Selasa, 30 Juni 2020

Sentimen Ekonomi Eropa Membaik, Kurs Euro Dekati Rp 16.000

FILE PHOTO: A money changer counts Euro banknotes at a currency exchange office in Nice, France November 17, 2017. REUTERS/Eric Gaillard
Foto: Mata uang Euro (REUTERS/Eric Gaillard)
PT RifanNilai tukar euro menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (29/6/2020). Membaiknya sentimen ekonomi di zona euro turut mengerek naik nilai tukar mata uang negara blok Uni Eropa tersebut.

Pada pukul 18:25 WIB, euro diperdagangkan di level Rp 15.978,09/EUR, menguat 0,67% di pasar spot melansir data Refinitiv. Melawan dolar AS, euro menguat 0,53% ke US$ 1.1277.

Data dari Komisi Eropa hari ini menunjukkan sentimen ekonomi di bulan Juni naik menjadi 75,7 dari bulan Mei 67,5, meski cukup jauh dari rata-rata 100 sejak tahun 2000, sebagaimana dilansir Reuters.

Pada bulan Mei, kenaikan sentimen dipicu oleh sektor industri dan konsumen. Sementara di bulan Juni, kenaikan sentimen ekonomi terjadi di semua sektor, yang tertinggi pada sektor ritel dan jasa. Para raksasa ekonomi Eropa, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda, semuanya mencatat kenaikan sentimen ekonomi.

Naiknya sentimen tersebut artinya ada optimisme perekonomian akan bangkit. Di bulan April, sentimen ekonomi tersebut ambrol ke level terendah sejak pencatatan dimulai tahun 1985. Sebabnya, tentu saja kebijakan karantina wilayah (lockdown) di negara-negara Benua Biru guna meredam penyebaran virus corona.

Pekan lalu, aktivitas bisnis terindikasi bangkit pada Juni. Markit pada Selasa (23/6/2020) melaporkan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) menunjukkan peningkatan lebih besar dari prediksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.

Prancis menjadi negara yang paling mengejutkan, PMI manufaktur dan jasa kembali menunjukkan ekspansi. PMI manufaktur dirilis sebesar 52,1 di bulan ini, dari bulan Mei 40,6.

Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 46,1, dan menjadi ekspansi pertama dalam 5 bulan terakhir. PMI sektor jasa dilaporkan sebesar 50,3 lebih tinggi dari prediksi 44,9.

Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa juga membukukan kenaikan PMI manufaktur dan jasa masing-masing menjadi 44,6 dan 45,8, meski masih berkontraksi tetapi lebih tinggi dari prediksi 41,5 dan 41,7.

Kemudian zona euro secara keseluruhan, PMI manufaktur dilaporkan sebesar 46,9 lebih tinggi dari prediksi 43,8, dan PMI jasa sebesar 47,3 jauh lebih tinggi dari prediksi 40,5. Data tersebut memunculkan harapan jika perekonomian zona euro akan segera bangkit setelah merosot tajam akibat pandemi Covid-19, atau membentuk kurva v-shape.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 29 Juni 2020

Dear Investor, 'Cuaca' Sepertinya Tak Bersahabat, Sudah Siap?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo BerjangkaGempuran sentimen negatif telah membuat pasar keuangan Tanah Air mencatatkan kinerja yang kurang baik. Asing melepas kepemilikan sahamnya di bursa RI dan 'rupiah' pun mulai dibuang oleh investor.

Sepekan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,77%. Asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp 2,2 triliun di seluruh pasar dan IHSG gagal sentuh level psikologis 5.000. Namun koreksi IHSG tak terlalu buruk jika dibandingkan dengan indeks saham utama negeri tetangga (ASEAN).

Senada dengan IHSG, nilai tukar rupiah juga terdepresiasi terhadap dolar greenback 0,71% di sepanjang minggu kemarin. Di akhir perdagangan rupiah harus ditutup melemah ke Rp 14.150/US$ dan menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk.


Rupiah yang terus menguat setelah menyentuh level penutupan terendah di pasar spot pada 23 Maret 2020 di Rp 16.550/US$, membuat investor tergoda untuk mencairkan keuntungannya.

Investor yang tadinya memborong (long) rupiah kini beralih untuk menjualnya (short). Berdasarkan survei dua mingguan Reuters, investor sudah mulai 'membuang' rupiah terindikasi dari angka yang berada di teritori negatif yang berarti investor mengambil posisi short terhadap mata uang RI.


Sementara di pasar surat utang negara (SUN), imbal hasil (yield) obligasi rupiah pemerintah Indonesia cenderung stabil dan ditutup di 7,194%.

Anjloknya harga aset-aset berisiko di dalam negeri tak terlepas dari berbagai berita buruk seperti lonjakan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di berbagai negara, hingga ramalan Dana Moneter Internasional (IMF) yang suram terkait perekonomian global dan Tanah Air.

Jumlah kasus di Indonesia telah mencapai angka 51.427 hingga Jumat (26/6/2020). Kini Indonesia menjadi pemimpin klasemen negara dengan jumlah kasus infeksi Covid-19 terbanyak di Asia Tenggara dan telah menyalip Singapura.

Di Indonesia jumlah kasus per hari yang dilaporkan mengalami fluktuasi cenderung meningkat dengan laju rata-rata kasus per harinya sepekan terakhir mencapai angka 1.000 kasus/hari.

Tidak dapat diketahui dengan pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Bagi negara-negara yang kurva epidemiologinya telah melengkung ke bawah kini harus waspada akan risiko gelombang kedua wabah seiring dengan relaksasi lockdown dan pembukaan ekonomi yang dilakukan.

Melihat berbagai realita yang ada, lembaga keuangan global IMF memangkas proyeksi pertumbuhan output global April lalu sebesar 1,9 poin persentase (pp) menjadi minus 4,9% pada 2020.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pun dipangkas 1,8 pp menjadi -0,3% dari sebelumnya masih tumbuh minimalis di angka 1,5%.

Tidak hanya IMF saja yang memproyeksi ekonomi RI bisa minus tahun ini, bank terbesar di ASEAN yakni DBS juga 'meramalkan' hal yang sama. Dalam laporan terbarunya DBS memperkirakan ekonomi RI tahun 2020 bisa minus 1%.

Sementara itu jika mengacu pada proyeksi Bank Dunia, ekonomi Tanah Air tidak akan mencatatkan pertumbuhan tahun ini. Berbeda dengan Bank Dunia, BI memandang ekonomi RI bisa tumbuh di 0,9% - 1,9% tahun ini.

Berbeda lagi dengan proyeksi Menteri Keuangan yang memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 berpotensi mengalami kontraksi minus 0,14% pada skenario terburuk dan tumbuh 1% jika melihat skenario terbaiknya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 26 Juni 2020

Tak Diduga, IHSG Dibuka Menguat ke 4.932

Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (13/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini pukul 12.00 menurun-0,67% ke posisi 5,873,30. Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen atas ketakutan pasar akan penyebaran wabah virus corona.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka positif. IHSG dibuka menguat 35,171 poin (-0,70%) ke 4.932.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini ada di level Rp 14.210.

Pada Jumat (25/6) pukul 09.03 waktu JATS, IHSG masih menguat 42 poin (0,85%) ke 4.938. Sedangkan indeks LQ45 juga ikut menguat 8 poin (1%) ke 769.

Sementara itu, Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup menguat. Dow Jones ditutup 25.745,60 (+1,18%), NASDAQ ditutup 10.017,00 (+1,11%), S&P 500 ditutup 3.083,76 (+1.10%).

Kekhawatiran akan semakin naiknya kasus di AS tertutup dengan pengumuman The Federal Deposit Insurance Commission yang melonggarkan aturan The Volcker. Aturan ini diberlakukan sejak krisis 2008 yang membatasi perdagangan spekulatif. Di mana bank akan dimudahkan untuk melakukan investasi besar seperti ke modal ventura.

Bank juga tak perlu menyisihkan uang tunai untuk pedagang derivatif antara afiliasi yang berbeda dari perusahaan yang sama, yang berpotensi membebaskan lebih banyak modal.

Mayoritas bursa Asia pagi ini bergerak positif. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 naik 251 poin ke 22.511
  • Indeks Hang Seng melemah 78 poin ke 24.703
  • Indeks Shanghai libur
  • Indeks Strait Times bertambah 23 poin ke 2.613
(ara/ara)

Sumber : Detik
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 25 Juni 2020

Terbebani Brexit, Kurs Poundsterling Melemah ke Rp 17.576

FILE PHOTO: Wads of British Pound Sterling banknotes are stacked in piles at the Money Service Austria company's headquarters in Vienna, Austria, November 16, 2017. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Rifan FinancindoNilai tukar poundsterling melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (24/6/2020) setelah menguat 2 hari beruntun. Isu Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa menjadi penekan utama mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini.

Pada pukul 19:08 WIB, poundstreling melemah 0,5% melawan rupiah ke Rp 17.576,06/GBP di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, poundsterling melemah 0,28% ke US$ 1,2483.

Inggris saat ini dalam masa transisi hingga 31 Desember nanti untuk keluar dari Uni Eropa. Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi untuk hubungan dagang setelah masa transisi berakhir. Jika sampai 31 Desember nanti tidak ada kesepakatan, maka Inggris akan keluar dari pasar tunggal, artinya akan ada tarif ekspor-impor yang akan dikenakan.

Jika hal ini sampai terjadi, maka perekonomian Inggris terancam merosot lebih dalam. Apalagi saat ini pandemi penyakit akibat virus corona sudah membuat perekonomian global nyungsep.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kemarin mengumumkan pelonggaran kebijakan karantina (lockdown) lebih lanjut. Mulai 4 Juli, pub, restoran, dan bar diizinkan beroperasi kembali. Hal itu memberikan setimen positif ke poundsterling hingga mencatat penguatan 2 hari beruntun.

Selain itu, perekonomian Inggris juga sudah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Markit kemarin melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur dan jasa yang lebih tinggi dari prediksi. PMI manufaktur Inggris bahkan kembali berekspansi di bulan ini, setelah mengalami kontraksi dalam 3 bulan beruntun.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.

Markit melaporkan PMI manufaktur di bulan Juni sebesar 50,1, naik dari bulan sebelumnya 40,7 dan jauh lebih tinggi dari prediksi 45,2 di Forex Factory. Sementara itu PMI jasa dilaporkan sebesar 47, meski masih berkontraksi tetapi jauh lebih baik dari bulan sebelumnya 29, juga lebih tinggi dari prediksi 39,1.

Namun sekali lagi, isu Brexit yang terkait dengan masa depan Inggris untuk jangka panjang, membuat poundsterling belum mampu menguat lebih jauh. "Melonggarkan lockdown tidak akan merubah penggerak utama poundsterling, yakni ketidakpastian kesepakatan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa," tulis ahli strategi ING, dilansir Reuters.

"Poundsterling masih akan menjadi mata uang underperformer ketimbang mata uang Eropa kainnya," tambah ahli strategi tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 24 Juni 2020

Emas Global Mau Rekor, Kok Emas Antam Cuma Naik Rp 1.000?

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan - Harga emas dunia masih jadi perhatian pelaku pasar di tengah ketidakpastian ekonomi dan ancaman gelombang serangan kedua dari Covid-19. Namun pergerakan harga emas belum terlalu melesat signifikan saat ini.

Harga emas dunia mencetak rekor penutupan tertinggi di tahun ini pada perdagangan Senin pekan ini setelah menguat 1% ke US$ 1.754,46/troy ons. Harga logam mulia ini juga berada di level tertinggi dalam 7,5 tahun terakhir, dan sejak awal tahun sudah melesat lebih dari 15%.

Secara teknikal, emas sudah berhasil menembus atau break out level US$ 1.744/troy ons yang merupakan batas atas pola rectangle. Pola ini menjadi indikasi emas berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways.

Harga emas memang sudah mencapai rekor penutupan perdagangan tertinggi di tahun ini. Tetapi logam mulia ini masih belum melewati level tertinggi intraday tahun ini US$ 1.764,55/troy ons yang disentuh pada 8 Mei lalu.

Jika mampu mengakhiri perdagangan di atas level tertinggi intraday tersebut, momentum penguatan emas akan semakin besar dan berpotensi terus mencetak rekor tertinggi di tahun ini.

Target penguatan emas yang berhasil breakout pola rectangle dan level tertinggi intraday tahun ini adalah US$ 1.818/troy ons.
xau 
Foto: Refinitiv
xau
Tetapi ada juga risiko emas akan membentuk pola Double Top yang menjadi sinyal harga emas akan berbalik turun.

Pola Double Top bisa terjadi jika emas besok gagal menembus high intraday tahun ini US$ 1.764,55/troy ons atau intraday kemarin US$ 1.764,55/troy ons.
Selain itu indikator stochastic kembali masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.
Batas bawah pola rectangle US$ 1.670/troy ons, menjadi target jika harga emas kembali turun.

Secara fundamental, adanya risiko penyebaran pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) gelombang kedua menjadi penopang penguatan emas.
China, negara asal virus corona, kembali menghadapi peningkatan kasus Covid-19. Tetapi kali ini, episenter berada di ibu kota Beijing. AS juga mengalami hal yang sama, beberapa negara bagian mencatat rekor penambahan kasus per hari.

Dari Eropa, Jerman tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 pada hari Minggu naik menjadi 2,88 dari sebelumnya 1,79. Artinya 1 orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan ke 2,88 orang, atau dari 100 orang dapat menularkan ke 288 orang.

Penambahan kasus Covid-19 tersebut terjadi setelah kebijakan lockdown di longgarkan, sehingga pelaku pasar menjadi berhati-hati mengingat hampir semua negara kini melonggarkan kebijakan lockdown.

Namun yang ditakutkan pada pelaku pasar, jumlah kasus terus mengalami peningkatan sehingga lockdown harus kembali diterapkan. Dampaknya, perekonomian global berisiko mengalami resesi panjang. Dalam kondisi tersebut, emas kembali bersinar sebagai aset aman (safe haven).

Adanya risiko penyebaran pandemi Covid-19 gelombang kedua membuat pelaku pasar menambah posisi bullish emas untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir.

Beberapa analis juga meragukan emas mampu mencapai US$ 1.800/troy ons dalam satu atau dua bulan ke depan, justru logam mulia ini dimaklumi jika melemah. 

Peter Hug, direktur global trading di Kitco Metals, mengatakan dalam jangka pendek emas memang akan melemah, tetapi di akhir tahun akan melewati level US$ 1.920/troy ons, alias mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. 

Hug mengatakan faktor musiman akan menyebabkan emas melemah di musim panas (Juni-Agustus), tetapi dalam jangka menengah jalur penguatan emas masih konstruktif.

Hal senada diungkapkan oleh Jeff Clark, analis logam mulia senior di Goldsilver.com, yang mengatakan ia bullish terhadap emas dalam jangka panjang, tetapi tidak akan terkejut jika akan terjadi pelemahan di bulan Juli dan Agustus.

Clark melihat pelemahan tersebut sebagai peluang untuk membeli emas. "September pada umumnya adalah bulan yang terbaik bagi logam mulia. Jadi, sudah pasti saya ingin menambah posisi beli sebelum September," kata Clark sebagaimana dilansir Kitco.

Antam
Dari dalam negeri, harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Selasa kemarin (23/6/2020) naik 0,12% atau sebesar Rp 1.000 menjadi Rp 850.120/gram dari perdagangan Senin di level Rp 849.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan Senin lalu, harga emas Antam naik 0,24% atau Rp 2.000 dari posisi harga Sabtu yakni Rp 847.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik 0,12% berada di Rp 85,012 juta dari harga kemarin Rp 84,912 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Selasa kemarin juga naik Rp 1.000 menjadi Rp 908.000/gram setelah naik Rp 2.000 ke Rp 907.000/gram pada hari Senin lalu.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga naik 0,25% atau Rp 2.000 ditetapkan pada Rp 799.000/gram, dari posisi kemarin Rp 797.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.
 
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 23 Juni 2020

Trump Bekukan Visa Kerja AS hingga Akhir 2020

President Donald Trump speaks during a campaign rally at the BOK Center, Saturday, June 20, 2020, in Tulsa, Okla. (AP Photo/Sue Ogrocki)
Foto: Presiden Donald Trump berbicara selama kampanye di BOK Center di Tulsa, Okla. (AP / Sue Ogrocki)
PT Rifan Financindo Berjangka - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan memperpanjang larangan izin kerja ke negara itu hingga akhir tahun. Gedung Putih mengatakan kebijakan itu akan diperluas ke visa H-1B, yang digunakan secara luas dalam industri teknologi.

"Fokus Presiden Trump untuk membuat orang Amerika kembali bekerja secepat mungkin," kata pejabat itu, sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (23/6/2020).

Pejabat itu mengatakan aturan dibuat untuk menanggapi melonjaknya pengangguran warga AS akibat Covid-19. Meski begitu, pejabat yang enggan disebut namanya ini menekankan, aturan hanya berlaku sementara hingga akhir 2020.

Kebijakan diterapkan ke visa H-1B juga karena "kebiasaan" Silicon Valley yang mengutamakan pekerja asing dengan nilai paling tinggi. "Ini akan menghilangkan persaingan dengan orang Amerika," katanya lagi.

Langkah ini diperkirakan akan memangkas 525.000 pekerjaan dan membuat angka pengangguran global semakin tinggi. Saat ini di AS ada 85.000 pekerja setiap tahunnya yang memegang visa H-1B.

Aturan juga akan mencakup visa J, untuk akademisi dan peneliti. Serta visa L, biasanya digunakan perusahaan untuk mengalihkan pekerja berbasis di luar ke kantor AS.

Izin visa H-2B yang bergerak di sektor keterampilan rendah seperti industri pertamanan, makanan dan pelayanan juga akan dibekukan sebagian. Termasuk visa H-4 yang memungkinkan pasangan dari pemegang visa lain bekerja.

Namun, pengecualian akan berlaku untuk pabrik pengolahan makanan laut dan orang asing yang menawarkan bantuan ke keluarga AS seperti perawatan anak. Selain itu, pejabat itu mengatakan, pemerintah akan mengeluarkan peraturan baru yang akan membuat lebih sulit bagi puluhan ribu pencari suaka.

Sebelumnya, AS mencatat angka pengangguran tinggi karena Covid-19, bahkan melewati 45,7 juta pada minggu lalu. Meskipun ekonomi sudah dibuka kembali kekhawatiran tetap ada terkait banyaknya pekerja yang kehilangan pekerjaan secara pemanen. (sef/sef)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 22 Juni 2020

Jos! Dalam 2 Hari Harga Emas Antam Naik Rp 12.000/gram

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Senin ini (22/6/2020) naik 0,24% atau sebesar Rp 2.000 menjadi Rp 849.120/gram dari perdagangan Sabtu kemarin di level Rp 847.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan Sabtu kemarin, harga emas Antam naik 1,19% atau Rp 10.000 dari posisi harga Jumat yakni Rp 837.120/gram.
 
Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik 0,24% berada di Rp 84,912 juta dari harga kemarin Rp 84,712 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Senin ini (22/6/2020) naik Rp 2.000 menjadi Rp 907.000/gram setelah naik Rp 10.000 ke Rp 905.000/gram pada hari Sabtu kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga naik 0,38% atau Rp 3.000 ditetapkan pada Rp 797.000/gram, dari posisi kemarin Rp 794.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Kenaikan harga emas Antam seiring dengan naiknya harga emas dunia di pasar spot pada hari ini Senin (22/6/2020) pukul 08:30 WIB, yang naik US$ 11,18 atau 0,64% ke level US$ 1.754,02/troy ons dari penutupan perdagangan hari Jumat kemarin (Sabtu pagi waktu Indonesia).

Penutupan perdagangan hari Jumat kemarin harga emas melonjak sebesar US$ 20,22 atau 1,17% ke level US$ 1.742,84/troy ons setelah turun US$ 3,67 atau 0,21% pada US$ 1.722,62/troy ons dari penutupan perdagangan sebelumnya, melansir dari Refinitiv. 

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Agustus naik US$ 21,90 atau 1,3% ke level US$ 1.753/troy ons setelah turun US$ 0,90 atau sekitar 0,05% pada US$ 1.735,60/troy ons sebelumnya, melansir dari RTTNews.

Lonjakan harga emas dipicu oleh kenaikan kasus virus corona, sehingga meningkatkan kekhawatiran gelombang kedua pandemi yang dapat memaksa sejumlah negara untuk menerapkan karantina wilayah (lockdown) kembali.

"Ada peningkatan berkelanjutan dalam COVID-19 di seluruh wilayah Selatan dan Barat Daya AS dengan peningkatan dalam tingkat rawat inap. Itu telah menyebabkan sedikit kekhawatiran penutupan lainnya, yang menguntungkan emas, "kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments, melansir CNBC International.

Lebih dari 8,38 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus corona baru. Awal pekan ini sekitar 400 pekerja di rumah pemotongan hewan di Jerman utara melakukan tes untuk virus tersebut, dan China pada hari Jumat melaporkan 32 kasus baru virus.

"Tidak peduli apa konsekuensi jangka panjangnya, seperti inflasi, akan ada stimulus lanjutan di seluruh dunia dan itu akan menjaga harga emas untuk terdorong naik dalam jangka panjang," kata Sica.

Sejauh tahun ini, harga emas telah naik sekitar 15%, didukung oleh permintaan safe-haven di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi serta jumlah dukungan fiskal dan moneter pemerintah dan bank sentral yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah mengurangi hasil obligasi dan juga telah menaikkan kekhawatiran tentang inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 19 Juni 2020

Emas Diramal Cetak Rekor di Akhir 2020, Tapi Bakal Turun Dulu

Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Rifan FinancindoHarga emas dunia kembali melemah pada perdagangan Kamis (18/6/2020), meski sentimen pelaku pasar sedang memburuk akibat kecemasan akan penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua.

Pada pukul 18:52 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.720,71/troy ons, melemah 0,32% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

China, lokasi pertama wabah Covd-19, kini mengalami peningkatan kasus Covid-19. Kali ini episentrumnya di Beijing. Kemarin, ada tambahan 31 kasus baru, sehingga total ada 137 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada Jumat (12/6/2020) pekan lalu. Akibatnya, beberapa penerbangan dibatalkan, sekolah diliburkan, dan pengunjung dari luar kota dibatasi.

Peningkatan kasus tersebut membuat pelaku pasar waspada akan kemungkinan penerapan karantina wilayah (lockdown) lagi di China, yang tentunya akan memukul pertumbuhan ekonomi global.

Tidak hanya di China, di Negeri Paman Sam juga terjadi hal yang sama. Negara Bagian Texas melaporkan penambahan kasus sebanyak 2.793 orang atau 11% dari total kasus yang ada Rabu kemarin. Sebelumnya pada hari Selasa, tercatat kasus baru sebanyak 2.518.

Penambahan kasus Covid-19 tersebut menjadi penyebab memburuknya sentimen pelaku pasar dan bursa saham berguguran. Dalam kondisi itu, emas seharusnya bisa menguat, tetapi nyatanya malah melempem.

Direktur global trading Kitco Metals Peter Hug menilai emas akan melemah dalam jangka pendek, tetapi di akhir tahun akan melewati level US$ 1.920/troy ons, alias mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Faktor musiman akan menyebabkan emas melemah di musim panas (Juni-Agustus), tetapi dalam jangka menengah jalur penguatan emas masih terbuka.

"Jangka pendek, khususnya karena faktor musiman, harga emas akan melemah, tetapi pada akhir tahun saya pikir level tertinggi tahun 2011 yakni US$ 1.920, akan berhasil dicapai atau bahkan lebih tinggi lagi," kata Hug sebagaimana dilansir Kitco News.

Ia menambahkan kerusakan ekonomi yang panjang akibat pandemi Covid-19 akan memicu koreksi lagi di pasar saham, dan emas juga akan ikut terkoreksi. "Saya pikir itu (koreksi pasar saham) tidak akan menjadi bullish bagi emas. Saya pikir reaksi awal emas akan ikut melemah karena orang-orang mulai panik dan memilih memegang uang kas," tambahnya.

Pergerakan tersebut pernah terjadi di bulan Maret, saat bursa saham diterpa aksi jual masif, emas justru ikut ambrol, saat itu muncul jargon "cash is the king".

Analisis Teknikal
 
Secara teknikal, melihat grafik harian emas sebenarnya bergerak mendatar (sideways) dalam pola rectangle sejak awal April lalu.

Emas bergerak dalam rentang US$ 1.670/troy ons (batas bawah pola rectangle) sampai US$ 1.744/troy ons (batas atas pola rectangle). Beberapa kali, emas memang sempat melewati batas tersebut, tetapi pada akhirnya kembali terjebak di dalam pola tersebut.

Indikator stochastic berada di dekat wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.

xau 
Foto: Refinitiv
xau

Stochastic saat ini berada di level 74, sehingga ruang penguatan emas hari ini cukup terbuka menuju resisten (tahanan atas) terdekat US$ 1.744/troy ons.

Ke depannya, jika mampu menembus US$ 1.744/troy ons dengan meyakinkan, dan mampu bertahan di atasnya dalam beberapa hari ke depan, artinya emas berhasil breakout pola rectangle. Itu artinya, emas berpeluang melesat menuju US$ 1.818/troy ons.

Sementara selama tertahan di bawah resisten tersebut, emas masih akan terjebak dalam pola rectangle, dengan risiko koreksi ke US$ 1.670/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 18 Juni 2020

Syukur Deh! Harga Emas Antam Hari Ini Melesat Rp 5.000

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Kamis ini (18/6/2020) naik 0,60% atau sebesar Rp 5.000 menjadi Rp 842.120/gram dari perdagangan Rabu kemarin di level Rp 837.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan Rabu kemarin, harga emas Antam turun 0,36% atau Rp 3.000 dari posisi harga Selasa yakni Rp 840.120/gram.
 
Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik 0,60% berada di Rp 84,212 juta dari harga kemarin Rp 83,712 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Kamis ini (18/6/2020) naik Rp 5.000 menjadi Rp 900.000/gram setelah turun Rp 3.000 ke Rp 895.000/gram pada hari Rabu kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga naik 0,77% atau Rp 6.000 ditetapkan pada Rp 790.000/gram, dari posisi kemarin Rp 784.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Kenaikan harga emas Antam seiring dengan naiknya harga emas dunia di pasar spot pada hari ini Kamis (18/6/2020) pukul 08:30 WIB, yang naik US$ 1,40 atau 0,08% ke level US$ 1.727,70/troy ons dari penutupan perdagangan hari Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia).

Penutupan perdagangan hari Rabu kemarin harga emas turun tipis sebesar US$ 0,67 atau 0,04% ke level US$ 1.726,29/troy ons setelah naik US$ 2,35 atau 0,14% pada US$ 1.726,96/troy ons dari penutupan perdagangan sebelumnya, melansir dari Refinitiv. 

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Agustus turun US$ 0,90 atau 0,05% ke level US$ 1.735,60/troy ons setelah naik US$ 9,30 atau sekitar 0,5% pada US$ 1.736,50/troy ons sebelumnya, melansir dari RTTNews.

Harga emas cenderung stabil dalam beberapa hari terakhir di tengah sentimen yang campur aduk. Penguatan harga emas didukung oleh kekhawatiran atas gelombang coronavirus kedua, sementara penguatan dolar AS dan pasar saham AS sebelumnya telah membebani performa emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 17 Juni 2020

Harga Emas Dunia Diprediksi Mentok US$ 2.000/oz, Yakin Gak?

[Tak Hanya Logam Mulia, Perhiasan Saat Ini Banyak Diburu Warga Untuk Investasi.(CNBC Indonesia)
Foto: [Tak Hanya Logam Mulia, Perhiasan Saat Ini Banyak Diburu Warga Untuk Investasi.(CNBC Indonesia)
PT Rifan Financindo Berjangka - PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders) menilai harga emas dunia sudah mentok di level saat ini dan diperkirakan tak akan mampu menembus level US$ 2.000 per troy ounce. Schroders menilai ada ekspektasi perekonomian dunia mulai membaik sehingga investor melihat dunia bisnis akan kembali bergeliat.

Dengan demikian, aset-aset safe haven seperti emas dunia, lazimnya akan menurun permintaannya di tengah tingginya risk appetite atau kecenderungan investor memburu aset-aset berisiko.

CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan investor memilih mengamankan dananya di emas dalam kondisi perekonomian melambat, bahkan saat mengalami penurunan. Kondisi tersebut terjadi pada saat krisis 2008-2009 dan kembali terjadi pada akhir 2019 hingga awal 2020.

Perkiraan perekonomian yang turun ini membuat harga emas melambung dari US$ 1.200 per troy ounce bisa menguat hingga US$ 1.700 per troy ounce.

"Sekarang ini US$ 1.700 dan sedikit flat saat ini ga tembus US$ 1.800 karena banyak pengusaha melihat ekonomi mulai up sehingga ga banyak yang investasi di emas. Ekonomi mulai pulih, orang mulai investasikan dananya ke bisnis, bukan emas. Ini emas terkendala naiknya karena banyak bilang emas bisa US$ 2.000. Ini yang kita bisa liat saat ini," kata Michael di Jakarta, Selasa (16/6/2020).

Adapun pada perdagangan Selasa pagi kemarin, di pasar spot, harga emas dunia flat saja di tengah kian agresifnya bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang berencana akan membeli obligasi korporasi di pasar sekunder.
Harga emas menguat tipis cenderung flat 0,04% ke US$ 1.726,15/troy ons. Memasuki bulan Juni emas ditransaksikan di rentang tertinggi pada US$ 1.740/troy ons dan terendah di US$ 1.685/troy ounce.

Untuk saat ini harga emas masih dibayangi adanya deflasi, menurut seorang analis dari Saxo Bank.

"Inflasi rendah karena turunnya permintaan dari konsumen dan lambatnya pembukaan ekonomi kembali sehingga mengurangi permintaan emas," kata Hansen Ole, analis Saxo Bank sebagaimana dilaporkan Reuters.

"Secara teknikal, level resisten [batas atas] emas terkuat berada di US$ 1.740 dan aliran dana tak mencukupi," kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.

Namun dengan rendahnya suku bunga, banjir stimulus fiskal serta moneter secara global hingga ancaman munculnya gelombang kedua wabah (second wave outbreak) analis memandang prospek emas jangka panjang masih positif.

Emas merupakan aset minim risiko (safe haven) yang diburu ketika kondisi ekonomi sedang diliputi risiko ketidakpastian. Di sisi lain tingkat suku bunga yang rendah dan banjir stimulus yang ada dalam jangka panjang berpotensi membuat inflasi menjadi lebih tinggi, sehingga emas sebagai aset lindung nilai (hedge) terhadap depresiasi nilai tukar menjadi semakin menarik.

Sebelumnya sejumlah lembaga dan analis memprediksi harga emas dunia menanjak pada level tertentu. Prediksi pertama datang David Roche, Presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London. Pertengahan tahun lalu, dia memprediksi harga emas dunia bisa mencapai US$ 2.000/troy ounce.

Prediksi kedua dari Bank of America Merrill Lynch (BoA) yang memperkirakan harga emas dunia bakal menembus US$ 1.500 per troy ounce (oz) di tahun lalu dan sudah tercapai, lalu tahun ini bisa menembus US$ 2.000/troy ons.

Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.000/US$, maka prediksi harga emas tahun ini bisa menembus Rp 900.340/gram. 

Emas Antam
Pada perdagangan Selasa kemarin, harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) turun 0,47% atau sebesar Rp 4.000 menjadi Rp 840.120/gram dari perdagangan Senin di level Rp 844.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan Senin, harga emas Antam naik 0,24% atau Rp 2.000 dari posisi harga Sabtu yakni Rp 842.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram turun 0,47% berada di Rp 84,012 juta dari harga kemarin Rp 84,412 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Selasa kemarin turun Rp 4.000 menjadi Rp 898.000/gram setelah naik Rp 2.000 ke Rp 902.000/gram pada hari Senin kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga turun 0,76% atau Rp 6.000 ditetapkan pada Rp 787.000/gram, dari posisi kemarin Rp 793.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut. (tas/tas)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 16 Juni 2020

Top! Wall Street Melesat, Bursa Jepang Ngamuk Hampir 3%

A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)
PT Rifan Financindo - Bursa saham di Asia tiba-tiba melonjak pada perdagangan Selasa pagi (16/6/2020) setelah ditopang lompatan dramatis bursa Wall Street AS dini hari tadi atau Selasa pagi waktu Indonesia.

Data perdagangan mencatat, Indeks Nikkei 225 di Bursa Tokyo, Jepang melonjak 2,86% pada awal perdagangan, sementara indeks Topix menguat 2,49%. Di Korea Selatan, Kospi melonjak 3,1%. Bursa saham di Australia juga diperdagangkan menguat, di mana Indeks S&P/ASX 200 naik 1,28%.
Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang juga diperdagangkan naik 0,92% pagi ini.

Tadi pagi, bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, mencatatkan kenaikan pada penutupan perdagangan Senin (15/6/2020). Kenaikan terjadi setelah bank sentral AS, the Federal Reserve (the Fed) mengumumkan rencana yang membawa sentimen positif ke pasar saham.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 157,62 poin pada Senin, setelah indeks saham-saham blue-chip itu turun lebih dari 760 poin di awal sesi. S&P 500 naik 0,8% dan ditutup menjadi 3,066,59, sementara Nasdaq Composite melonjak 1,4% menjadi 9,726,02. Pada awal perdagangan, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun sebanyak 2,5% dan 1,9%, sebelum akhirnya ditutup rebound.

Sebelumnya The Fed telah mengindikasikan bahwa mereka akan membeli obligasi di pasar primer. Tetapi melalui pengumuman pada Senin, Fed mengungkapkan akan memperluas operasi pembelian obligasi ke pasar sekunder.

Dengan kata lain, pengumuman The Fed di pertengahan Juni ini merupakan langkah lain dari bank sentral untuk mendukung pasar keuangan dan meyakinkan investor bahwa mereka akan terus mendukung pasar kredit selama wabah virus corona ada.

"Apa yang tampaknya baru adalah pembelian obligasi di pasar sekunder dan setidaknya dari pengumuman ini, ini berpotensi bagi The Fed memperluas pembelian obligasi," tulis ahli strategi Evercore ISI, Dennis DeBusschere, dalam sebuah email dilansir CNBC.

"Alasan penyebaran (spread) kredit ketat adalah karena investor percaya bahwa mereka akan menindaklanjuti program ini [pembelian obligasi]," tambah DeBusschere. "Jika mereka tidak menindaklanjuti, spread kredit akan bergerak secara signifikan lebih luas dan The Fed harus membeli lebih banyak [surat] utang untuk menopang kredibilitas."

Investor pada Selasa ini kemungkinan akan fokus pada pengumuman bank sentral. Reserve Bank of Australia akan merilis risalah pertemuan kebijakan moneter pada pukul 9:30 pagi waktu Hong Kong dan Singapura, sementara Bank of Japan juga akan merilis pernyataan kebijakan moneter pada hari Selasa ini.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan sentimen luar negeri yang mempengaruhi pasar ialah 'obat' dari bank sentral AS, The Fed.

"The Fed memberikan apa yang dibutuhkan pasar tatkala pasar sedang mengalami kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan. Sebuah obat penenang yang dibutuhkan," jelasnya.

The Fed mengatakan bahwa mereka akan memulai membeli obligasi korporasi individual di bawah Secondary Market Corporate Credit Facility. Program ini memiliki kemampuan untuk membeli surat utang korporasi hingga US$ 750 miliar.

"Tentu hal ini dilakukan sebagai upaya berkelanjutan dari The Fed untuk mendukung fungsi pasar dan mempermudah situasi dan kondisi kredit. Bank Sentral juga menjelaskan untuk pertama kalinya mereka akan menerapkan strategi pembelian, dan mengatakan akan mengikuti indeks pasar dari obligasi korporasi di Amerika yang dibuat khusus untuk fasilitas tersebut."

"The Fed juga pada akhirnya telah memberikan program baru yaitu Program Pinjaman untuk usaha kecil dan menengah, yang dimana hal tersebut membuat usaha kecil dan menengah dapat semringah karena pada akhirnya pertolongan itu datang," kata Nico dan timnya.(tas/tas)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 15 Juni 2020

Pasar Khawatir Ada Second Wave Outbreak, Harga Minyak Jatuh

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Rifan FinancindoMengawali pekan ini, harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan terkoreksi cukup dalam. Ketakutan akan terjadinya gelombang kedua wabah (second wave outbreak) kembali menghantui pasar.

Pada perdagangan Senin (15/6/2020) waktu Asia pukul 08.30 harga minyak mentah anjlok lebih dari 2,5%. Harga minyak Brent turun 2,61% ke US$ 37,72/barel, sementara harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam sebesar 3,53% ke US$ 34,98/barel.


AS sebagai episentrum penyebaran virus corona saat ini kembali melaporkan adanya lonjakan kasus infeksi baru dalam beberapa hari terakhir seiring dengan pembukaan ekonomi secara gradual.

Alabama melaporkan rekor jumlah kasus baru untuk hari keempat berturut-turut hingga hari Minggu. Alaska, Arizona, Arkansas, California, Florida, North Carolina, Oklahoma dan South Carolina semuanya memiliki jumlah kasus baru dalam tiga hari terakhir, menurut penghitungan Reuters.

Banyak pejabat kesehatan publik yang mengaitkan kenaikan kasus baru tersebut dengan pertemuan selama liburan akhir pekan Memorial Day pada akhir Mei. Di Louisiana, yang merupakan salah satu hot spot virus sebelumnya, kasus baru kembali meningkat dengan lebih dari 1.200 - dan menjadi yang tertinggi sejak 21 Mei.

Secara nasional, ada lebih dari 25.000 kasus baru yang dilaporkan pada hari Sabtu, tertinggi sejak 2 Mei. Lonjakan kasus ini sebagian karena adanya peningkatan yang signifikan dalam pengujian selama enam minggu terakhir.

Lonjakan kasus juga terjadi di China. Beijing beberapa hari terakhir melaporkan belasan kasus baru yang teridentifikasi berasal dariklaster pasar makananXinfadi. Setelah berminggu-minggu hampir tak melaporkan adanya penambahan kasus baru, kini Beijing telah mencatat lusinan kasus baru dalam beberapa hari terakhir.

Beijing sedang mengambil langkah untuk mencoba menghentikan wabah termasuk meningkatkan pengujian. Pada Minggu malam waktu setempat, Beijing memerintahkan semua perusahaan untuk mengkarantina dan mengawasi karyawannya yang telah mengunjungi pasar Xinfadi atau yang melakukan kontak dengan siapa pun yang telah mengunjungi pasar itu selama 14 hari.

Hampir tidak ada kasus virus corona baru di kota tersebut selama hampir dua bulan sampai infeksi baru kembali dilaporkan pada 12 Juni, dan sejak itu jumlah total telah meningkat menjadi 51, melansir Reuters.

"Kekhawatiran tentang kenaikan infeksi COVID-19 baru-baru ini di AS dan ancaman 'gelombang kedua' membebani [harga] minyak saat ini," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp, melansir Reuters.

Sementara itu, sebuah panel pemantauan yang dipimpin OPEC akan bertemu pada hari Kamis untuk membahas apakah negara-negara anggota telah mematuhi kesepakatan pemangkasan output sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga akhir Juli sesuai dengan kuota masing-masing. Namun panel ini dikatakan tak akan membuat keputusan bila mengutip sumber dari OPEC+.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 12 Juni 2020

Pekan Lalu Menguat Gila-gilaan, Rupiah Kini Terkapar

Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
PT RifanNilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (12/6/2020), cukup jauh di atas Rp 14.000/US$. Memburuknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah tertekan pada perdagangan hari ini.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,5% ke Rp 14.020/US$. Depresiasi rupiah semakin membengkak hingga 1,45% ke Rp 14.152/US$. Posisi rupiah sedikit membaik, pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.122/US$, melemah 1,23% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Rupiah berada di dalam fase konsolidasi sejak awal pekan, sebelum melemah tajam hari ini. Maklum saja, pada pekan lalu rupiah menguat "gila-gilaan" nyaris 5%, menembus jauh ke bawah Rp 14.000/US$ hingga kembali ke zona hijau secara year-to-date (ytd)

Derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri menjadi penopang penguatan rupiah pekan lalu. Derasnya capital inflow ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) Selasa (2/6/2020 yang penawarannya mencapai 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.

Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.

Tingginya daya tarik SBN juga terlihat di pasar sekunder. Berdasarkan data DJPPR, sepanjang pekan lalu, ada inflow sebesar 9,61 triliun. Inflow tersebut terbilang besar, melebihi inflow sepanjang bulan Mei Rp 7,07 triliun.
Di pasar saham, juga terjadi inflow yang cukup besar. Berdasarkan data RTI, sepanjang pekan lalu investor asing melaukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 3,45 triliun di all market.

Sementara hal sebaliknya terjadi di pekan ini, dalam tiga hari pertama di pasar obligasi terjadi outflow sebesar 2,34 triliun, sementara di pasar saham dalam sepekan terjadi aksi jual Rp 435,88 miliar di pasar reguler.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.

Capital outflow hari ini terjadi akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah terjadi lonjakan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) di AS, dan outlook pemulihan ekonomi yang kurang bagus.

Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang ambrol pada perdagangan Kamis kemarin. Indeks Dow Jones ambles nyaris 7%, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing lebih dari 5%. Penyebabnya, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di AS.

Kasus corona baru di AS meningkat menjadi 20,2486 kasus per hari dari sebelumnya 17,376. Secara total, jumlah pengidap virus corona mencapai 2 juta orang di AS dengan 116.000 korban jiwa.

Negara bagian Texas mencatatkan rekor tertinggi pasien Covid-19 dalam tiga hari terakhir. Sembilan wilayah di California juga melaporkan kenaikan kasus corona.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memberikan outlook perekonomian yang kurang cerah juga membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Dini hari tadi, The Fed mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 0-0,25%, dan tidak akan dinaikkan dalam hingga beberapa tahun ke depan. The Fed memproyeksikan ekonomi AS akan berkontraksi 6,5% di tahun ini, dengan tingkat pengangguran sebesar 9,3%.

Suku bunga yang berada di rekor terendah, dan tidak akan dinaikkan dalam beberapa tahun ke depan menjadi indikasi perekonomian AS kemungkinan tidak akan mengalami pemulihan yang cepat.

Alhasil, rupiah yang selama ini ditopang bagusnya mood pelaku pasar yang mengalir modal ke dalam negeri harus mengalami tekanan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 11 Juni 2020

Stok AS Naik, Harga Minyak Dunia Jatuh 2% Lebih

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
PT Rifan Financindo BerjangkaRilis data terbaru Energy Information Agency (EIA) menjadi kabar buruk bagi pasar minyak mentah dunia. Kenaikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) membuat harga minyak mentah tergelincir pagi ini.

Semalam EIA melaporkan stok minyak mentah AS periode mingguan yang berakhir pada 5 Juni 2020 naik 5,7 juta barel menjadi 538,1 juta barel. Stok minyak distilat (penyulingan) dan bensin juga naik walau tak sebanyak pekan sebelumnya. 

Data resmi pemerintah AS tersebut menyebutkan stok minyak distilasi meningkat 1,57 juta barel sementara untuk bensin persediaannya bertambah 0,87 juta barel. Kenaikan stok ini masih menjadi kekhawatiran di pasar akan lambatnya pemulihan permintaan.

Harga minyak pun menjadi terkoreksi pagi ini. Kamis (11/6/2020) pada 08.10 WIB harga emas hitam terkoreksi lebih dari 2%. Untuk kontrak berjangka Brent harganya turun 2,3% ke US$ 40,77/barel. Sementara untuk acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) melemah 2,53% ke US$ 38,6/barel.

Para analis mengatakan setelah harga minyak meningkat dua kali lipat sejak April, para trader kini mulai merespon berita negatif. "Reli harga minyak mentah baru-baru ini terhenti karena meningkatnya persediaan yang menunjukkan jalan menuju pemulihan akan terjal," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, melansir Reuters.

Menambah sentimen negatif, bank sentral AS, Federal Reserve mengatakan ekonomi Negeri Paman Sam akan terkontraksi 6,5% tahun ini dan tingkat pengangguran akan berada di angka 9,3% pada akhir tahun 2020.

"Para trader jangka pendek akan cenderung untuk menjual langsung atau untuk mengambil keuntungan jika data menunjukkan tren bearish," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axicorp, sebagaimana diwartakan Reuters.

Lebih lanjut pemulihan ekonomi dan permintaan bahan bakar masih akan dibayangi oleh wabah corona. Total kasus di AS  sudah mencapai 2 juta pada hari Rabu (waktu setempat). Angka infeksi baru kembali meningkat mengalami penurunan dalam lima pekan terakhir. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 10 Juni 2020

Waduh! Harga Minyak Jeblok 1% Lebih, Ada Apa ya?

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
PT Rifan FinancindoRilis data perminyakan Amerika Serikat (AS) oleh asosiasi industri membuat harga minyak mentah mengalami koreksi pagi ini. Namun harga minyak mentah terutama untuk acuan internasional Brent masih di atas US$ 40/barel.

Rabu (10/6/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan terkoreksi 1% lebih. Pada 08.50 WIB, minyak Brent berjangka dibanderol US$ 40,68/barel atau melemah 1,09%.

Pada saat yang sama harga minyak mentah berjangka acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) ambles lebih dalam dengan koreksi sebesar 1,39%. Harga minyak WTI kini berada di US$ 38,4/barel.


Keputusan Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memperpanjang periode pemangkasan produksi sebesar 9,7 barel per hari (bpd) memang mampu menopang harga ke level psikologis US$ 40/barel.

Namun reli harga minyak yang tak terbendung sejak Mei ini dinilai terlalu jauh dan terlalu cepat oleh para analis mengingat pandemi corona masih merebak di berbagai penjuru dunia. Walaupun relaksasi lockdown sudah diterapkan di beberapa negara, permintaan terhadap bahan bakar masih rendah.

"Merosotnya [harga] Brent kemungkinan besar masuk ke dalam kategori profit taking setelah melesat untuk waktu yang lama tanpa dibarengi dengan data fundamental baru yang akan membenarkan perubahan dalam sentimen," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp, melansir Reuters.

American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS periode mingguan naik sebanyak 8,4 juta barel hingga 5 Juni lalu. Angka ini berbeda dengan survei Reuters yang memperkirakan stok akan terpangkas 1,7 juta barel.

Stok minyak distilat yang termasuk di dalamnya ada minyak diesel dan pemanas naik 4,3 juta barel. Angka ini lebih tinggi dari estimasi pasar yang memperkirakan stok akan bertambah hanya 3 juta barel saja. Kini pasar menunggu rilis resmi dari EIA yang dijadwalkan keluar pada hari Rabu (waktu AS).

Bulan lalu menjadi awal reli tak terbendung harga minyak setelah anjlok signifikan di bulan Maret. Pandemi corona jadi pemicu utama penurunan permintaan bahan bakar yang juga berdampak pada penurunan harganya.

Perang harga antara Arab Saudi dengan Rusia yang sempat terjadi serta banjir pasokan minyak di pasar seolah menjadi tekanan bagi harga si emas hitam dari dua arah (double hit) baik dari sisi demand maupun supply.

Perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia yang terjadi pada Maret lalu ikut memantik suara dari Menteri Negara Urusan Energi Qatar, Saad al-Kaabi. Dia menilai perang harga tersebut adalah kesalahan terbesar yang memicu harga minyak jatuh ke level terendah dalam sejarah.

"Saya pikir itu adalah kesalahan yang sangat besar," kata Saad al-Kaabi kepada Hadley Gamble, anchor CNBC International dari Doha. Al-Kaabi juga adalah CEO Qatar Petroleum

"Anda tahu, upaya membanjiri pasar [dengan stok minyak] ini yang menyebabkan harganya jatuh level yang sangat rendah. Dan kemudian pandemi corona menambah dampak parah di mana orang tidak mampu memproduksi lagi. Dan kami melihat, Anda tahu, harga WTI sudah negatif," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 09 Juni 2020

Kali Ini Irak yang Bikin Harga Minyak Menguat 1% Lebih

The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)
Rifan FinancindoPekan lalu Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk melanjutkan pemangkasan pasokan minyak hingga Juli. Keputusan ini membuat harga minyak mentah naik, tetapi kemarin kabar dari Menteri Energi Arab membuat harga emas hitam sedikit tergelincir walau menguat lagi pagi ini.

Selasa (9/6/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan menguat lebih dari 1%. Pada 07.55 WIB, harga minyak Brent berjangka naik 1,27% ke US$ 41,32/barel. Di saat yang sama harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan acuan Amerika Serikat (AS) juga naik 1,54% ke US$ 38,78/barel.

Pada pertemuan yang digelar melalui video konferens pekan lalu, OPEC+ telah satu suara untuk melanjutkan penurunan produksi 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga bulan Juli. Jika mengacu pada kesepakatan pada awal April pemangkasan output sebesar 10% dari pasokan minyak global tersebut hanya akan dilakukan pada Mei dan Juni saja.

Keputusan tersebut diambil oleh OPEC+ guna mendongkrak harga minyak yang anjlok signifikan akibat lockdown untuk mengendalikan pandemi corona yang telah memukul permintaan bahan bakar secara signifikan.

Pasar merespons positif kebijakan tersebut. Harga minyak mentah pun melesat dan mencapai rekor tertinggi sejak 10 Maret lalu. Namun selang tak berapa lama harga si emas hitam justru terpeleset akibat negara-negara OPEC tak akan lagi memangkas produksi ekstra secara sukarela.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait sebelumnya mengatakan pihaknya akan secara sukarela menambah kuota pemangkasan sebesar 1,18 juta bpd di bulan Juni. Namun setelah keputusan perpanjangan pemangkasan output diambil, pemotongan ekstra yang dilakukan ketiganya tak berlaku lagi untuk Juli.

Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kemarin (8/6/2020). Selain memperpanjang periode pemangkasan, Arab Saudi juga menaikkan harga minyaknya untuk Juli.

"Akan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan memiliki total hampir 11 juta barel per hari apabila pemotongan [output] sukarela diperpanjang selama sebulan di saat-saat ketika kita melihat defisit pasokan," kata Bjornar Tonhaugen, analis di Rystad Energy, melansir Reuters.

Sementara itu, produsen minyak AS (shale oil) telah mulai membuka kembali sumur yang ditutup karena harga mulai merangkak naik. Analis mengatakan ini dapat menjadi ancaman bagi pemulihan permintaan yang masih rapuh dan melemahkan upaya OPEC untuk menopang harga.

"Produksi AS kembali ke pasar, dan ada spekulasi bahwa kenaikan besar-besaran di Saudi (harga) dapat menekan margin kilang minyak yang berada dalam tekanan di Asia," kata Bob Yawger, direktur masa depan energi di Mizuho di New York.

Namun seiring dengan kembali digebernya perekonomian global, perpanjangan pemangkasan produksi tersebut setidaknya membuat harga minyak mentah terutama Brent masih mampu berada di kisaran US$ 40/barel seperti sekarang ini.

Kabar dari Baghdad juga turut mendongkrak harga minyak pagi ini. Menteri perminyakan baru Iraq Ihsan Abdul Jabbar menegaskan bahwa Iraq akan berkomitmen penuh terhadap langkah pemotongan produksi OPEC+. Kabar ini disampaikan oleh Kementerian Perminyakan Iraq dalam sebuah pernyataan Senin kemarin.

Abdul Jabbar mengatakan negaranya berkomitmen penuh untuk memotong produksinya pada Juni dan Juli sesuai dengan kesepakatan OPEC+, dan juga berkomitmen untuk kesepakatan pengurangan produksi yang disepakati setelah Juni dan Juli.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 08 Juni 2020

Duh! Sepekan Emas Antam Ambles Rp 37.000, Hari Ini Gimana?

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau emas Antam pada perdagangan Sabtu pekan lalu (6/5/2020) ambles hingga Rp 12.000 atau minus 1,45% menjadi Rp 818.120/gram dibandingkan dengan harga pada Jumat di level Rp 830.120/gram.
Sebelumnya pada perdagangan Jumat, harga emas Antam sempat naik 0,12% atau sebesar Rp 1.000 menjadi Rp 830.120/gram dari Kamis Rp 829.120/gram. Harga Kamis pun turun 2,01% atau Rp 17.000 dari posisi harga Rabu yakni Rp 846.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs
logammulia milik Antam pada Sabtu lalu, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram ambles 1,45% berada di level Rp 81,812 juta dari harga Jumat lalu Rp 83,012 juta per batang.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

 Khusus emas Antam 1 gram juga melorot Rp 12.000 menjadi Rp 876.000/gram pada Sabtu dari Jumat Rp 888.000/gram.

Jika dihitung dalam sepekan terakhir, atau dari 30 Juni hingga 6 Juni, harga emas turun 4,3% atau Rp 37.000 dari Rp 855.120/gram pada Sabtu 30 Mei menjadi Rp 818.120/gram pada Sabtu lalu 6 Juni. Namun pada pembukaan Selasa (Senin libur Hari Lahir Pancasila 1 Juni) harga emas Antam naik 0,70% atau sebesar Rp 6.000 menjadi Rp 862.120/gram.

Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis, penurunan emas Antam seiring dengan bombardir kabar baik di pekan ini membuat harga logam mulia emas cenderung melorot. Rilis berbagai data semakin menunjukkan bahwa prospek ekonomi kian cerah dan membuat harga emas sebagai aset
safe haven terpangkas.

Harga emas dunia turun nyaris 1,5% pada penutupan perdagangan hari Jumat (5/6/2020). Dalam sepekan terakhir harga bullion turun 2,38% (week on week/wow).
Pada penutupan perdagangan akhir pekan harga emas dibanderol US$ 1.685,2/troy ons turun dari level psikologisnya US$ 1.700/troy ons.

Anjloknya harga emas karena harapan optimisme pulihnya ekonomi global kian terlihat dari berbagai rilis data yang ada. Memasuki bulan Mei, sektor manufaktur negara-negara G20 sudah mulai terlihat membaik walau masih mengalami kontraksi.
Peningkatan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Mei menjadi indikatornya. Semua negara anggota G20 melaporkan adanya peningkatan angka PMI manufaktur.
Bahkan China yang pertama kali mendeklarasikan diri terlepas dari belenggu wabah virus corona sektor manufakturnya sudah terlihat ekspansif tercermin dari angka PMI manufaktur yang sudah berada di atas level 50.
Sentimen lain yang juga membuat harga emas terpuruk adalah rilis data penciptaan lapangan pekerjaan (non-farm payrolls) AS yang lebih kuat dari perkiraan untuk periode Mei lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat penambahan 2,5 juta lapangan kerja baru pada Mei, sehingga angka pengangguran membaik ke 13,3%. Angka ini jauh lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang menduga ada 8 juta lapangan kerja yang hilang dan angka pengangguran naik menjadi 20%.

Sontak kabar tersebut membuat aset-aset berisiko seperti saham melesat. Dini hari tadi Wall Street ditutup menguat signifikan dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami apresiasi sebesar 3,15% sedangkan S&P melompat 2,62%.


"Angka penganggurannya mantap, tingkat partisipasi kerja meningkat. Ini terkonfirmasi sebagai laporan yang solid," tutur Drew Matus, Kepala Perencana Pasar MetLife Investment Management, sebagaimana dikutip CNBC International.
(tas/tas)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 05 Juni 2020

Dolar AS di Bawah Rp 14.000, Rupiah Juara Asia!

ilustrasi uang
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun hijau di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (5/6/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.100. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah juga menguat. Pada pukul 10:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.910 di mana rupiah menguat tajam 1,01%.


Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat tetapi tipis saja di 0,07%. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah semakin menebal dan dolar AS sudah terdorong ke bawah Rp 14.000. 
Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia pun menguat di hadapan dolar AS. Namun apresiasi yang lebih dari 1% sudah cukup untuk membawa rupiah ke puncak 'klasemen' mata uang Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:

Aura Kebangkitan Ekonomi Kian Terlihat
Kemarin, rupiah dan mata uang Asia lainnya cenderung melemah di hadapan greenback karena aksi ambil untung. Harap maklum, rupiah dkk sudah menguat sangat tajam sejak awal kuartal II-2020. Bahkan rupiah jadi mata uang dengan apresiasi paling tinggi di Asia.

Namun investor hanya betah sehari melakukan profit taking. Sebab, sentimen positif yang merebak di pasar terlalu berharga untuk dilewatkan.

Pada pekan yang berakhir 30 Mei, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS turun 249.000 menjadi 1,87 juta. Ini menjadi kali pertama sejak pertengahan Maret klaim tunjangan pengangguran berada di bawah 2 juta.

"Sebelumnya terlihat bahwa jumlah pengangguran melesat di berbagai industri. Sekarang lajunya mulai melambat atau bahkan dalam tren berbalik. Ini adalah sebuah kemajuan," tegas Robert Frick, Ekonom di Navy Federal Credit Union yang berbasis di Virginia, seperti diberitakan Reuters.

Data di Negeri Paman Sam itu semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi dunia sedang menuju pemulihan. Seiring pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) karena perlambatan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), aktivitas masyarakat mulai semarak sehingga roda ekonomi yang sempat mandek kini berputar kembali.

Berbekal optimisme pemulihan ekonomi dunia, investor akan kembali bernafsu memburu aset-aset di pasar keuangan Tanah Air. Hasilnya, rupiah kembali nyaman menapaki jalur hijau. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 04 Juni 2020

Harga Minyak Turun Lagi di Bawah US$ 40/Barel, Ini Pemicunya

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
PT Rifan FinancindoKenaikan stok bensin dan minyak distilat di Amerika Serikat (AS) dibarengi dengan keraguan di pasar bahwa Arab Saudi, Rusia dan aliansinya (OPEC+) akan menggelar pertemuan hari ini membuat harga minyak mentah tertekan.

Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan melemah di bawah US$ 40/barel untuk jenis Brent. Kemarin pada perdagangan intraday untuk harga minyak Brent untuk kontrak Agustus sempat menyentuh level psikologis US$ 40/barel.

Pada 08.15 WIB, minyak Brent dibanderol US$ 39,52/barel atau melemah 0,68%. Sementara di saat yang sama harga minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam dengan koreksi sebesar 1,15% ke US$ 38,86/barel.

Rilis data terbaru Agensi Informasi Energi (EIA) Negeri Paman Sam menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS periode mingguan turun sebesar 2,08 juta barel pekan lalu yang berakhir pada 29 Mei 2020. Penurunan stok dilaporkan setelah pada minggu sebelumnya persediaan naik sebesar 7,93 juta barel.

Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing Oklahoma pun mengalami penurunan sebesar 1,74 juta barel, masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan pekan sebelumnya yang mencapai 3,39 juta barel.

Di saat yang sama stok minyak distilat yang termasuk didalamnya ada minyak diesel dan pemanas justru mengalami kenaikan sebesar 9,94 juta barel setelah membengkak 5,49 juta barel pada pekan sebelumnya. Stok bensin juga naik 2,79 juta barel dari sebelumnya 724 ribu barel.

"Karena permintaan produk tetap lemah, persediaan bensin menunjukkan peningkatan yang solid, sementara untuk minyak distilasi menunjukkan peningkatan besar - besaran meskipun kilang memproses lebih dari 3,6 juta barel per hari (bpd) di bawah level tahun lalu," kata Matt Smith direktur riset komoditas di ClipperData, melansir Reuters.

Arab Saudi dan Rusia dikabarkan telah sepakat untuk memperpanjang penurunan produksi minyak selama satu bulan. Namun terselip kabar kurang mengenakkan karena menurut sumber yang dikutip Reuters, rapat online anggota OPEC+ yang dijadwalkan pada Kamis diragukan akan digelar.

Alih-alih mengurangi pemangkasan produksi pada bulan Juli, OPEC dan sekutunya kini tengah berdiskusi terkait skenario mempertahankan pemotongan tersebut setelah bulan Juni. "Arab Saudi dan Rusia sejalan dengan perpanjangan selama satu bulan," kata satu sumber OPEC, mengutip Reuters.

OPEC+ pada April lalu sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta bpd atau sekitar 10% dari output global untuk Mei dan Juni guna mengangkat harga yang terpukul oleh jatuhnya permintaan akibat lockdown.

OPEC+ saat ini sedang terganjal satu masalah. Hambatan utama yang dihadapi organisasi adalah bagaimana menangani negara-negara yang telah gagal melakukan pemangkasan pasokan sesuai dengan pakta yang disepakati.

"Setiap perjanjian tentang perpanjangan pemotongan tergantung pada negara-negara yang belum sepenuhnya memenuhi [kuota] Mei untuk memangkas lebih dalam output mereka dalam beberapa bulan mendatang demi mengimbangi kelebihan produksi," kata sumber yang tak disebutkan namanya itu.

"Saya tidak berpikir akan ada pertemuan pada hari Kamis. Masih ada banyak tantangan," kata sumber OPEC lainnya.

Anggota OPEC Irak dan Nigeria menunjukkan komitmen yang lemah dengan target pengurangan output pada bulan Mei. Kazakhstan juga gagal memenuhi sepenuhnya kewajibannya.

Dua sumber lain juga mengatakan kepada Reuters bahwa produsen OPEC Teluk Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab tidak membahas perpanjangan pemotongan minyak sukarela mereka sebesar 1,180 juta bpd setelah Juni.

Walau tergelincir di pagi ini, sejatinya harga minyak mentah masih berada dalam tren penguatan. Harga minyak naik dalam beberapa hari terakhir dari posisi terendah April didukung oleh pemulihan ekonomi China serta pelonggaran lokcdown yang mulai diterapkan negara-negara lain.

Bagaimanapun juga tantangan yang dihadapi oleh pasar minyak saat ini ada tiga. Pertama adalah kemungkinan gelombang kedua wabah, kedua adalah seberapa cepat permintaan akan pulih dan ketiga adalah bagaimana mengatasi pasokan yang masih besar di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan