Foto:(REUTERS/Kevin Lamarque) |
Rifan Financindo - Presiden Amerika Serikat
(AS) Donald Trump mengatakan AS akan mengenakan tarif tambahan 10% pada
produk China yang diekspor ke Negeri Paman Sam. Kebijakan itu
disampaikan Trump via akun Twitter seperti dikutip pada Jumat
(2/8/2019).
Imbasnya, Wall Street mencatatkan penurunan tajam pada penutupan perdagangan hari Kamis (1/8/19) waktu setempat. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 280,85 poin menjadi 26.583,42 setelah melonjak sebanyak 311 poin pada hari sebelumnya.
Indeks S&P 500 mengakhiri perdagangan dengan turun 0,9% menjadi 2.953,56 setelah naik lebih dari 1%. Sementara indeks Nasdaq Composite ditutup turun 0,8% menjadi 8,111.12 setelah melonjak lebih dari 1,6%.
Imbasnya, Wall Street mencatatkan penurunan tajam pada penutupan perdagangan hari Kamis (1/8/19) waktu setempat. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 280,85 poin menjadi 26.583,42 setelah melonjak sebanyak 311 poin pada hari sebelumnya.
Indeks S&P 500 mengakhiri perdagangan dengan turun 0,9% menjadi 2.953,56 setelah naik lebih dari 1%. Sementara indeks Nasdaq Composite ditutup turun 0,8% menjadi 8,111.12 setelah melonjak lebih dari 1,6%.
Dalam serangkain postingan di Twitter, Kamis, Trump
mengeluhkan China yang memutuskan untuk menegosiasikan kembali
kesepakatan dagang sebelum ditandatangani. Oleh karena itu, dia
mengatakan akan mengenakan tarif impor tambahan pada barang-barang China
senilai US$ 300 miliar. Bea masuk ini akan berlaku pada 1 September.
"Pembicaraan
perdagangan terus berlanjut, dan selama pembicaraan tersebut, AS akan
mulai, pada tanggal 1 September, memberikan tambahan tarif 10% untuk
sisa US$ 300 miliar barang dan produk yang berasal dari China ke Negara
kami. Ini belum termasuk US$ 250 miliar yang sudah dikenai tarif 25%,"
katanya.
Komentar ini disampaikan setelah delegasi AS kembali
dari melakukan perundingan dagang di Shanghai, China, pada akhir bulan
Juli.
Trump juga menuding China tidak menepati janji untuk
membeli produk pertanian dari AS dalam jumlah besar. Bahkan Trump
menyebut Presiden China Xi Jinping mengatakan akan menghentikan
penjualan Fentanyl ke AS. Namun begitu, Trump berharap akan ada
pembicaraan dagang selanjutnya.
"Ini tidak pernah terjadi, dan
banyak orang Amerika terus mati!" tambahnya. "Kami menantikan untuk
melanjutkan dialog positif kami dengan China mengenai kesepakatan
perdagangan yang komprehensif, dan merasa bahwa masa depan antara kedua
negara kami akan menjadi sangat cerah!."
Menanggapi situasi ini,
analis di Prudential Financial Quincy Krosby mengatakan sudah sejak
lama perdagangan menjadi isu yang mengganggu pasar. Ia juga
memperkirakan ancaman Trump akan segera dibalas oleh China.
"Faktanya adalah kita pasti akan mendapat reaksi dari Beijing," ujarnya dilansir CNBC International, Jumat (2/8/2019).
Sementara
itu di Eropa, para pelaku pasar nampaknya tidak begitu memusingkan
ancaman Trump kepada China. Pada perdagangan Kamis, indeks Pan-European
Stoxx 600 ditutup sementara menguat tipis 0,41%, dipimpin oleh kenaikan
2,2% saham-saham jasa keuangan.
AS dan China akan melanjutkan negosiasi perdagangan di
Washington DC pada awal September. Ini diputuskan setelah kedua negara
mengadakan pembicaraan dagang di Shanghai pada 30 dan 31 Juli.
Dalam
perundingan ini kedua ekonomi terbesar dunia itu telah dilakukan
pembicaraan yang mendalam dan konstruktif mengenai ekonomi dan
perdagangan. Salah satu topik adalah agar China meningkatkan pembelian
produk pertanian AS dan Negeri Paman Sam menciptakan 'kondisi yang
menguntungkan' untuk itu. Demikian disampaikan media pemerintah China
Xinhua, Rabu (31/7/2019).
Sementara itu pada Rabu, Gedung Putih
mengatakan bahwa kedua belah pihak membahas berbagai topik seperti
transfer teknologi secara paksa, hak kekayaan intelektual, jasa,
hambatan nontarif dan pertanian.
"Pihak China mengonfirmasi
komitmen mereka untuk meningkatkan pembelian ekspor pertanian Amerika
Serikat. Pertemuan itu konstruktif, dan kami berharap negosiasi mengenai
kesepakatan perdagangan yang dapat ditegakkan akan berlanjut di
Washington, D.C., pada awal September," menurut pernyataan Gedung Putih
dilansir CNBC International.
Pertemuan dua hari lalu di Shanghai
adalah pembicaraan dagang langsung pertama sejak pertemuan G-20. Di
tengah-tengah pembicaraan, Presiden AS Donald Trump memposting
serangkaian kicauan di jejaring sosial Twitter yang mengkritik praktik
perdagangan China. Trump menuduh bahwa China tidak membeli lebih banyak
produk pertanian AS, seperti yang dijanjikannya. (miq/miq)
Sumber : CNBC
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo