Jumat, 28 Februari 2020

Bursa Saham Asia Menjelma Menjadi 'Lautan Merah'!

Bursa Saham Asia Menjelma Menjadi 'Lautan Merah'!
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan - Bursa saham Asia masih berada di jalan yang terjal dan penuh kerikil tajam. Pagi ini, seluruh indeks saham utama Benua Kuning merah. Tidak sekadar melemah, koreksinya juga dalam.

Well, mau bilang apa. Dunia memang semakin mencekam karena virus corona yang tambah kejam. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 83.078. Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 2.855.

Kini yang menjadi ketakutan adalah penyebaran di luar China yang semakin masif. Beberapa negara telah melaporkan kasus corona perdana mereka, seperti San Marino, Belanda, dan Georgia.

Sementara di negara-negara lain, jumlah kasus kian membengkak. Di Korea Selatan sudah mencapai 1.766, Italia 655, Iran 245, dan Jepang 214.

Berdasarkan jajak pendapatan bulanan yang dilakukan Reuters, pelaku pasar terlihat sudah mengurangi porsi saham dalam portofolio mereka. Dalam survei terhadap 38 wealth managers di kawasan Eropa, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang selama 11-27 Februari, porsi saham dalam portofolio adalah 49,1%. Turun dibandingkan posisi Januari yaitu 49,7%.

"Untuk saat ini, kami rasa cukup layak untuk bersikap waspada sampai skala dan dampak penyebaran virus sudah jelas," kata Mark Robinson, Chief Investment Officer di Bordier & Cie yang berbasis di Inggris.

"Penyebaran virus corona masih menjadi perhatian utama kami. Dampaknya akan terpusat di Asia, tetapi pemerintah di berbagai negara akan mengambil langkah serius untuk mencegahnya. Skenario terburuk kami, virus corona akan masih menjadi faktor pemberat pasar meski tidak sampai menyebabkan resesi," kata Alan Gayle, Presiden Via Nova Investment Management.

Salah satu aset yang kini menjadi buruan investor adalah obligasi pemerintah AS. Meski ada kemungkinan bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan, tetapi US Treasury Bonds/Bills tetap akan menarik karena berstatus sebagai aset aman (safe haven). Porsi obligasi dalam portofolio para responden naik dari 40,3% menjadi 41,4%.

Mayoritas responden juga menjawab sepertinya mereka akan tetap bermain aman seperti ini setidaknya selama enam bulan ke depan, atau sampai situasi dirasa lebih jelas. Oleh karena itu, prospek pasar saham dalam waktu dekat memang suram. Aset-aset berisiko seperti saham bakal sepi peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Kamis, 27 Februari 2020

Gas Terus, Emas Masih Bertengger di Level Tertinggi 7 Tahun

Gas Terus, Emas Masih Bertengger di Level Tertinggi 7 Tahun
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas dunia pagi ini bergerak naik setelah kemarin ditutup menguat. Penyebaran virus corona yang sangat cepat dan semakin meluas di luar China mendongkrak harga emas untuk naik.

Pagi ini, Kamis (27/2/2020) harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.649,46/troy ons. Harga emas mengalami kenaikan 0,6% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Kenaikan harga emas masih dipicu oleh merebaknya virus corona di luar China.

Awal pekan ini, dunia kembali dihebohkan dengan terjadinya lonjakan jumlah kasus baru infeksi virus corona yang terjadi di luar China. Lonjakan kasus baru terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran.

Sampai dengan hari ini, Korea Selatan melaporkan sudah ada 1.595 kasus infeksi virus corona di negaranya. Sementara di Italia dan Iran masing-masing sudah sudah ada 453 kasus dan 139 kasus infeksi.

Jumlah korban meninggal di Korea Selatan bertambah menjadi 12 orang, di Italia jug ada 12 orang dikabarkan meninggal dunia akibat infeksi virus ini. Di Iran, jumlah korban meninggal mencapai 19 orang.

Selain lonjakan kasus baru terjadi di tiga negara tersebut. Jumlah negara yang mengkonfirmasi adanya infeksi virus corona juga bertambah. Jika pada awal pekan ini ada 39 negara yang sudah terjangkit virus corona, hari ini jumlahnya bertambah menjadi 45 negara.

Lonjakan kasus dan meluasnya infeksi membuat dunia khawatir, kasus ini akan jadi pandemi dan memukul perekonomian dunia. Inilah yang menyebabkan pasar keuangan terutama pasar saham global tertekan.

Indeks S&P 500 anjlok 6,6% sejak awal pekan. Hal ini menyebabkan sell off US$ 1,737 triliun menguap pada perdagangan Senin dan Selasa pekan ini di bursa Wall Street. Tadi pagi indeks S&P 500 juga masih ditutup terkoreksi 0,27%.

Pagi ini bursa saham utama kawasan Asia juga bergerak di zona merah. Berdasarkan data Trading Economics, indeks Nikkei225 (Jepang) melorot 1,65% hari ini. 

Senada dengan Jepang indeks Hang Seng (Hong Kong) dan indeks Straits Times (Singapura) juga melemah masing-masing 0,81% dan 0,74%.

Sementara indeks Kospi (Korea Selatan) kembali bergerak di zona merah, jatuh 0,92% setelah secara tak terduga bank sentral Korea Selatan memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di 1,5% di tengah wabah virus corona yang kini tengah menjangkiti negeri tempat KPOP itu berasal.

Dampak dari wabah akibat infeksi virus corona diperkirakan akan memukul perekonomian global pada kuartal pertama 2020. Berbagai negara sudah berancang-ancang untuk memberikan stimulus untuk perekonomiannya demi meredam dampak yang ditimbulkan virus ini.Bank sentral di berbagai negara juga diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan.

Kala ekonomi global sedang mengalami turbulensi, maka investor buru-buru cari aman dengan memindahkan asetnya dari yang berisiko yang cenderung relatif aman (safe haven).

Saat ini aset-aset minim risiko seperti emas memang sedang dilirik oleh para investor. Hal ini yang menyebabkan harga emas mengalami kenaikan dan mencetak rekor tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 26 Februari 2020

Wabah Virus Corona Ancam Dunia, Harga Minyak Drop 3%

Wabah Virus Corona Ancam Dunia, Harga Minyak Drop 3%
Foto: Reuters
PT Rifan Financindo - Harga minyak mentah anjlok sekitar 3% pada hari Selasa (25/2/2020). Ini merupakan penurunan hari ketiga berturut-turut akibat meningkatnya kekhawatiran yang ditimbulkan wabah virus corona di berbagai negara.

Harga minyak mentah Brent turun US$ 1,35 atau 2,4%, menjadi US$ 54,95 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 1,53 atau 3%, menjadi US$ 49,90 per barel.

Tekanan pada harga minyak juga diperberat oleh meningkatnya pasokan minyak belakangan ini. Bahkan, persediaan minyak mentah diperkirakan akan naik untuk minggu kelima berjalan. American Petroleum Institute (API) mengatakan pada Selasa malam bahwa stok minyak mentah naik 1,3 juta barel pekan lalu.

Menurut analis dalam jajak pendapat Reuters, kenaikan pasokan akan sebanyak 2 juta barel dalam data pemerintah yang dijadwalkan untuk dirilis pada pukul 10:30 pagi EST hari Rabu (15:30 GMT).

"Kekhawatiran terkait permintaan menghapus semua keuntungan yang telah kami catatkan selama beberapa minggu terakhir," kata Bob Yawger, director of energy futures di Mizuho di New York. "Ini bukan situasi yang tiba-tiba akan menjadi lebih baik."

Terkait wabah virus corona asal Wuhan, China, berbagai negara di dunia telah dibuat khawatir karena jumlah korban terus berjatuhan. Di Eropa, negara-negara seperti Finlandia, Perancis, hingga Austria melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran lebih luas wabah yang mirip SARS ini.

Swedia bahkan langsung mengalokasikan 40 juta kronor (US$ 4,1 juta) kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membantu negara-negara lain mengatasi penyebaran virus.

"Upaya itu dilakukan Swedia karena menganggap pengecekan di bandara tidak efektif, karena orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala." tulis AFP.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), pemerintahan Presiden Donald Trump telah meminta pendanaan untuk menangani wabah pada Kongres sebesar US$ 2,5 miliar (sekitar Rp 35 triliun).

Lebih dari US$ 1 miliar dari anggaran itu akan digunakan untuk mengembangkan vaksin untuk wabah COVID-19, kata Gedung Putih, Senin waktu setempat.

"Hari ini, Pemerintah mengirim kepada Kongres rencana permintaan dana tambahan senilai US$ 2,5 miliar untuk mempercepat pengembangan vaksin, mendukung kesiapsiagaan dan kegiatan respon dan untuk pengadaan peralatan dan pasokan yang sangat dibutuhkan [untuk menanggulangi wabah virus corona]," kata Rachel Semmel, juru bicara Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Pemerintah AS juga telah memperingatkan warga Amerika untuk bersiap-siap menghadapi penyakit ini. Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa warga Amerika harus mulai mempersiapkan diri akan penyebaran virus corona baru setelah laporan kasus baru meningkat di beberapa negara minggu ini.

Tidak hanya membuat harga minyak anjlok, langkah dramatis dalam penanganan tersebut juga telah mempengaruhi pasar saham. Saham-saham di seluruh dunia merosot ke zona merah pada hari Selasa, ke level terendah sejak awal Desember, dan bahkan imbal hasil (yield) surat utang AS mencapai rekor terendah akibat meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi yang dibawa COVID-19. (hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 25 Februari 2020

Corona Mewabah, Harga Buyback Emas Antam Terbang Rp 10.000

Corona Mewabah, Harga Buyback Emas Antam Terbang Rp 10.000
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Harga beli kembali (buyback) emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) meroket Rp 10.000 (1,37%) menjadi Rp 741.000 per gram pada perdagangan Selasa ini (25/2/2020), dari Rp 731.000/gram kemarin akibat kontraksi pasar keuangan dunia akibat kekhawatiran pasar terhadap virus corona Wuhan (Covid-19).

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini, harga emas Antam ukuran 100 gram masih belum bergerak di angka Rp 760.000/gram dibanding harga kemarin.

Stagnannya harga itu menyebabkan harga per batang keping acuan itu masih pada Rp 76 juta/batang. 

Naiknya harga emas Antam itu mengekor harga emas di pasar spot global yang naik kemarin, meskipun hari ini penguatannya sudah mulai mereda. 

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Terkait dengan harga emas di pasar spot global, kemarin harga logam mulia ini sudah mencapai US$ 1.660,42 per troy ounce (oz), naik 1,04% dari US$ 1.643,31/oz pada hari sebelumnya. Hari ini, harga emas di pasar spot masih turun sebesar 0,4% menjadi US$ 1.653,8/oz.

Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumnya.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 24 Februari 2020

Gas Pol..! Harga Emas Rekor, Sentuh Level Tertinggi 7 Tahun

Gas Pol..! Harga Emas Rekor, Sentuh Level Tertinggi 7 Tahun
Foto: Emas Batangan ditampilkan di Hatton Garden Metals, London pada 21 July 2015 (REUTERS/Neil Hall/File Photo)
PT Rifan - Harga emas tak bosan terus mencatatkan rekor tertinggi barunya. Ganasnya virus corona yang telah merebak di lebih dari 25 negara membuat aset minim risiko ini kembali digandrungi.

Mengawali hari pertama perdagangan pekan ini Senin (24/2/2020), harga emas dunia di pasar spot mencetak rekor tertinggi barunya. Harga emas saat ini berada di level US$ 1.660,59/troy ons, naik 1,05% dibanding harga penutupan minggu lalu dan menandai harga tertinggi sejak 11 Februari 2013.

Sepakan kemarin harga emas di pasar spot mencatatkan kinerja yang ciamik dengan mencatatkan penguatan sebesar 3,95%. Harga emas saat ini sedang bertengger di level tertingginya dalam 7 tahun.

Virus corona masih menjadi sentimen utama yang menggerakkan harga si logam mulia ini. Hingga hari ini, data dari John Hopkins University CSSE menunjukkan sudah ada 79.157 kasus orang yang positif terinfeksi virus corona secara global. Patogen mematikan ini telah merenggut nyawa 2.470 orang.

Secara mengejutkan jumlah kasus di luar China bertambah secara signfikan terutama di Korea Selatan. Jumlah orang yang positif terinfeksi virus ganas ini mencapai 763 orang dan sudah ada 7 kematian di laporkan di Korea Selatan.

Lonjakan kasus juga terjadi di Italia. Di Italia sudah ada 157 kasus orang yang terinfeksi virus corona. Tiga orang dinyatakan meninggal akibat serangan virus mematikan ini, berdasarkan data John Hopkins University CSSE.

Hal ini membuat pelaku pasar semakin cemas bahwa virus yang masih satu keluarga dengan penyebab SARS 17 tahun silam akan jadi pandemi dan menggerogoti perekonomian global yang belum sehat betul.

Akibatnya bursa saham global mengalami tekanan. Pada pagi ini mayoritas bursa saham utama kawasan Asia begerak di zona merah. Indeks Shang Hai Composite terkoreksi 0,42%, indeks Hang Seng ambles 1,72%, indeks Kospi anjlok 3,02%, indeks Nikkei225 turun 0,39% dan indeks Straits Times juga melemah 0,76%.

Tak hanya bursa saham Asia saja yang bergerak di zona merah. Indeks futures Dow Jones juga harus terpangkas 300 poin merespons perluasan penyebaran virus corona di luar China. Pagi tadi indeks futures Dow Jones Industrial Average terpangkas 352,421 poin.

Kekhawatiran ini membuat si logam mulia sebagai aset minim risiko kembali dilirik oleh investor walaupun harganya sudah mahal. Akibatnya harga emas pun ikut terangkat.

Ketidakpastian masih menyelimuti perekonomian global. Jika tahun lalu ketidakpastian sumbernya adalah perang dagang AS-China, tahun ini adalah virus corona.

Kajian bank investasi global Morgan Stanley menunjukkan bahwa dengan merebaknya virus corona saat ini pertumbuhan ekonomi global berpotensi terpangkas sebesar 0,35-0,5 persen poin pada semester pertama tahun ini.

Mengingat ketidakpastian masih ada, direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengingatkan para pemimpin negara pada pertemuan G20 di Arab Saudi untuk mempersiapkan skenario terburuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/hps)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 21 Februari 2020

Gas Poll...! Emas Antam Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Gas Poll...! Emas Antam Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo BerjangkaHarga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menguat mendekati rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat (21/2/2020). Harga emas dunia yang terus melesat naik mengerek harga emas Antam.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia.com milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik menjadi Rp 74,4 juta juta per batang atau 744.000/gram, naik Rp 5.000/gram atau 0,68% dibandingkan Kamis kemarin.

Dua hari sebelumnya, harga emas Antam juga naik Rp 5.000/gram, sehingga total dalam 3 hari sudah naik Rp 15.000/gram.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, rekor harga tertinggi sepanjang dicapai pada 8 Januari lalu Rp 75 juta atau Rp 750.000/gram. Ini berarti harga emas Antam hari ini berjarak Rp 6.000/gram dari rekor tertinggi tersebut.

Harga emas dunia kembali menguat ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir Kamis kemarin akibat kecemasan akan pelambatan ekonomi global yang dipicu oleh wabah virus corona di China.

Dalam tiga hari hingga Kamis kemarin, harga emas dunia sudah menguat 2,42% ke US$ 1.619,40/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 15 Februari 2013.

Selain harga emas dunia beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas Antam adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Nilai tukar rupiah juga sedang terus tertekan, hingga Kamis kemarin sudah melemah 3 hari beruntun dengan total 0,37% di Rp 13.700/US$. Ketika rupiah melemah, maka harga emas dunia yang dibanderol dolar AS akan menjadi lebih mahal, dan tentunya menaikkan harga emas di dalam negeri.

Pada perdagangan hari ini, rupiah kembali melemah dan diperdagangkan di atas Rp 13.700/US$, sementara harga emas dunia kembali menguat, sehingga harga emas Antam berpeluang naik lagi Sabtu besok.

Selain emas Antam biasa, PT Aneka Tambang juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%. (pap/pap)

Kamis, 20 Februari 2020

'Obat Perangsang' dari China Bikin Bursa Saham Asia Bergairah

'Obat Perangsang' dari China Bikin Bursa Saham Asia Bergairah
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham utama Asia bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Sepertinya investor bergairah menanti pengumuman dari China.

Pada Kamis (20/2/2020) pukul 08:15 WIB, indeks saham Topix di Jepang melonjak hampir 1% ke 1.688,39. Sementara Kospi (Korea Selatan) naik 0,08% menjadi 2.210.07 dan Straits Times terangkat 0,53% ke 3.213,71.

Hari ini, bank sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan panduan suku bunga pinjaman (Loan Prime Rate/LPR). Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan PBoC akan menurunkan LPR. Sebanyak 38 dari 51 institusi memperkirakan LPR tenor setahun dan lima tahun akan dipangkas masing-masing 10 basis poin (bps).

Awal pekan ini, PBoC telah menurunkan suku bunga Medium Term Lending Facility (MLF) dari 3,25% menjadi 3,15%. Penurunan LPR akan menjadi stimulus lanjutan dari PBoC untuk meredam dampak ekonomi akibat penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan.

"Penurunan LPR akan sejalan dengan penurunan MLF yang dilakukan sebelumnya. Ke depan, sangat mungkin MLF diturunkan lagi," kata Aidan Yao, Senior Emerging Asia Economist di AXA Investment Management, sebagaimana diwartakan Reuters.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.660 di mana 74.565 terjadi di China. Korban jiwa terus bertambah menjadi 2.124, hampir semuanya juga di Negeri Tirai Bambu.

Dalam laporan ekonomi kuartal IV-2019, PBoC memandang dampak ekonomi virus Corona pasti akan terasa tetapi relatif terbatas. Fundamental ekonomi China tidak berubah, tetap kuat.

"Namun, perekonomian China tetap menghadapi sejumlah tantangan. PBoC akan meredam seluruh risiko yang ada dan menggunakan berbagai instrumen moneter secara komprehensif. PBoC akan meningkatkan dukungan terhadap penyaluran kredit untuk mencecah dampak penyebaran virus Corona," tulis laporan PBoC.

'Obat perangsang' dari PBoC diharapkan membuat likuiditas di pasar keuangan dunia akan bertambah. Dengan begitu, pasar akan lebih bergairah dan memunculkan minat untuk kembali mengoleksi aset-aset berisiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 19 Februari 2020

Dolar AS Unjuk Gigi, Rupiah Melemah Lagi

Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah kompak melemah bersama mayoritas mata uang utama Asia lainnya.

Pada Rabu (19/2/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.690 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,22% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,07% di hadapan dolar AS. Sepertinya derita rupiah belum akan berakhir hari ini.

Sebab, gerak rupiah searah dengan mata uang utama Asia lainnya. Sejauh ini hanya peso Filipina yang mampu menguat, sisanya tidak selamat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:17 WIB:

Dolar AS Terlalu Kuat
Apa boleh buat, dolar AS memang terlalu kuat. Tidak hanya di Asia, mata uang Negeri Adidaya sedang digdaya di level global.

Pada pukul 08:22 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 0,02%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah menguat 1,85%. Secara year-to-date penguatannya lebih sangar lagi yaitu 3,14%.

Keperkasaan dolar AS disebabkan oleh rilis data teranyar di Jerman. Pada Februari, pembacaan awal sentimen investor berada di angka 8,7. Turun jauh dibandingkan Januari yang mencapai 26,7.

Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus Corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 08:13 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.188. Korban jiwa kian bertambah dan sudah menembus 2.000, tepatnya 2.008.

"Ketakutan terhadap dampak negatif dari penyebaran virus Corona di China dan seluruh dunia menyebabkan penurunan yang tajam dari sentimen investor. Ada ekspektasi kinerja sektor-sektor yang berorientasi ekspor akan menurun drastis," kata Achim Wambach, Presiden ZEW, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Kekhawatiran bahwa virus Corona akan menggerogoti rantai pasok dunia memang semakin tinggi. Namun, investor meyakini bahwa perekonomian AS akan cukup kuat untuk menahan dampak negatif penyebaran virus tersebut.

"Hanya ketika virus sudah mati semua atau dampak dari stimulus di berbagai belahan dunia mulai terasa, kita baru bisa melihat pelemahan dolar AS," ujar Brad Bechtel, Direktur Pelaksana Jeffries yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.(aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Selasa, 18 Februari 2020

Resesi Ancam Raksasa Ekonomi, Pasar Keuangan RI Apa Kabar?

Foto: PBOC (REUTERS/Jason Lee)
PT RifanPasar finansial dalam negeri menguat pada perdagangan Senin (17/2/2020) kemarin, meski tipis. Nilai tukar rupiah menguat 0,15% di Rp 13.670/US$, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,01% ke 5.867,523.

Dari pasar obligasi, yield harga surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun turun 0,1 basis poin (bps) ke 6,574%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Pergerakan rupiah, IHSG, dan SUN juga seirama, menghabiskan mayoritas perdagangan di zona merah, sebelum berhasil menguat beberapa menit sebelum perdagangan berakhir.

IHSG sebenarnya sempat menguat sebelum perdagangan sesi I berakhir, tetapi begitu masuk ke sesi II langsung kembali ke zona merah.

Tekanan bagi IHSG di sesi II terjadi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Januari 2019 mencapai US$ 13,41 miliar. Sedangkan impor pada periode yang sama mencapai US$ 14,28 miliar.

Ekspor terkoreksi 3,71% sedangkan impor turun 4,78%. Sehingga berdasarkan hitungan, maka neraca dagang pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US$ 870 juta.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan nilai median pertumbuhan ekspor di 1,37% year-on-year (YoY). Sementara impor masih menunjukkan kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 6,24% YoY. Lalu neraca perdagangan diperkirakan tekor US$ 152 juta.

Membengkaknya defisit perdagangan tersebut memberikan gambaran tantangan berat yang dihadapi perekonomian tahun ini, apalagi dengan adanya wabah virus corona di China.

Wabah virus corona atau yang disebut Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda mereda yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, korban meninggal akibat virus corona atau yang disebut Covid-19 kini mencapai 1,775 orang dan telah menjangkiti lebih dari 71.000 orang di berbagai negara.

Masih belum diketahui seberapa besar dampak virus corona ke pertumbuhan ekonomi China dan global umumnya, yang pasti akan melambat.

Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%. Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

Sementara itu Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyatakan virus corona mungkin akan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini.

"Mungkin ada pemotongan yang kami masih harapkan akan berada dalam persentase 0,1-0,2," kata direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dikutip dari AFP akhir pekan kemarin.

Pelambatan ekonomi global menjadi kabar buruk bagi rupiah. Di awal tahun ini, rupiah menunjukkan keperkasaan, bahkan sempat menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. Salah satu sebabnya adalah pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi bangkit di tahun ini, sehingga aliran modal deras masuk ke Indonesia, di mana aset-aset memberikan imbal hasil tinggi.

Dengan perekonomian global yang diprediksi melambat, tentunya sentimen pelaku pasar memburuk dan lebih berhati-hati. Apalagi Indonesia tidak lepas dari pelambatan ekonomi juga.

Bank Dunia mengatakan pelambatan ekonomi China sebesar 1% dapat membuat ekonomi Indonesia melambat 0,3%. Itu artinya, perekonomian Indonesia bisa melambat lebih dari 0,3% di kuartal I-2020, dampaknya pasar finansial dalam negeri mendapat tekanan.

Tetapi dibalik semua sentimen negatif tersebut, terselip satu hal positif. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sekali lagi bertindak guna meredam dampak wabah Covid-19 ke perekonomian.

PBoC mengumumkan penurunan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.

Penurunan tersebut dimaksudkan untuk menambah likuiditas di pasar, sehingga roda perekonomian bisa berputar. Penurunan MLF hari ini diyakini pelaku pasar sebagai pembuka jalan pemangkasan Loan Prime Rate (LPF) yang akan diumumkan Kamis pekan ini.

Bukan kali ini saja PBoC menggelontorkan stimulus, di awal bulan lalu suku bunga reverse repo tenor 7 hari diturunkan menjadi menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial akibat virus corona. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.

Berkat kebijakan tersebut, sentimen pelaku pasar sedikit terangkat, meski belum benar-benar bagus. Terbukti bursa utama Asia belum kompak Senin kemarin, indeks Shanghai Composite melesat lebih dari 2% sementara Nikkei Jepang dan Kospi Korea Selatan masih melemah. Hal tersebut mengindikasikan pelaku pasar masih berhati-hati, dan belum agresif masuk ke aset berisiko, dan IHSG hanya mampu menguat tipis. (pap)

Senin, 17 Februari 2020

IMF: Corona Merusak Pertumbuhan Global 2020

IMF: Corona Merusak Pertumbuhan Global 2020
Foto: CNBC
PT Rifan Financindo Berjangka - Epidemi penyakit COVID-19 atau virus corona dikabarkan dapat merusak pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Namun dalam Global Women's Forum di Dubai, kepala International Monetary Fund (IMF) mengatakan rebound ekonomi yang tajam dan cepat dapat terjadi.

"Mungkin ada pemotongan yang kami masih harapkan akan berada dalam persentase 0,1-0,2," kata direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dikutip dari AFP akhir pekan kemarin.

"Saya menyarankan semua orang untuk tidak langsung mengambil kesimpulan prematur. Masih ada banyak ketidakpastian. Kami beroperasi dengan skenario, belum dengan proyeksi, tanya saya dalam 10 hari."

Dalam pembaruan Januari untuk World Economic Outlook, IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 dengan 0,1 poin persentase menjadi 3,3 persen, mengikuti pertumbuhan 2,9 persen tahun sebelumnya. Angka ini menjadi terendah dalam satu dekade.

Georgieva mengatakan terlalu dini untuk menilai dampak penuh dari epidemi. Namun di sisi lain, ia mengakui bahwa epidemi ini sudah mempengaruhi sektor-sektor seperti pariwisata dan transportasi.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan karena kami belum cukup tahu apa sifat virus ini. Kami tidak tahu seberapa cepat China akan dapat menahannya. Kami tidak tahu apakah virus akan menyebar ke seluruh dunia," ungkapnya.

Dibandingkan dengan dampak Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2002, Georgieva mengatakan ekonomi China kemudian hanya membuat 8,0 persen dari ekonomi global. Sekarang, angka itu mencapai 19 persen.

"(Pada virus corona) mereka bekerja sangat keras untuk menahan epidemi, mereka telah membawa likuiditas setara 115 miliar dolar sehingga mereka dapat meningkatkan perekonomian," ujarnya, menambahkan jika dunia khawatir mengenai pertumbuhan lamban yang dipengaruhi oleh ketidakpastian.

Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa para ahli internasional mulai bertemu dengan rekan-rekan mereka di China untuk membahas epidemi virus corona baru, yang dikatakan agak sulit untuk diprediksi.

"Para pakar internasional yang berpartisipasi dalam misi bersama yang dipimpin oleh WHO (China) telah tiba di Beijing & telah mengadakan pertemuan pertama mereka dengan rekan-rekan China hari ini," cuit ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter.

"Kami menantikan kolaborasi yang sangat penting ini berkontribusi pada pengetahuan global tentang wabah # COVID19." lanjut cuit tersebut.

Menurut data, jumlah kasus baru dari epidemi virus korona China turun selama hari ketiga berturut-turut. Namun soal penyebarannya, kekhawatiran global tetap tinggi. Apalagi ketika AS mengatakan lebih dari tiga lusin orang Amerika terinfeksi dari kapal pesiar yang dikarantina di Jepang.

Corona kini telah menewaskan 1.700 lebih orang. Berdasarkan data pemerintah Provinsi Hubei yang dipublikasi Senin (17/2/2020) pagi, ada tambahan 100 kematian baru di provinsi episentrum corona itu.

Bukan hanya itu, pemerintah China juga melaporkan ada 1.933 kasus baru. Ini menjadikan total pasien terinfeksi corona di seluruh dunia menjadi 70.400 orang. (sef/sef)

Jumat, 14 Februari 2020

Walau Wall Street Terpeleset, Bursa Saham Asia Tetap Hijau

Walau Wall Street Terpeleset, Bursa Saham Asia Tetap Hijau
Foto : CNBC Indonesia
PT Rifan Financindo - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia bergerak di zona hijau pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (14/2/2020).

Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai naik 0,16%, indeks Hang Seng menguat 0,41%, indeks Straits Times terapresiasi 0,05%, dan indeks Kospi terangkat 0,37%.

Bursa saham Benua Kuning berhasil menguat walaupun Wall Street terpeleset pada perdagagan kemarin, Kamis (13/2/2020). Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones turun 0,43%, indeks S&P melemah 0,16%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,14%.

Bursa saham AS terpeleset pasca sudah ditutup di level tertinggi sepanjang sejarah pada penutupan perdagangan hari Rabu (12/2/2020).

Kinerja Wall Street dalam beberapa waktu terakhir memang bisa dibilang menggembirakan, sebelum akhirnya terpeleset pada perdagangan kemarin. Indeks S&P 500 misalnya, tercatat menguat selama tiga hari beruntun yakni pada periode 10-12 Februari.

Rilis data ekonomi yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS di sepanjang pekan ini. Menjelang akhir pekan kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi resmi pemerintah AS diumumkan sebanyak 225.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 163.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Rilis data ekonomi yang menggembirakan tersebut memberikan harapan bahwa laju perekonomian AS akan membaik di tahun 2020.

Belum lama ini, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal IV-2019 diumumkan di level 2,1% (QoQ annualized), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones.

Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian AS hanya tumbuh 2,3%, menandai laju pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun. Untuk diketahui, pada tahun 2017 perekonomian AS tumbuh sebesar 2,4%, diikuti pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2018.

Laju pertumbuhan tersebut juga berada di bawah target yang dipatok oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pasca resmi memangkas tingkat pajak korporasi dan individu pada tahun 2017, Gedung Putih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk setidaknya berada di level 3%.

Bursa saham Benua Kuning juga berhasil menguat di tengah-tengah terus meluasnya infeksi virus Corona.

Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir Bloomberg, hingga kemarin sebanyak 1.483 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona.

Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.

Seiring dengan perkembangan dari kinerja bursa saham AS dan infeksi virus Corona yang bisa dibilang tak menggembirakan, ada kemungkinan bursa saham utama kawasan Asia justru akan ditutup di zona merah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Kamis, 13 Februari 2020

Korban Corona Tembus 1.300 Jiwa, Indeks Shanghai Naik Tipis

Korban Corona Tembus 1.300 Jiwa, Indeks Shanghai Naik Tipis
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
Rifan Financindo - Bursa saham China dan Hong Kong kompak mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (13/2/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,01% ke level 2.927,14, sementara indeks Hang Seng menguat 0,47% ke level 27.953,65.

Bursa saham China dan Hong Kong sukses mengekor jejak Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (12/2/2020). Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 0,94%, indeks S&P 500 menguat 0,65%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,9%.

Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Di sisi lain, terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi sentimen negatif yang membayangi perdagangan di bursa saham China dan Hong Kong.

Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir CNBC International, hingga kemarin sebanyak 1.310 orang di provinsi Hubei telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 48.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ank/ank)

Rabu, 12 Februari 2020

Corona Memang dari China, Tapi Bisa Hantam Ekonomi Dunia!

Foto: Hong Kong Terkena Corona. (AP Photo/Kin Cheung)
PT Rifan - Virus Corona semakin mengkhawatirkan. Jika penyebaran berlangsung semakin lama, maka perekonomian China dan dunia bakal merasakan dampaknya.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Rabu (12/2/2020) pukul 08:53 WIB, jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai 45.119 di mana 44.643 melanda Negeri Tirai Bambu. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 1.115 orang, dua di antaranya berada di luar China.

Virus Corona bermula dari Kota Wuhan di Provinisi Hubei (China). Penyebarannya menjadi meluas karena bertepatan dengan momen perayaan Tahun Baru Imlek yang menjadi puncak mobilitas masyarakat China. Virus menyebar ke penjuru China dan berbagai negara di Asia, Eropa, hingga Amerika.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menegaskan bahwa virus Corona adalah ancaman yang bisa jadi melebih terorisme. "Dunia harus sadar dan melihat (Corona) sebagai musuh publik nomor satu," katanya, seperti diberitakan Reuters.

Gara-gara Corona, aktivitas ekonomi di China belum pulih betul meski masa libur Imlek sudah berakhir. Masih ada perusahaan yang meliburkan karyawannya atau memperbolehkan bekerja dari rumah.

Serba salah juga, karena kalau semakin banyak orang yang beraktivitas di luar rumah maka penyebaran virus bakal kian meluas. "Banyaknya orang yang kembali bekerja menambah kesulitan untuk meredam penyebaran virus," ujar Zhang Gewho, seorang pejabat pemerintah pusat China, seperti diberitakan Reuters. 

Tak Cuma China, Seluruh Dunia Bakal Kena Getahnya
Oleh karena itu, virus Corona hampir pasti membuat ekonomi China melambat. Sebab aktivitas ekonomi, baik oleh rumah tangga maupun dunia usaha, menjadi terbatas.

Sejumlah institusi pun merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020. Citi menurunkan dari 5,8% menjadi 5,5%, Economist Intelligence Unit memangkas dari 5,9% menjadi 4,9-5,4%, Macquarie memotong dari 5,9% ke 5,6%, Mizuho menurunkan dari 5,9% menjadi 5,6%, Natixis memangkas dari 5,7% menjadi 5,5%, dan UBS merevisi dari 6% menjadi 5,5%.

"Kami meyakini bahwa upaya China untuk meredam penyebaran virus, termasuk dengan melakukan karantina, akan cukup efektif. Namun tetap saja akan ada tekanan di perekonomian dalam jangka pendek karena gangguan permintaan dan pasokan," kata Mark Haefele, Global Chief Investment Officer UBS, seperti dikutip dari CNBC International.
"Virus Corona jelas akan berdampak signifikan terhadap perekonomian China pada Januari dan Februari. Pasar terlalu meremehkan ini," sebut riset Nomura, seperti diberitakan Reuters. 

Peran China dalam percaturan ekonomi global semakin besar. Bahkan China diharapkan menjadi lokomotif perekonomian global karena kondisi di negara-negara maju yang belum bisa diharapkan.



Oleh karena itu, perlambatan ekonomi China tentu akan berdampak terhadap dunia. Kala China melambat, kemungkinan besar negara-negara lain akan merasakan hal serupa.

Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat China menyumbang 19,24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Hampir seperlima. Kala seperlima dari perekonomian dunia bermasalah, tentu dampaknya akan sangat terasa.

 
 
Jadi kalau outbreak virus corona semakin luas dan mengkhawatirkan, bukan cuma ekonomi China yang terpukul. Seluruh dunia akan merasakan akibatnya, cepat atau lambat. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 11 Februari 2020

Dolar Perkasa & Corona Makin Ganas, Emas Malah Tak Berdaya

Dolar Perkasa & Corona Makin Ganas, Emas Malah Tak Berdaya
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas di pasar spot melemah pada perdagangan kedua pekan ini. Walau virus corona masih belum dapat dijinakkan harga emas tak bisa banyak bergerak karena dolar AS yang juga perkasa.

Data Refinitiv menunjukkan harga emas global di pasar spot mengalami koreksi sebesar 0,25% ke level US$ 1.597.98/troy ons pada Selasa (11/2/2020). Harga si logam mulia turun setelah kemarin ditutup menguat di posisi US$ 1.57,9/troy ons.

Harga emas memang berada di rentang level tertingginya sejak awal tahun setelah mengalami apresiasi dobel digit sepanjang tahun 2019. Pada 2019, harga emas di pasar spot naik 18%. Penyebabnya adalah perang dagang yang berkecamuk antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Namun, harga emas kembali melesat pada awal tahun karena ketidakpastian masih ada. Terutama soal hubungan AS-China. Walau sudah teken kesepakatan dagang fase satu, tarif yang menghambat perdagangan keduanya masih ada.

Harga emas makin melejit kala virus penyebab pneumonia misterius ditemukan di Wuhan China. Patogen tersebut berasal dari golongan virus corona, masih satu kelompok dengan penyebab SARS 2002-2003.

Sebulan lebih berlalu, virus corona terus memakan korban. Menurut data John Hopkins CSSE, sudah ada 43.099 kasus terkonfirmasi positif terjangkit corona.

Walau kasus paling banyak ditemukan di China, tetapi orang yang terinfeksi virus mematikan ini telah dilaporkan di 27 negara dan kasus juga dijumpai di kapal pesiar Diamond Princess yang kini menepi di pelabuhan Yokohama Jepang untuk dikarantina.

Sampai saat ini sudah ada 1.016 orang yang meninggal dunia akibat infeksi patogen berbahaya tersebut. Sebanyak 1.014 orang berasal dari China, sementara dua kasus kematian lainnya berasal dari Hong Kong dan Filipina. Masing-masing satu kasus.

Merebaknya virus corona ini membuat berbagai aktivitas di China terganggu. Libur yang sudah panjang diperpanjang dan memukul aktivitas perekonomian China.

Reuters melaporkan banyak perusahaan China yang memulai mencari pinjaman bank untuk meringankan dampak akibat wabah virus corona ini. Ada lebih dari 300 perusahaan China yang meminjam total US$ 8,2 miliar ke bank-bank di China.

Tak bisa dipungkiri, epidemi virus corona mulai menampakkan tanda-tanda memukul perekonomian China. Saat ini Negeri Panda yang menyandang status perekonomian terbesar kedua di dunia sedang "sakit".


Bisa dibayangkan ketika perekonomian terbesar kedua di dunia mengalami guncangan maka dampaknya juga akan terasa pada perekonomian global, mengingat perekonomian global saat ini serba terhubung satu sama lain.

Kala perekonomian sedang tidak sehat, pelaku pasar mulai melirik aset-aset minim risiko alias safe haven salah satunya adalah emas. Inilah yang mengangkat harga emas saat pertama kali virus corona merebak.

Namun harga emas tak dapat terangkat banyak mengingat aset minim risiko lain yaitu mata uang dolar greenback juga dilirik oleh pelaku pasar. Alhasil dolar menjadi menguat. Keperkasaan dolar tercermin dari indeks dolar yang mengukur dolar AS di hadapan enam mata uang lain.

Indeks dolar saat ini berada di posisi 98.853, tertinggi sejak 10 Oktober 2019. Penguatan dolar juga dipicu oleh rilis data ekonomi AS yang boleh dibilang bagus akhir-akhir ini. Aktivitas manufaktur yang mulai ekspansif hingga data tenaga kerja yang kuat.
Hal ini menyebabkan emas tak bisa naik banyak. Emas yang dibanderol dalam dolar AS menjadi lebih mahal kala dolar AS menguat. Inilah yang terjadi saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/hps)

Senin, 10 Februari 2020

Sudah Anjlok 17%, Harga Minyak Mentah Masih Tertekan

Sudah Anjlok 17%, Harga Minyak Mentah Masih Tertekan
Foto: Reuters
PT Rifan Financindo - Mengawali perdagangan pada pekan ini, harga minyak mentah masih dalam tekanan. Kabar dari Rusia sebagai salah satu anggota aliansi OPEC+ membuat harga minyak mentah belum mampu keluar dari zona tekanan.

Harga minyak mentah kontrak masih dibayangi oleh keberadaan virus corona yang makin meluas. Berdasarkan data John Hopkins CSSE, jumlah orang yang positif terinfeksi virus mencapai 40.444 pada Senin pagi (10/2/2020).

Jumlah orang yang terinfeksi virus ini sudah ditemukan di lebih dari 27 negara, dan jumlahnya pun bertambah. Sementara jumlah korban meninggal mencapai 910 orang. Kasus kematian yang dilaporkan di luar China berjumlah dua, satu di Hong Kong dan satu di Filipina.

Hal ini membuat belasan kota di China diisolasi dan berbagai maskapai membatalkan penerbangan menuju China. Jika hal ini terus terjadi, maka dampaknya dapat menurunkan permintaan terhadap bahan bakar pesawat. Hal ini bukanlah kabar baik untuk harga minyak mentah.

Sudah anjlok lebih dari 17%, harga minyak masih berada dalam tekanan. Data Refinitiv menunjukkan harga minyak mentah berada di level US$ 54,63/barel untuk Brent (+0,29%) dan US$ 50,4/barel untuk WTI (0,16%).

Sebelum naik, harga minyak mentah kontrak sempat terkoreksi pada perdagangan pagi ini. Harga minyak mentah kontrak Brent sempat menyentuh level US$ 54,09/barel sementara minyak WTI juga sempat turun ke level US$ 49,56/barel.

Mengingat harga minyak terus-terusan terkoreksi, Join Technical Committee (JTC) yang memberi saran kepada OPEC+ minggu lalu melakukan pertemuan untuk membahas langkah merespons anjloknya harga minyak ini.

JTC merekomendasikan kepada OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi minyak lebih dalam sebanyak 600.000 barel per hari. Namun Rusia masih mempertimbangkan saran ini.

Reuters melaporkan, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi saat ini, mengingat pertumbuhan produksi minyak AS melambat dan permintaan minyak masih solid.

"Proposal untuk kembali memangkas produksi minyak tersebut gagal meringankan tekanan pada minyak, mengingat belum dibahas secara resmi oleh para menteri OPEC dan karena Rusia yang kurang sepakat dengan gagasan tersebut" kata Stephen Innes, Chief Market Strategist AxiCorp, melansir Reuters.

"Jika kartel (OPEC+) gagal mencapai kesepakatan, maka akan ada tekanan yang lebih kuat pada minyak" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 07 Februari 2020

Lumayan! Harga Emas Antam Naik Rp 2.000/gram, Dipicu Corona

Lumayan! Harga Emas Antam Naik Rp 2.000/gram, Dipicu Corona
Foto: Ist
Rifan Financindo - Harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik Rp 2.000 (0,28%) menjadi Rp 723.000 per gram pada perdagangan Jumat ini (7/2/2020), dari Rp 721.000/gram Kamis kemarin.
Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini (7/2/20), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 72,3 juta dari harga kemarin Rp 72,1 juta per batang.
Naiknya harga emas Antam itu mengekor harga emas di pasar spot global yang naik kemarin akibat kekhawatiran dampak virus corona Wuhan ke ekonomi China dan dunia pada data ekonomi Januari dan kuartal I-2020.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda. 

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga naik Rp 2.000/gram hari ini menjadi Rp 687.000/gram dari Rp 685.000/gram kemarin.
Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.
Terkait dengan harga emas di pasar spot global, kemarin harga logam mulia ini sudah mencapai US$ 1.566,56 per troy ounce (oz), naik 0,65% dari US$ 1.556,4/oz pada hari sebelumnya. Hari ini, harga emas di pasar spot masih melanjutkan penguatan sebesar 0,07% menjadi US$ 1.567,63/oz.
Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.
Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.
Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.
Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumnya. 

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.
Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 06 Februari 2020

Tok! Trump Batal Dimakzulkan

Tok! Trump Batal Dimakzulkan
Foto: CNBC Internasional
PT Rifan - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump selamat dari upaya pemakzulan. Meski sebelumnya, sudah disetujui DPR AS, Trump "batal" lengser berkat bantuan koleganya Partai Republik yang menguasai Senat AS.

Dalam pemungutan suara terhadap dua pasal yang didakwakan, penolakan mewarnai hasil voting Rabu (5/2/2020). Di pasal pertama penyalahgunaan kekuasaan, 52 suara menolak dakwaan sedangkan 48 menerima.

Hal yang sama juga terjadi pada dakwaan kedua terkait obstruksi (upaya menghalangi) kongres. Sebanyak 53 anggota Senat menolak sementara 47 menerima dakwaan itu.

Pemungutan suara ini menjadi langkah terakhir dalam proses pemakzulan Trump. Seperti diketahui, politik AS menganut sistem bikameral.

Sehingga pemakzulan tak hanya harus disetujui DPR AS tapi juga Senat AS. DPR AS kini dikuasai oposisi Trump, Partai Demokrat sedangkan Senat AS, dikuasai Partai Republik.

Trump menjadi Presiden ke-3 AS yang melalui proses pemakzulan. Sama seperti dua presiden sebelumnya, Andrew Jackson dan Bill Clinton, Trump juga kini lolos dari upaya "pendongkelan" itu.

Hal ini membuat oposisi Trump, Partai Demokrat, menuding Republik merekayasa Senat. Sebagaimana dikutip dari Reuters, Demokrat menyebut persidangan ini palsu dan banyak fakta ditutup-tutupi.

"Tidak diragukan lagi Presiden akan menyombongkan diri karena menerima pembebasan total," kata politisi Demokrat Chuck Schumer.

Menurut Manajer Kampanye Trump, Brad Parscale hasil ini merupakan bukti bahwa Trump tak bersalah. "Sekarang saatnya kembali ke bisnis rakyat Amerika," katanya. (sef/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 05 Februari 2020

World Bank Revisi Pertumbuhan Ekonomi Dunia karena Corona

World Bank Revisi Pertumbuhan Ekonomi Dunia karena Corona
Foto: Reuters
PT Rifan Financindo Berjangka - Bank Dunia merevisi angka pertumbuhan ekonomi merespons perkembangan terbaru virus corona. Presiden Bank Dunia menilai, epidemi di China ini dinilai akan membahayakan rantai pasokan global yang membuat ekonomi dunia melambat.

Bulan lalu, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global tahun ini akan membaik dibandingkan 2019 setelah redanya ketegangan perdagangan antara AS dan China yang telah berkontribusi pada penurunan 2019.

Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan virus yang telah menewaskan ratusan orang di China dan menutup bisnis dan perbatasan ini akan menjadi ancaman bagi prediksi tersebut.

"Akan ada penurunan perkiraan untuk setidaknya kuartal pertama 2020, sebagian karena China, sebagian karena rantai pasokan," kata Malpass, seperti dikutip dari afp, Rabu (5/2/2020).

"Banyak barang China keluar ke belahan dunia menggunakan pesawat yang mengangkut penumpang," kata Malpass.

Tetapi karena maskapai di seluruh dunia telah menangguhkan penerbangan ke dan dari China, juga beberapa tetangganya menutup perbatasan mereka "anda perlu menyesuaikan rantai pasokan untuk mendapatkan barang keluar, untuk membuat produk beroperasi di seluruh ekonomi dunia," katanya.

Prediksi ekonomi Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh menjadi 2,5% tahun ini dari tahun sebelumnya sebesar 2,4%.

Selain itu Bank Dunia juga menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk memperkuat "sistem pengawasan dan respons kesehatan" mereka, dan mengatakan mereka sedang mengamati sumber daya dan keahlian apa yang dapat dikontribusikannya untuk memerangi penyakit tersebut.

Seperti diketahui virus ini telah menewaskan sedikitnya 425 orang di China, dan tersebar ke 26 negara di seluruh dunia. (hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Senin, 03 Februari 2020

Rupiah Pagi Ini: Terlemah Sejak 10 Januari, Terlemah di Asia

Rupiah Pagi Ini: Terlemah Sejak 10 Januari, Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor eksternal dan domestik sama-sama menjadi pemberat langkah mata uang Tanah Air.

Pada Senin (3/2/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.660 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin melemah. Pada pukul 08:20 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.706 di mana rupiah melemah 0,41%. Rupiah berada di posisi terlemah sejak 10 Januari 2020.

Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,63% di hadapan dolar AS. Sepertinya tren tersebut belum akan berubah hari ini.

Dari dalam negeri, setidaknya ada dua hal yang menekan rupiah. Pertama adalah ancaman koreksi teknikal.

Walau pekan lalu melemah, tetapi secara year-to-date rupiah masih menguat 1,66%. Rupiah bukan hanya menjadi mata uang terbaik Asia, tetapi juga di dunia. Namun tidak seperti Liverpool di Liga Primer Inggris, posisi rupiah di puncak rawan tergeser oleh pound Mesir. 

Kedua, investor juga menantikan rilis data inflasi domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Januari 2020 pada pukul 11:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,46% secara month-on-month (MoM). Kemudian secara year-on-year (YoY) diproyeksi ada inflasi 2,85%. Sementara inflasi inti YoY diramal 3,02%.

Jika realisasi inflasi Januari 2020 searah dengan ekspektasi pasar, maka terjadi percepatan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Desember 2019, terjadi inflasi 0,34% MoM, 2,72% YoY, dan inflasi inti 3,02%. 

Investor memang patut mencermati pergerakan inflasi. Tahun ini, sepertinya sulit untuk mengulang pencapaian 2019 di mana inflasi mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir.

Pasalnya, pada awal tahun sudah ada kenaikan sejumlah harga yang diatur pemerintah atau administered prices seperti iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan tarif tol. Belum lagi cukai rokok terbaru, yang naik rata-rata 23%, juga berlaku tahun ini.

Laju inflasi yang terakselerasi akan membuat rupiah jadi kurang menarik. Keuntungan yang didapat investor akan berkurang karena tergerus inflasi.

Sementara dari sisi eksternal, kekhawatiran terhadap penyebaran virus Corona kian menjadi. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis, sudah ada 16.907 kasus Corona di seluruh dunia di mana 16.865 terjadi di China. Jumlah korban meninggal mencapai 362 orang.

Virus Corona bermula di Provinsi Hubei, terutama Kota Wuhan di China. Momen perayaan libur Tahun Baru Imlek, yang meningkatkan mobilitas masyarakat, membuat virus Corona menyebar ke penjuru China bahkan negara-negara lain.

"Situasi di Hubei masih gawat dan rumit. Sementara sumber daya medis terbatas," ungkap Xiao Juhua, Wakil Gubernur Hubei, seperti diberitakan Reuters.

Virus Corona membuat perayaan Imlek di Negeri Tirai Bambu menjadi gloomy. Aktivitas ekonomi yang biasanya memuncak saat Imlek berubah 180 derajat. Pasar dan pertokoan yang kosong-melompong menjadi pemandangan yang lazim.

"Kami tidak bisa bekerja dan tidak ada pemasukan. Saya lebih memilih tinggal di rumah dan tidak melakukan apa-apa," ujar Wu Caixia, seorang pekerja rumah makan di Beijing, sebagaimana diwartakan Reuters.

Penyebaran virus ini juga dikhawatirkan mengganggu dunia usaha. Angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur di China pada Januari 2020 berada di 50, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Realisasi Januari adalah yang terendah sejak Oktober tahun lalu.

Untuk merangsang aktivitas ekonomi, Bank Sentral China (PBoC) menyatakan bakal menyuntik likuiditas sebesar CNY 1,2 triliun melalui operasi reverse repo. Pemerintah juga akan memberi bantuan kepada dunia usaha agar aktivitas produksi tidak terganggu.

Namun investor sudah kadung cemas. Sepertinya prospek pertumbuhan ekonomi China akan suram akibat virus Corona. Padahal China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua dunia.

Akibatnya, pelaku pasar memilih bermain aman hingga situasi membaik. Aset-aset berisiko di negara berkembang dihindari dulu, sehingga membuat mata uang utama Asia melemah. Namun sayangnya, rupiah adalah yang terlemah di Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan