History.
  • Klik "Manage" di bagian bawah untuk melihat bagaimana Google menggunakan informasi pengguna dan mematikan semua informasi yang tidak ingin Google kumpulkan dari Anda.
  • Lalu pilih bagian "Make ads more relevant to you".
  • Matikan "Ad personalization". Dengan ini Google tidak akan menyasar Anda dengan iklan berdasarkan informasi yang Google tahu tentang Anda.
  • Kemudian ketuk 'Control what others see about you'.
  • Klik 'Edit your shared endorsement setting' dan matikan. Ini akan mencegah ulasan Anda mengenai pada restoran atau aplikasi muncul di Google Play Store atau Google Maps.
  • Klik 'Manage your Google Photo settings' dan matikan agar Google tak mengenali wajah Anda.
  • Klik Manage what you share on YouTube dan matikan agar orang lain tidak dapat melihat playlist video Anda.
  • Akhirnya, buka https://myaccount.google.com/data-and-personalization. Laman ini akan memungkinkan Anda menghentikan Google mengumpulkan informasi dari layanan yang Anda gunakan seperti riwayat pencarian YouTube, informasi suara dan lokasi Anda.
(roy/miq)

Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo 

Rabu, 24 Juli 2019

PT Rifan Financindo - Euro Jeblok Lagi, Ini Kata Analis dari Bank ING

Euro Jeblok Lagi, Ini Kata Analis dari Bank ING
PT Rifan Financindo - Mata uang euro jeblok lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (23/7/19) hingga menyentuh level terendah sejak 3 Juni lalu. Pada pukul 19:58 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1167 atau melemah 0,35% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

European Central Bank (ECB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (25/6/19) nanti menjadi penyebab utama buruknya performa euro. Bank sentral di bawah pimpinan Mario Draghi tersebut diprediksi akan memangkas suku bunganya.

Tujuh bulan lalu ECB sudah mengakhiri program pembelian aset (surat berharga dan obligasi) atau yang disebut quantitative easing (QE). ECB di bawah pimpinan Mario Draghi bahkan berencana menaikkan suku bunga di kuartal IV tahun ini.

Namun hanya dalam enam bulan semua berubah dan berbalik arah, ECB kembali akan melonggarkan kebijakannya akibat tekanan yang dialami ekonomi zona euro serta inflasi yang lemah. Draghi pada 18 Juni lalu mengejutkan pasar dengan menyatakan akan menggelontorkan stimulus moneter jika diperlukan untuk membantu perekonomian.

Beberapa analis juga berpendapat jika ECB akan bertindak mendahului The Fed agar euro tidak menguat signifikan melawan dolar AS, melansir Reuters. Analis dari Bank ING memprediksi mata uang 19 negara ini akan turun lebih dalam saat ECB mengumumkan kebijakan moneternya, melansir FXStreet.com.

Pelaku pasar dikatakan melihat probabilitas sebesar 40% suku bunga ECB akan dipangkas 10 basis poin (bps) Kamis nanti, dan lebih dari 10 bps, begitu juga di bulan September. Selain pemangkasan suku bunga tersebut, dikatakan ada dua hal berisiko menekan euro lebih dalam.

Yang pertama, ECB diprediksi akan mengubah panduan kebijakan moneternya dan memberikan sinyal pemangkasan suku bunga di bulan September. Hal tersebut akan menguatkan ekspektasi pelaku pasar jika ECB akan bersikap dovish.

Yang kedua, Draghi dalam konferensi pers nanti disebut akan bersikap dovish dan mengindikasikan akan ada program QE.

Akibat dua faktor tersebut, euro diprediksi masih memiliki ruang untuk melemah dalam beberapa hari ke depan merespon konferensi pers ECB, begitu juga dalam beberapa bulan ke depan akibat ekspektasi ECB akan menggelontorkan stimulus melalui QE. (pap/pap)
Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo
 

Selasa, 23 Juli 2019

Rifanfinancindo - Terseret Kinerja Wall Street, Bursa Tokyo Dibuka Menguat

Terseret Kinerja Wall Street, Bursa Tokyo Dibuka Menguat
Rifanfinancindo Palembang - Bursa Tokyo dibuka menguat tipis pada perdagangan Selasa (23/7/2019). Seperti dilansir AFP, indeks Nikkei 225 naik 0,24% atau 52,58 poin ke level 21.482,67. Sedangkan indeks Topix turun 0,27% atau 4,17 poin ke level 1.564,57.

Pergerakan di Bursa Tokyo turut terdampak oleh kinerja Wall Street. Bergulirnya earning seasons membawa Wall Street ditutup di teritori hijau pada perdagangan Senin (22/7/2019) waktu setempat.

S&P naik 0,3% ke level 2.985,03. Sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,7% ke level 8.204,14. Sementara Dow Jones Industrial Average bertambah 17,70 poin ke level 27.171,90.

Di tengah laporan earning seasons, serempat perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba. Dari perusahaan-perusahaan, sebanyak 78,5% telah melampaui ekspetasi analis untuk pendapatan sementara. Sedangkan 67% lain melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih baik menurut data FactSet. (miq/miq)
 

Senin, 22 Juli 2019

Rifan Financindo - Harga Minyak Dunia Bisa Tembus US$ 150/Barel

Harga Minyak Dunia Bisa Tembus US$ 150/Barel, Serius Nih?
Rifan Financindo - Harga minyak dunia diprediksi dapat melonjak drastis. Tak tanggung-tanggung, bisa mencapai US$ 150 per barel. Hal tersebut disampaikan oleh analis di Capital Economics, seperti dilansir dari CNBC International, Minggu (21/7/2019).

Analis tersebut menjelaskan, hal itu bisa terjadi jika perang meletus antara AS dan Iran di Teluk Persia. Pasalnya, ketegangan AS dan Iran kian memanas. Dalam perkembangan terbaru, pemerintah Iran menangkap sebuah kapal tanker asal Inggris di Selat Hormuz atas dugaan pelanggaran wilayah laut.

Ini menambah rentetan peristiwa Negeri Paman Sam dan Negeri Persia. Sentimen ini memicu kenaikan harga minyak dunia pada perdagangan Jumat (18/7/2019) ke level US$ 55,63 per barel, menguat 0,60%. Adapun harga minyak mentah Brent naik 0,87% ke level US$ 62,47 per barel.

"Konflik tersebut dapat mendorong penutupan Selat Hormuz," ujar analis tersebut, melansir CNBC International, Minggu (21/7/2019).

Apabila itu terjadi maka dapat mengancam distribusi pasokan minyak global. Selat tersebut merupakan jalur pengiriman untuk seperlima konsumsi minyak dunia. Kala konflik semakin memanas, aliran pasokan bisa terhambat.

Apalagi sebelumnya, AS pada Kamis (18/7/2019) waktu setempat mengabarkan Angkatan Laut AS (US Navy) telah menghancurkan pesawat nirawak (drone) milik Iran di perairan Selat Hormuz. Menurut AS, aksi itu dilakukan karena drone Iran telah mengancam kapal perang US Navy.

Akan tetapi pihak Iran menampik kabar tersebut. "Kami tidak menerima informasi perihal kehilangan drone hari ini," ujar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.

Washington bersikukuh telah menembak jatuh sebuah drone milik Iran. "Kami sudah mengkaji, itu adalah drone Iran," kata juru bicara Pentagon, Rebecca Rebarich.

Namun demikian, para analis menyatakan kemungkinan terjadinya perang di Teluk Persia masih jauh panggang dari api. Apalagi Presiden AS Donald Trump dalam kampanyenya menyerukan mengakhiri perang di Timur Tengah.


"Untuk AS, saya pikir itu semua tergantung pada pertimbangan politik domestik Trump," ujar ahli energi di Universitas Columbia Richard Nephew. (miq/miq)

Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo  

Jumat, 19 Juli 2019

PT Rifan Financindo - The Fed Diprediksi Pangkas Bunga 50 bps, Yen Berjaya

The Fed Diprediksi Pangkas Bunga 50 bps, Yen Berjaya
PT Rifan Financindo - Mata uang yen Jepang kembali berjaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (18/7/19) kemarin hingga menyentuh level terkuat dalam tiga pekan terakhir. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang semakin kuat diprediksi akan memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) membuat dolar jeblok dan berhasil dimanfaatkan yen untuk menguat 0,6% ke level 107,29/US$.

Akibat penguatan cukup siginifikan kemarin membuat yen terkena aksi ambil untung (profit taking) pagi ini, Jumat (19/7/19) dan berada di zona merah. Pada pukul 7:30 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 107,43/US$ atau melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Presiden The Fed New York, John Williams, menjadi penyebab menguatnya spekulasi pemangkasan 50 bps menjadi 1,75%-2,00% pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Mengutip CNBC Intenational, Willams Kamis kemarin mengatakan para bankir harus bertindak cepat dengan kekuatan penuh ketika suku bunga menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi melambat. 

Pasca komentar tersebut pelaku pasar kini melihat ada probabilitas pemangkasan suku bunga bunga 50 bps naik menjadi 48,3% dari sebelumnya 34,3%, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group. Sementara 51,7% melihat The Fed akan memangkas 25 bps, persentase yang hampir berimbang, tetapi yang pasti bank sentral paling powerful di dunia ini akan memangkas suku bunganya.

Kondisi dolar sebenarnya sudah tidak bagus sebelum Williams melontarkan pernyataannya. Rilis Beige Book oleh The Fed memberikan tekanan bagi Mata Uang Paman Sam. Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.

Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas, padahal jika melihat data ekonomi AS seperti data tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel ini dirilis masih positif.

Namun, pimpinan The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya demi melihat rilis data yang bagus. Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.

Setelah The Fed, giliran Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) yang mengirim sentimen negatif. IMF mengatakan mengatakan nilai tukar dolar kemahalan (overvalued) antara 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini.

Semua faktor tersebut membuat dolar loyo dan yen berhasil mendominasi dalam dua hari terakhir, bahkan ada peluang berlanjut lagi hari ini.(pap/pap)

Sumber : CNBC
Rifanfinancindo

Kamis, 18 Juli 2019

Rifanfinancindo - Nego Dagang AS-China Makin Runyam, Wall Street Melemah

Nego Dagang AS-China Makin Runyam, Wall Street Melemah
Foto: Reuters
Rifanfinancindo - Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2019) waktu setempat. Penurunan disebabkan oleh memburuknya sentimen investor akibat perang dagang AS-China yang kembali memanas. Selain itu musim rilis data pendapatan (earning seasons) perusahaan-perusahaan AS juga menjadi perhatian investor.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 115,7 poin atau 0,42%. Kemudian indeks S&P 500 turun 0,65% menjadi 2.984,42. Sementara indeks Nasdaq Composite ditutup 0,46% lebih rendah menjadi 8.185,21.

Saham ditutup pada posisi terendah hari itu tepat setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa kemajuan dalam kesepakatan perdagangan dengan China terhenti karena masalah pembatasan pada Huawei. Demikian disampaikan WSJ, mengutip beberapa sumber.

Trump sebelumnya pada Selasa, mengatakan kedua negara "masih memiliki jalan yang panjang" dalam negosiasi perdagangan. Trump juga menambahkan bahwa AS dapat menerapkan tarif tambahan pada barang-barang China senilai US$ 325 miliar.

Komentar Trump muncul setelah China dan AS sepakat untuk tidak meningkatkan ketegangan perdagangan dalam upaya untuk memulai kembali negosiasi. Komentar Trump itu datang di tengah ramainya rilis pendapatan perusahaan AS.

Data FactSet menunjukkan sudah lebih dari 7% perusahaan S&P 500 yang melaporkan pendapatan kuartal kedua sejauh ini. Dari perusahaan-perusahaan itu, sekitar 85% telah membukukan laba yang lebih tinggi dari ekspektasi analis. Pertumbuhan pendapatan yang dilaporkan dari perusahaan-perusahaan tersebut adalah sekitar 3,1%.

Namun, ada juga yang laporan dengan prospek laba perusahaan yang suram. Analis memperkirakan laba S&P 500 turun 3% di kuartal kedua, menurut data FactSet, yang dikutip CNBC International. (miq/miq)

 

Rabu, 17 Juli 2019

Rifan Financindo - Terseret Wall Street yang Memerah, Bursa Tokyo Dibuka Melemah

Terseret Wall Street yang Memerah, Bursa Tokyo Dibuka Melemah
Foto: Nikkei Stock Index. (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Rifan Financindo - Bursa Tokyo dibuka melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2019). Pelemahan itu mengikuti pergerakan Wall Street yang ditutup di zona merah kemarin.

Kedua bursa menuju teritori negatif setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghidupkan kembali ketegangan dalam hubungan dagang antara AS dengan China yang sedang membaik.

Indeks acuan Nikkei 225 turun 0,24% atau 52,58 poin menjadi 21.482,67 pada awal perdagangan, sementara indeks Topix terkoreksi 0,27% atau 4,17 poin menjadi 1.564,57.
Trump pada hari Selasa mengatakan bahwa AS dan China masih memiliki jalan yang panjang sebelum dapat mencapai kesepakatan dalam perdagangan. Trump juga mengatakan bahwa AS dapat mengenakan tarif impor tambahan pada barang-barang China senilai US$ 325 miliar.

Komentar Trump itu muncul setelah China dan AS sepakat untuk tidak meningkatkan ketegangan perdagangan dalam upaya untuk memulai kembali perundingan. Sebelumnya, Trump juga telah setuju untuk menunda penerapan tarif impor tambahan pada China setelah bertemu dengan presiden China Xi Jinping di KTT G20 di Osaka, Jepang akhir bulan lalu.

Selama setahun terakhir, AS-China telah saling menerapkan bea masuk hingga miliaran dolar pada masing-masing negara. Perang dagang kedua ekonomi terbesar dunia ini juga dikhawatirkan akan semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mengikis kepercayaan bisnis. (miq/miq)

Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo 

Selasa, 16 Juli 2019

PT Rifan Financindo - Usai Libur Tiga Hari, Bursa Tokyo Dibuka Melemah

Usai Libur Tiga Hari, Bursa Tokyo Dibuka Melemah
Foto: Nikkei Stock Index. (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
PT Rifan Financindo Palembang - Bursa Tokyo dibuka di teritori negatif pada perdagangan Selasa (16/7/2019). Namun demikian, investor terus mencermati faktor-faktor penggerak pasar usai bursa libur selama tiga hari.

Dilansir AFP, indeks Nikkei 225 turun 0,18% atau 38,12 poin ke ke level 21.647,78. Sedangkan indeks Topix juga melemah 0,18% atau 2,76 poin ke level 1.573,55 poin.

Foto: REUTERS/Jason Reed


CNBC International melaporkan, bursa-bursa di Asia, termasuk Bursa Tokyo, sedang menantikan risalah pertemuan Bank Sentral Australia (RBA) yang akan dirilis pukul 09.30 waktu Hongkong/Singapura. Investor menunggu langkah RBA setelah memangkas suku bunga ke level terendah beberapa waktu lalu.

"Kami menilai saat ini RBA ingin menunggu dan menilai dampak dari pemangkasan suku bunga acuan serta pemotongan pajak penghasilan pribadi beberapa waktu lalu," ujar analis di Commonwealth Bank of Australia Kim Mundy. Ia menilai pemangkasan suku bunga acuan akan terjadi pada November nanti.(miq/miq)

Sumber : CNBC
Rifanfinancindo

Senin, 15 Juli 2019

Rifanfinancindo - Menunggu Rilis Pertumbuhan Ekonomi China, Harga Minyak Rehat

Menunggu Rilis Pertumbuhan Ekonomi China, Harga Minyak Rehat
Rifanfinancindo Palembang - Pergerakan harga minyak mentah dunia cenderung terbatas akibat pelaku pasar masih menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi China yang akan dibacakan pukul 09:00 WIB nanti.

Pada perdagangan hari Senin (15/7/2019) pukul 08:15 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman September melemah 0,06% ke level US$ 66,68/barel. Adapuj harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) turun 0,07% menjadi US$ 60,17/barel.

Akhir pekan lalu (2/7/2019), harga Brent dan WTI ditutup menguat masing-masing sebesar 0,3% dan 0,02%.

Konsensus analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi China kuartal II-2019 akan berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), seperti yang dikutip dari Trading Economics. Bila benar demikian, itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi paling lambat setidaknya sejak 1990.

Perlambatan ekonomi China yang semakin parah tentu akan membawa sentimen negatif ke pasar minyak mentah global. Apalagi jika ternyata angka yang dibacakan lebih kecil ketimbang perkiraan konsensus.

Pasalnya, China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Kala perekonomian Negeri Panda melambat, maka negara-negara mitranya (yang hampir seluruh dunia) juga akan ikut terseret.

Lagi-lagi, proyeksi pertumbuhan permintaan minyak bisa terancam.

Sementara itu, harga minyak masih mendapat fondasi dari terhentinya aktivitas produksi di Teluk Meksiko, yang merupakan salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di benua Amerika.

Berdasarkan Biro Keselamatan lingkungan Amerika Serikat (AS), badai tropis 'Barry' yang menghantam kawasan Teluk Meksiko pada akhir pekan lalu telah memangkas produksi minyak hingga 73% atau 1,38 juta barel/hari, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (14/7/2019).

Meskipun badai telah berlalu, namun 42% dari total 283 fasilitas produksi di Teluk Meksiko masih belum beroperasi hingga Minggu malam. Dengan demikian, setidaknya pasokan global bisa lebih ketat untuk sementara waktu.(taa/hps)

Jumat, 12 Juli 2019

Bagai Bumi & Langit, Semen China Rp34 Ribu, Lokal Rp48 Ribu!


Jakarta, CNBC Indonesia - Produk-produk semen China beberapa tahun terakhir meramaikan pasar semen di dalam negeri. Di toko-toko online produk semen dijual dengan harga yang miring dibandingkan dengan produk lokal. 

Beberapa nama produk semen yang prinsipalnya dari investor China bermunculan antara lain Conch Cement dengan merek dagang Conch, juga ada Jui Shin dengan merek dagang semen Garuda, juga ada Semen Hippo, dan lainnya. 

Di pasaran, produk semen merek China ini harganya sangat bersaing, bahkan pemasaran mereka cukup agresif sampai di lapak online. CNBC Indonesia, mencoba berselancar di beberapa toko online, hasilnya cukup mengejutkan. 

Semen Hippo misalnya, untuk ukuran 50 Kg hanya dijual Rp47 ribu, dan ukuran 40 kh hanya Rp37 ribuan. Semen Garuda dibanderol dengan harga Rp44.800 untuk ukuran 50 kg, sedangkan 40 kg hanya Rp35.900.

Bahkan semen Conch ukuran 40 Kg di toko Bukalapak ada yang dijual hanya Rp34.300 per sak, dan ukuran 50 Kg dipatok Rp42.900 per sak oleh pelapak di Jakarta, harga ini memang belum termasuk ongkos turun barang tapi relatif sangat murah. 

Di pelapak yang sama, harga semen lokal macam Tiga Roda ukuran 40 Kg dijual sampai Rp39.800 per sak, bahkan di penjual lainnya yang sama-sama area Jakarta, menjual sampai Rp48 ribu per sak padahal pabriknya dekat dengan Jakarta. Ukuran 50 kg, harganya dijual ada yang sampai Rp54.400 per sak. 

Semen Gresik salah satu pemain lokal, juga menjual cukup mahal, ukuran 40 kg dijual Rp 40.400 per sak, dan ukuran 50 kg dibanderol Rp50.500 per sak. 

Artinya ada kurang lebih selisih Rp5000-6000 semen China dari produk lokal untuk ukuran semen 40 kg, dan rata-rata selisih Rp8000-12.000 untuk ukuran 50 kg. Kondisi serupa juga terjadi pada lapak-lapak online lainnya macam Tokopedia, Shopee dan lainnya. 

Potret harga semen di pasar di atas hanya gambaran bagaimana kompetitifnya pemain semen asing di Indonesia.

Sumber : CNBC
 
 

Kamis, 11 Juli 2019

Rifan Financindo - Tiga Hari 'Puasa', Hari Ini Rupiah Terbaik Kedua di Asia!

Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Rifan Financindo Palembang - Rupiah menunjukkan performa yang menggembirakan pada hari ini. Pasca sudah 'berpuasa' alias tak pernah mencetak apresiasi dalam tiga hari perdagangan terakhir, hari ini rupiah berhasil memukul mundur dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah menguat 0,21% ke level Rp 14.095/dolar AS. Pada pukul 08:20 WIB, penguatan rupiah telah melebar menjadi 0,25% ke level Rp 14.090/dolar AS.

Yang lebih menggembirakan lagi, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia. Rupiah hanya kalah dari yen yang mampu menguat sebesar 0,3% melawan greenback.

Dolar AS memang sedang loyo pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang jatuh sebesar 0,08%. Sentimen negatif bagi dolar AS datang dari rilis risalah (minutes of meeting) pertemuan The Fed edisi Juni 2019.

Melalui risalah ini, semakin terkonfirmasi bahwa The Fed memiliki intensi untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat, kemungkinan pada bulan ini juga. Para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.

"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.

Perang dagang antara AS dengan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

"Para anggota secara umum setuju bahwa risiko terhadap prospek perekonomian telah meningkat semenjak pertemuan pada bulan Mei, utamanya risiko yang berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain."

Selain itu, sinyal kuat bahwa tingkat suku bunga acuan akan segera dipangkas datang dari kekhawatiran yang dirasakan The Fed terkait dengan inflasi yang terus-menerus berada di bawah target.

"Beberapa anggota juga melihat bahwa inflasi yang terus-menerus berada di bawah target berisiko untuk melemahkan ekspektasi inflasi di masa depan yang pada akhirnya akan memperlambat kenaikan bertahap dari inflasi itu sendiri ke target yang sebesar 2%," tulis risalah itu lebih lanjut.

Sebagai informasi, angka inflasi merupakan satu dari dua indikator utama yang dicermati oleh The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya, selain juga data tenaga kerja.

Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi ada di level 2%. Untuk data teranyar yakni periode Mei 2019, Core PCE price index tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6% YoY, jauh di bawah target The Fed. (ank/hps)

Rabu, 10 Juli 2019

PT Rifan Financindo - AS-China Makin Mesra, Bursa Saham Asia ke Zona Hijau

AS-China Makin Mesra, Bursa Saham Asia ke Zona Hijau
PT Rifan Financindo - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan hari ini di zona hijau: indeks Shanghai menguat 0,24%, indeks Hang Seng naik 0,46%, indeks Straits Times terapresiasi 0,3%, dan indeks Kospi bertambah 0,46%.

Sentimen positif yang menyelimuti perdagangan di bursa saham Benua Kuning datang dari aura damai dagang AS-China yang kian terasa. Kemarin (9/7/2019) waktu AS, delegasi AS dan China melakukan pembicaraan via telepon.

Delegasi AS terdiri dari Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China terdiri dari Wakil Perdana Menteri Liu He dan Menteri Perdagangan Zhong San.


Menurut seorang pejabat AS, pembicaraan via telepon tersebut dilakukan "untuk melanjutkan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan", dilansir dari CNBC International.

Pejabat tersebut kemudian menambahkan bahwa "kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan itu sebagaimana mestinya".

Pernyataan dari pejabat AS tersebut kemudian dikonfirmasi sendiri oleh Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada pagi hari ini waktu setempat.

Kesepakatan dagang antara AS dan China menjadi sangat krusial guna menghindarkan perekonomian keduanya dari yang namanya hard landing. Di China yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, dalam enam bulan pertama tahun 2019 data resmi pemerintahnya mencatat bahwa aktivitas manufaktur membukukan kontraksi sebanyak empat kali yakni pada bulan Januari, Februari, Mei, dan Juni.

Sementara itu, sentimen positif lainnya bagi bursa saham Asia datang dari perkembangan terkait dengan RUU ekstradisi yang sempat memantik aksi protes besar-besaran. Kemarin, pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam menyatakan bahwa pembahasan RUU ekstradisi 'sudah mati'.

Dengan pernyataan Lam tersebut, diharapkan tak ada lagi aksi protes di Hong Kong sehingga situasi di pasar saham pun menjadi lebih kondusif dan aksi beli bisa dilakukan.(ank/hps)

Selasa, 09 Juli 2019

Rifanfinancindo - Situasi Timur Tengah Bikin Harga Minyak Ogah Turun Banyak

Situasi Timur Tengah Bikin Harga Minyak Ogah Turun Banyak
Ilustrasi Minyak Mentah (REUTERS / Brendan McDermid)
Rifanfinancindo Palembang - Harga minyak dunia bergerak turun pada pagi ini. Namun penurunan harga si emas hitam tidak terlalu drastis, karena himpitan dua sentimen besar. 

Pada Selasa (9/7/2019) pukul 07:38 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masing-masing terkoreksi terbatas 0,02% dan 0,18%. Namun dalam sepekan terakhir, harga brent melonjak 2,45% dan light sweet melesat 2,3%. 

Faktor yang menyeret harga minyak ke selatan adalah masih tingginya kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan permintaan. Data-data ekonomi di berbagai negara menunjukkan perlambatan ekonomi begitu nyata.

Di Jepang, Pemesanan mesin inti (di luar komponen kapal dan elektronik) di Jepang turun 3,7% year-on-year (YoY) pada Mei. Ini menjadi penurunan paling tajam dalam delapan bulan terakhir.

Sementara di Jerman, produksi industri pada Mei terkontraksi alias minus 3,7% YoY. Memburuk dibandingkan April yang terkontraksi 2,3%.

Data kurang enak juga datang dari Amerika Serikat (AS). Memang penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam pada Juni mencapai 224.000, tertinggi sejak awal tahun. Namun angka pengangguran naik dari 3,6% menjadi 3,7%.

Belum lagi isu perang dagang AS-China yang belum terselesaikan. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping boleh bersepakat untuk kembali berunding. Namun jalan menuju kesepakatan damai dagang seperti masih butuh proses.

Jadi wajar saja jika investor cemas perlambatan ekonomi akan menurunkan permintaan energi. Akibatnya, harga minyak pun terdorong ke bawah.

Namun faktor yang membuat koreksi harga minyak tidak terlampau dalam adalah potensi ketegangan di Timur Tengah. Iran memutuskan untuk kembali melakukan pengayaan uranium yang tidak sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan negara-negara barat pada 2015. 

Langkah Teheran tentunya mengundang kecaman dunia, tidak terkecuali AS. "Mereka sebaiknya hati-hati," kata Presiden Trump. Sebuah kalimat yang singkat, tetapi tidak bisa dianggap enteng.

Jika Iran terus melakukan pengayaan uranium (yang bisa digunakan untuk senjata pemusnah massal), maka situasi Timur Tengah bakal tetap panas. Bukan tidak mungkin AS dan sekutunya menempuh opsi agresi militer.

"Kami melihat ada risiko konflik bersenjata, sehingga menahan penurunan harga minyak lebih lanjut akibat perlambatan ekonomi global," kata Jim Ritterbusch, Analis dari Rittersburch and Associates dalam laporannya, seperti diberitakan Reuters. (aji/aji)

Senin, 08 Juli 2019

Rifan Financindo - Efek Wall Street & Faktor Iran, Bursa Tokyo Dibuka Melemah

Efek Wall Street & Faktor Iran, Bursa Tokyo Dibuka Melemah
Rifan Financindo Palembang - Bursa Tokyo dibuka di teritori negatif pada perdagangan Senin (8/7/2019) pagi. Kinerja Wall Street ditambah faktor geopolitik seiring ulah Iran menjadi perhatian investor.

Dilansir kantor berita AFP, indeks Nikkei 225 turun 0,35% atau 76,43 poin ke level 21.669,95. Sedangkan indeks Topix turun 0,25% atau 3,99 poin ke level 1.588,59.

Setelah berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah, Wall Street ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (5/7/2019) waktu setempat. Hal ini dipicu setelah rilis data ketenagakerjaan yang lebih kuat. Hal itu telah mengurangi harapan atas kebijakan moneter Federal Reserve/Bank Sentral AS yang lebih longgar.

Di sisi lain, ada faktor Iran. Presiden Irang Hassa Rouhani mengatakan negara-negara adidaya gagal mempertahankan komitmen mereka terkait nuklir. Untuk itu, Iran mengatakan akan melampaui batas pengayaan uranium, sebuah langkah yang melanggar kesepakatan nuklir empat tahun lalu. (miq/miq)

Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo

Jumat, 05 Juli 2019

PT Rifan Financindo - Gairah Investor Mulai Reda, Harga Emas Seakan Tak Bergerak

Gairah Investor Mulai Reda, Harga Emas Seakan Tak Bergerak
Foto: Tak Hanya Logam Mulia, Perhiasan Saat Ini Banyak Diburu Warga Untuk Investasi.(CNBC Indonesia)
PT Rifan Financindo Palembang - Akibat saling tarik sentimen, pergerakan harga emas masih sangat terbatas. Harapan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China dan penurunan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve menjadi sentimen utama yang menarik harga emas ke dua arah.

Pada perdagangan hari Jumat (5/7/2019) pukul 09:45 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) naik tipis 0,01% ke level US$ 1.421/troy ounce, setelah ditutup stagnan kemarin.

Sementara harga emas di pasar spot naik 0,24% menjadi US$ 1.418,58/troy ounce, setelah turun 0,24% sehari sebelumnya.

Salah satu yang membuat pelaku pasar tak lagi gencar memburu emas adalah perkembangan yang positif terkait perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow mengatakan bahwa perwakilan kedua negara (AS dan China) tengah merencanakan sebuah perundingan baru.

"Dialog (dengan China) akan berlanjut pada pekan depan," ujar Kudlow, dikutip dari Reuters.

Seorang pejabat dari Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representative) belakangan menyebut bahwa dialog tersebut akan melibatkan pejabat tingkat tinggi dan dilakukan melalui sambungan telepon.

Lebih lanjut, Kudlow juga menyebut akan ada dialog lanjutan yang kemungkinan dilakukan dengan tatap muka.

"Saya tak tahu tepatnya kapan. Mereka (delegasi kedua negara) berbicara melalui sambungan telepon. Mereka akan berbicara lagi pada pekan depan melalui sambungan telepon dan mereka akan merencanakan pertemuan tatap muka," kata Kudlow.

Ada kemungkinan rangkaian dialog yang akan dilakukan AS-China ke depan bisa menghasilkan kesepakatan damai dagang.

Atas optimisme tersebut, pelaku pasar mulai bisa sedikit berani untuk agresif dalam berinvestasi. Emas yang biasanya dipilih saat main aman pun tak lagi diborong.


Investor Masih Galau, Harga Emas Seakan Tak Bergerak
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell
Namun perlu dicatat bahwa investor tidak serta merta meninggalkan emas. Pasalnya masih ada harapan yang besar akan penurunan suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed.

Perlu diketahui bahwa akhir bulan Juli, komite pengambil kebijakan (FOMC) The Fed akan kembali menggelar rapat bulanan. Dalam rapat setiap rapat, The Fed biasanya akan mengumumkan kebijakan suku bunga. Bisa ditahan, naik, atau diturunkan.

Mengutip CME Fedwatch, Jumat (5/7/2019), probabilitas The Fed menurunkan suku bunga 25 basis poin di rapat bulan Juli mencapai 72,4%. Ada pula 27,6% kemungkinan suku bunga acuan dipangkas hingga 50 basis poin.

Sementara kemungkinan suku bunga acuan ditahan di kisaran 2,25-2,5% tidak ada sama sekali alias 0%.

Kala suku bunga acuan The Fed turun, maka pasar akan kebanjiran likuiditas dolar. Dolar melimpah ruah karena fasilitas kredit jadi lebih mudah. Dolar tak lagi disimpan dalam kandang dan bertebaran di mana-mana.

Dengan begitu, nilai tukar greenback kemungkinan akan tertekan.

Dalam kondisi tersebut, pelaku pasar akan terpapar risiko penurunan nilai aset akibat perubahan kurs dolar. Bukan hal yang diinginkan tentunya.

Alhasil, emas masih terus dipertahankan sebagai instrumen pelindung nilai (hedging).

TIM RISET CNBC INDONESIA(taa/tas)
 

Kamis, 04 Juli 2019

Rifanfinancindo - The Fed Diramal Turunkan Bunga Acuan, Wall Street Cetak Rekor

Setelah Lemas Naik-Turun, Harga Minyak Mulai Stabil
Rifanfinancindo Palembang - Setelah melesat sekitar 2% kemarin, pergerakan harga minyak mulai terbatas. Belum ada sentimen baru membuat harga si emas hitam susah ke mana-mana.

Pada perdagangan Kamis (4/7/2019) pukul 08:30 WIB, harga Brent kontrak pengiriman September naik 0,02% ke US$ 63,83/barel. Adapun harga light sweet (WTI) menguat 0,05% menjadi US$ 57,37/barel. Sehari sebelumnya, harga Brent dan WTI ditutup menguat masing-masing sebesar 2,28% dan 1,94%.

Pergerakan harga minyak masih didorong oleh sentimen kesepakatan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya perihal perpanjangan masa pengetatan produksi minyak. Kemarin, OPEC+ epakat untuk terus menahan produksi di level yang sekarang, atau 1,2 juta barel/hari lebih rendah dibanding Oktober 2018. Artinya, dalam waktu dekat tidak akan ada lonjakan pasokan dari OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia.

Selain itu, harga minyak juga mendapat energi positif dari pengurangan jumlah fasilitas pengeboran aktif yang ada di Amerika Serikat (AS). Berdasarkan laporan dari Baker Huges, jumlah rig aktif di AS untuk minggu yang berakhir pada 3 Juli berkurang lima unit menjadi 788. Jumlah rig aktif seringkali menjadi satu indikator untuk memperkirakan produksi minyak Negeri Paman Sam. Kala jumlahnya berkurang, maka ada peluang produksi juga turun. Atau setidaknya tidak ada lonjakan dalam waktu dekat.

Bila pasokan masih bisa terjaga, maka begitu pula keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar minyak global. Ancaman banjir pasokan, seperti yang terjadi pada akhir tahun 2018 bisa dihindari.

Namun, beberapa sentimen negatif juga masih membebani harga minyak, sehingga penguatan hari ini amat terbatas. Salah satunya adalah inventori minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 28 Juni hanya turun sebesar 1,1 juta barel. Angka penurunan tersebut jauh lebih kecil dibanding prediksi konsensus analis yang sebesar 3 juta barel.

Yah, ada sedikit kekecewaan pelaku pasar. Kenyataan tidak seindah harapan. Alhasil perhitungan investasi pelaku pasar harus disesuaikan.

"Pelaku pasar kecewa degan penurunan inventori minyak mentah yang sangat kecil," ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, Texas, dikutip dari Reuters.

Beban pada harga minyak juga disumbangkan oleh defisit neraca dagang AS bulan Mei 2019 yang membengkak sebesar US$ 55,5 miliar atau paling parah dalam lima bulan terakhir. Perang dagang dengan China disebut-sebut menjadi dalang atas pembengkakan defisit neraca dagang AS. Wajar saja karena China merupakan mitra dagang utama Negeri Paman Sam.

Hal tersebut membuktikan bahwa rantai pasokan global masih mengalami hambatan yang cukup kuat. Perlambatan ekonomi dunia pun semakin sulit untuk dihentikan.

Ujung-ujungnya, permintaan energi, yang mana salah satunya adalah minyak mentah juga akan semakin terbatas.

Bahkan bank Barclays memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak pada 2019 akan menjadi yang paling lambat sejak 2011. Bank Morgan Stanley juga telah menurunkan proyeksi harga Brent jangka panjang menjadi US$ 60/barel dari yang semula US$ 65/barel.

Selain itu volume transaksi kontrak pembelian minyak akan terbatas karena hari ini AS akan merayakan Hari Kemerdekaan, sehingga sebagian besar pelaku pasar libur.(taa/taa)