Selasa, 05 Maret 2019

Tertular Wall Street, Bursa Jepang Ikut Lesu - PT Rifan Financindo

Tertular Wall Street, Bursa Jepang Ikut Lesu
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
PT Rifan Financindo - Bursa Jepang dibuka melemah, Selasa (5/3/2019), saat sentimen pasar terpuruk akibat pelemahan yang dicatatkan Wall Street dini hari tadi.

Indeks acuan Nikkei 225 kehilangan 0,58% dan indeks Topix turun 0,63% di awal perdagangan, AFP melaporkan.

Indeks-indeks utama Wall Street terpuruk di zona negatif dini hari tadi menyusul data konstruksi Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan. Selain itu, sentimen damai dagang AS-China tampaknya sudah kehilangan pesonanya di hadapan para investor AS.

Dow Jones Industrial Average rontok 0,79%, S&P 500 kehilangan 0,39%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,23%.

Departemen Perdagangan AS merilis angka belanja konstruksi yang turun 0,6% di Desember. Para ekonom yang disurvei Refinitiv memperkirakan adanya kenaikan 0,2%. (prm)



 

Senin, 04 Maret 2019

Harapan Menjauh, Rupiah Kini Terlemah di Asia - Rifanfinancindo

Harapan Menjauh, Rupiah Kini Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rifanfinancindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Laju dolar AS semakin mulus karena perbedaan kebijakan moneter bank sentral sejumlah negara. 

Pada Senin (4/3/2019) pukul 08:37 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.145. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Padahal kala pembukaan pasar, rupiah hanya melemah 0,04%. Pelemahan yang sangat tipis ini memunculkan harapan bahwa rupiah bisa menyeberang ke zona hijau.

Namun yang ada sekarang malah depresiasi rupiah semakin dalam. Kini rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Malang betul nasib rupiah.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:37 WIB:



Dolar AS mendapat suntikan tenaga setelah muncul pernyataan dari Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ). Dalam paparan di parlemen, Kuroda menyatakan BoJ akan bersabar dalam menerapkan kebijakan moneter longgar sampai perekonomian Negeri Matahari Terbit benar-benar stabil.

"BoJ akan tertap bersabar mempertahankan stimulus moneter untuk mencapai target inflasi. Saat ini, perekonomian berjalan di jalur yang benar untuk mencapai target tersebut. Namun sampai tahun fiskal 2020, sepertinya masih sulit mencapai inflasi yang telah ditargetkan," jelas Kuroda, mengutip Reuters.

BoJ sampai saat ini masih mempertahankan target inflasi 2%. Pada Januari, inflasi masih adem-ayem di 0,2% year-on-year (YoY). Jauh dari target 2%.



Dengan begitu, semakin jelas bahwa The Federal Reserve/The Fed (Bank Sentral AS) tidak akan punya lawan sepadan. Jepang (dan Uni Eropa) kemungkinan masih akan menerapkan kebijakan moneter longgar, dengan kenaikan suku bunga acuan yang masih jauh dari horizon.

Begitu pula dengan di Indonesia. Perry Warijyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), mengisyaratkan membuka peluang untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate jika situasi memungkinkan.

"Ke depan arah suku bunga akan lebih turun, kalau stabilitas ini kita jaga. Suku bunga sudah hampir mencapai puncaknya," kata Perry dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019, pekan lalu.

Sementara The Fed, walau tidak seagresif tahun lalu, masih dalam jalur menaikkan suku bunga acuan. Tahun ini, kemungkinan masih ada dua kali lagi kenaikan karena target median Federal Funds Rate pada akhir 2019 adalah 2,8% sementara sekarang di 2,375%.

Oleh karena itu, dolar AS sepertinya memang masih sulit ditandingi. Berbekal potensi kenaikan Federal Funds Rate (meski tidak dalam waktu dekat), berinvestasi di dolar AS lebih menjanjikan cuan.

Akibatnya, preferensi investor masih ke arah mata uang Negeri Paman Sam. Ruang penguatan rupiah menjadi semakin terbatas.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)

Kamis, 28 Februari 2019

Gara-gara Stok Minyak AS, Harga 'Emas Hitam' Galau | PT Rifan Financindo

Gara-gara Stok Minyak AS, Harga 'Emas Hitam' Galau
PT Rifan Financindo - Pergerakan harga minyak mentah dunia pada perdagangan pagi ni, Kamis (28/2/2019) masih bervariasi dan cenderung terbatas.

Hingga pukul 09:15 WIB, harga minyak jenis Brent untuk patokan pasar Eropa dan Asia turun 0,2% ke posisi US$ 66,26/barel, setelah ditutup menguat 1,81% kemarin (27/2/2019).

Adapun harga minyak jenis lightsweet (WTI) untuk patokan pasar Amerika menguat terbatas sebesar 0,02% ke level US$ 56,95/barel, setelah melesat 2,59% pada penutupan perdagangan kemarin.

Selama sepekan, harga minyak alias emas hitam telah terpangkas 0,6% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun, harga si emas hitam masih tercatat menguat sekitar 24%.

Naiknya harga minyak kemarin dimotori oleh data lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) yang kembali melaporkan penurunan inventori minyak Negeri Paman Sam untuk minggu yang berakhir pada 22 Februari.

Dalam laporannya, EIA menuliskan bahwa stok minyak mentah pada periode tersebut turun hingga 8,64 juta barel dibanding minggu sebelumnya, yang terjadi seiring dengan penurunan stok bensin sebesar 1,9 juta barel. Padahal konsensus pasar memprediksi stok minyak mentah masih akan naik 2,8 juta barel, dan bensin turun 1,6 juta barel.

Artinya, tingkat konsumsi masyarakat AS masih terbilang cukup baik, bahkan di atas ekspektasi pasar. Kala permintaan tetap tumbuh sehat, keseimbangan fundamental di pasar bisa terjaga. Kekhawatiran banjir pasokan tahun ini bisa dikurangi.


Namun demikian, produksi minyak mentah AS yang terus meningkat juga terus memberikan sentimen negatif. Pasalnya sejak awal tahun 2018, jumlahnya telah naik lebih dari 2 juta barel/hari.

Terlebih, Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (26/2/2019) mengatakan harga minyak sudah terlalu mahal bagi dirinya.

"Harga minyak naik terlalu tinggi. OPEC, mohon rileks dan santai saja. Dunia tidak bisa menanggung kenaikan harga [minyak] - Terlalu riskan!" tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa AS masih akan terus meningkatkan produksi minyaknya untuk kembali menekan harga.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/tas)



Senin, 25 Februari 2019

Trump Tunda Kenaikan Bea Impor AS, Investor Tinggalkan Yen | Rifan Financindo

Trump Tunda Kenaikan Bea Impor AS, Investor Tinggalkan Yen
Foto: Yen (REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo)
Rifan Financindo - Mata uang Jepang yang juga merupakan aset safe haven, yen, melemah setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan memperpanjang tenggat waktu kenaikan bea impor terhadap China yang seharusnya dilakukan pada 1 Maret mendatang.

Dalam kicauannya di Twitter ia mengatakan kedua negara telah mencatatkan kemajuan yang substansial dalam perundingan dagang mereka.

Yen Jepang melemah 0,1% ke 110,77 yen terhadap dolar AS pada Senin (25/2/2019) pagi sementara kurs offshore yuan menguat 0,1% ke 6,6930 yuan terhadap dolar menyusul beredarnya kabar tersebut, dilansir dari Reuters.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko dan menjadi proksi bagi investasi China melompat 0,3% terhadap dolar ke posisi US$0,7149.

Di lain pihak, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap beberapa mata uang utama dunia sempat menguat tipis ke posisi 96,514 ketika twit Trump diunggah sebelum turun ke 96,4840 hingga pukul 7.04 WIB.

Trump berencana untuk menunda kenaikan bea impor terhadap berbagai produk China yang awalnya direncanakan pada 1 Maret mendatang karena kedua belah pihak semakin dekat dengan kata sepakat untuk mengakhiri perang dagangnya. Namun, ia tidak menyebutkan tenggat waktu baru untuk perundingan tersebut.

"Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat kemajuan berarti dalam pembicaraan dagang kami dengan China terkait beberapa isu struktural penting, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang dan banyak isu lainnya," tulis Trump di akun media sosial Twitter.

"Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif ini, saya akan menunda kenaikan bea impor AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Dengan mengasumsikan kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan, kami sedang merencanakan pertemuan tingkat tinggi bagi Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian. Selamat berakhir pekan untuk AS & China!" tambahnya.

Jumat, 22 Februari 2019

Stok AS Capai Rekor Tertinggi, Harga Minyak Jatuh Lemas - PT Rifan Financindo

Stok AS Capai Rekor Tertinggi, Harga Minyak Jatuh Lemas
Foto: kotkoa / Freepik
PT Rifan Financindo - Harga minyak mentah pada pagi hari ini (22/2/2019) masih terus melemah. Hingga pukul 08:45 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak April melemah sebesar 0,12% ke posisi US$ 66,99/barel, setelah sebelumnya turun 0,01% kemarin (21/2/2019).

Sementara harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak April juga terkoreksi 0,07% ke level US$ 56,92/barel.

Selama sepekan harga minyak telah naik sekitar 1,57% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga si emas hitam masih tercatat naik sekitar 24%.

Sedikit melemahnya harga minyak dipengaruhi oleh produksi minyak Amerika Serikat yang terus meningkat.

Kemarin, Energi Information Administration (EIA) mengatakan bahwa produksi minyak Negeri Paman Sam kembali menembus rekor baru yaitu sebesar 12 juta barel/hari, dari rekor sebelumnya yang dicatat pada 11,9 juta barel/hari.

Terlebih lagi, inventori minyak mentahnya juga naik 3,7 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 15 Februari.

Pelaku pasar menjadi kembali dihantui banjir pasokan minyak di tahun ini. 

Namun setidaknya inisiatif OPEC untuk mengurangi pasokan minyaknya dapat meredam laju pelemahan harga minyak.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/taa)