Senin, 04 November 2019

Unicorn RI ke-8 Dunia, Sejajar dengan Perancis dan Brasil

Unicorn RI ke-8 Dunia, Sejajar dengan Perancis dan Brasil
Foto: infografis/ infografis 5 peringkat teratas decadorn dan unicorn di asia/Aristya Rahadian Krisabella
PT Rifan - Jajaran unicorn di Indonesia belum bertambah dari nama-nama Gojek, Bukalapak, Traveloka dan Tokopedia. Meski demikian Indonesia, masuk 8 besar pencetak unicorn terbanyak di dunia, menurut laporan terbaru Hurun Global Unicorn List 2019.

Namun, China masih terbesar dalam mencetak startup unicorn, melebihi Amerika Serikat. Unicorn adalah sebutan untuk startup yang valuasinya sudah tembus US$ 1 miliar.

Dari 494 startup unicorn yang berdiri sejak tahun 2000-an dan belum berjualan di bursa saham, 206 di antaranya berasal dari China dan 203 dari Amerika Serikat. 

"China dan Amerika Serikat mendominasi dengan lebih dari 80% startup unicorn dunia, meski hanya mencakup separuh GPD dunia dan seperempat populasi dunia," kata Rupert Hoogewerf, chairman Hurun Report, seperti dikutip dari detikcom.

"Bagian dunia lain harus bangun untuk menciptakan lingkungan yang bisa membantu menyuburkan unicorn," cetusnya, dikutip dari South China Morning Post.

Startup unicorn berlokasi di 24 negara di 118 kota dengan nilai total US$ 1,7 triliun. India berada di ranking ketiga dengan 21, diikuti Inggris dengan 13 dan Jerman

Indonesia berada di ranking ke-8 dengan 4 unicorn yang sudah disebutkan di atas. Jumlah unicorn Indonesia sama dengan Perancis dan Brasil. Posisi Indonesia di bawah Israel dan Korea selatan yang berada di posisi ke-5 dan ke-7, dengan masing-masing jumlah unicorn 7 dan 6 unicorn.

Namun, laporan lain menunjukkan, Startup unicorn ke-5 Indonesia adalah OVO. Dalam laporan CB Insights bertajuk The Global Unicorn Club disebutkan OVO memiliki valuasi US$2,9 miliar. (hoi/hoi)
Sumber : CNBC

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 01 November 2019

Ekonomi Eropa Tumbuh Lampaui Ekspektasi, Euro Lanjut Menguat

Ekonomi Eropa Tumbuh Lampaui Ekspektasi, Euro Lanjut Menguat
Foto: euro (REUTERS/Thomas Hodel)
PT Rifan Financindo Berjangka - Mata uang euro (EUR) bergerak menguat seiring pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) menyusul pemangkasan suku bunga bank sentral AS atau The Federal Reserve, dan pertumbuhan ekonomi yang masih di atas ekspektasi para pelaku pasar.

Pada pukul 20:06 WIB, euro di pasar spot terpantau diperdagangkan pada level US$ 1,1154 atau menguat  0,06%.
Euro menguat terhadap dolar AS setelah data produk domestik bruto (PDB) zona euro yang lebih baik dari yang diharapkan. Ekonomi Eropa secara kuartalan (QoQ) tumbuh 0,2%, mengalahkan ekspektasi pasar yang memperkirakan tumbuh hanya 0,1%.

Sementara itu, dolar AS bergerak melemah setelah The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,50%-1,75%.

Namun secara eksplisit, pelonggaran tersebut dianggap kurang dovish dari yang diharapkan, sehingga dolar melemah terhadap sebagian besar mata uang utama dunia, terutama yuan Tiongkok, yang menguat ke level tertingginya dalam 11 pekan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Zona Eropa pada kuartal ketiga berada di atas ekspektasi pasar, data awal pada hari Kamis menunjukkan, angka inflasi melambat karena penurunan tajam harga energi.

Anggota Bank Sentral Eropa Ignazio Visco mengatakan kebijakan moneter ECB akan tetap ekspansif untuk mempertahankan permintaan. Komentarnya tersebut membantu membatasi kenaikan euro. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/yam)
Sumber : CNBC

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 31 Oktober 2019

Chile Batal Gelar APEC, Deal Perang Dagang AS-China Piye?

Foto: Infografis/ Kronologi perang dagang AS-China belum temukan titik terang/Aristya Rahadian Krisabella
PT Rifan Financindo - Rencana Presiden Donald Trump menandatangani dokumen pertama dari perjanjian dagang dengan Xi Jinping bulan depan menjadi pertanyaan. Kabarnya Chile membatalkan pertemuan puncak di mana kedua pemimpin telah merencanakan untuk bertemu.

Pembatalan itu, yang diumumkan pada Rabu pagi oleh Chile tampaknya membuat Gedung Putih lengah. Tetapi pemerintah bersikeras bahwa mereka akan terus berusaha untuk menyelesaikan perjanjian "tahap satu" dalam beberapa minggu mendatang.

Belum diketahui apakah pejabat Amerika akan dapat menemukan tempat pengganti untuk pertemuan dengan Xi. Penyelenggara KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) mengindikasikan mereka tidak memiliki rencana untuk mengadakan acara di tempat lain.

Lokasi Lainnya
Menurut beberapa sumber yang mengetahui persoalan AS-China, pihak KTT sedang mencari lokasi lain, dikarenakan adanya demonstrasi yang meningkat di Chile.

"Kami menantikan finalisasi Fase Satu dari kesepakatan perdagangan bersejarah dengan China dalam jangka waktu yang sama, dan ketika kami sudah selesai, kami akan memberi tahu anda," kata juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley dalam email, sebagaimana dilansir dari Bloomberg, Kamis (31/10/2019).

Kedutaan Besar China di Washington belum dapat menanggapi permintaan berkomentar terkait hal tersebut. Perwakilan perdagangan AS yang memimpin pembicaraan dengan China, Robert Lighthizer mengatakan "tidak ada komentar" ketika ditanya oleh wartawan bagaimana pembatalan akan mengubah rencana.

Prospek pertemuan Trump-Xi di Santiago bulan depan telah mendukung pasar, karena investor mencari tanda-tanda bahwa akhir dari perang perdagangan antara kedua negara sudah di depan mata. Indeks S&P 500 dari saham AS secara singkat jatuh ke sesi terendah setelah berita tentang pembatalan pertemuan beredar.

Tahap Satu
"Saya selalu memandang Chile sebagai lokasi di mana Trump dan Xi berada pada saat yang sama," kata Brendan McKenna, ahli strategi mata uang di Wells Fargo Securities di New York.

"Jika ada kesepakatan di mana kedua belah pihak bersedia untuk menandatangani, saya pikir mereka pasti menemukan cara untuk menyelesaikannya."

Para pejabat AS dan China telah bekerja selama berminggu-minggu untuk mengisi rincian dari kesepakatan "fase satu" yang diumumkan oleh Trump setelah pertemuan Oval Office 11 Oktober dengan negosiator China, Liu He.

Baru-baru ini kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka sudah membuat kemajuan yang signifikan pada kesepakatan, yang akan membuat China melanjutkan pembelian produk pertanian AS dan membuat komitmen pada kekayaan intelektual dan mata uang, dengan imbalan komitmen dari Trump untuk tidak mengenakan tarif lebih lanjut pada barang-barang China.

Sementara itu merupakan rintangan baru bagi pemerintahan Trump dan China, penundaan paksa pertemuan antara para pemimpin memberi lebih banyak waktu bagi negosiator. Tetapi tenggat waktu yang bergeser juga dapat mengurangi tekanan di kedua belah pihak untuk memangkas kesepakatan awal dan beralih ke pembicaraan yang lebih komprehensif.

"Jika kedua belah pihak berniat untuk menyelesaikan kesepakatan fase-satu, pembatalan KTT itu hanya soal logistik," kata Jude Blanchette, seorang pakar China di Pusat Strategi dan Pembelajaran Internasional.

"Namun, jika satu atau kedua belah pihak tidak merasa mereka bisa mencapai kesepakatan pada pertengahan November ini, pembatalan KTT adalah alasan yang bagus untuk memiliki lebih banyak waktu."

Ketidakpastian
Risiko untuk bisnis dan pasar keuangan adalah bahwa pembatalan pertemuan APEC hanya akan menambah ketidakpastian yang telah mengurangi investasi dan pertumbuhan di seluruh dunia. Itu mungkin mendorong keinginan Trump untuk menandatangani perjanjian itu sendiri dan membuktikan kepada dunia yang skeptis dan pemilih di AS bahwa tarifnya telah membuahkan hasil jelang kampanye pemilihan ulangnya.

"Ini memungkinkan pembicaraan tingkat rendah akan terus berlanjut tanpa hasil nyata," kata Edward Alden, seorang rekan senior di Dewan Hubungan Luar Negeri.
Pemerintah AS biasanya akan membantu Chili menyelesaikan krisis politiknya sehingga pertemuan puncak itu dapat dilanjutkan, kata Alden.

"Tapi sebaliknya, Gedung Putih tidak hasir dalam permasalah pemakzulan dan krisis yang dibuatnya sendiri," katanya.

Trump telah berulang kali mengatakan bahwa ia optimistis kesepakatan perdagangan akan diselesaikan di KTT.

"Risiko di sini adalah bahwa jika pertemuan puncak sekarang ditunda, maka paling tidak menunjukkan bahwa ketidakpastian perang perdagangan mungkin akan menggantung kita lebih lama," kata Torsten Slok, kepala ekonom di Deutsche Bank AG, dalam sebuah wawancara di Bloomberg Television, Rabu.

"Ini menimbulkan risiko bahwa kita tidak pernah bisa melihat fase dua atau fase tiga, dan karena itu lah ketidakpastian tidak akan hilang."

Selain APEC, Chile juga batalkan United Nations climate change conference, yang dikenal sebagai COP25, yang dijadwalkan pada Desember di Santiago, kata Presiden Sebastian Pinera.

"Kami sangat memahami pentingnya APEC dan COP untuk Chile dan dunia, tetapi kami mendasarkan keputusan kami pada akal sehat," kata Pinera dari istana kepresidenan. "Seorang presiden harus menempatkan orang-orangnya di atas segalanya."

Keputusan untuk membatalkan pertemuan menyoroti kedalaman masalah yang dihadapi bangsa Amerika Latin yang telah menghadapi hampir dua minggu kerusuhan dan protes. Ini juga memalukan bagi pemerintah yang bersikeras akan melanjutkan konferensi.

Pinera mengatakan dia telah berbicara dengan presiden lain sebagai peringatan tentang pembatalan tersebut. (sef/sef)
Sumber : CNBC

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 30 Oktober 2019

Resesi Belum Basi, Negara-negara Ini Menuju Jurang Resesi

Foto: Arie Pratama
Rifan Financindo - Saat ekonomi dunia mengalami perlambatan, berbagai bank sentral global banyak yang melakukan pelonggaran kebijakan fiskal. Memangkas suku bunga mendekati nol, bahkan beberapa menetapkan suku bunga negatif.

Langkah itu ditempuh demi menghentikan perlambatan dan mendorong kembali pertumbuhan. Sebab, berbagai ekonomi dunia telah terancam jatuh ke dalam resesi. Mengutip Forbes, berikut adalah negara-negara yang berada di bawah ancaman resesi yang tinggi: 

Hong Kong

Salah satu pusat keuangan dunia ini telah dilanda demo anti-pemerintah dalam beberapa bulan terakhir. Akibatnya, ekonomi kota yang masih menjadi bagian dari China ini menjadi kacau dan secara teknis disebut telah jatuh ke dalam resesi. Sektor pariwisata dan ritel telah mencatatkan kerugian yang tidak sedikit akibat demo yang kerap diselingi aksi kekerasan itu.

Inggris

Ketidakpastian yang menyelimuti negara ini selama beberapa waktu terakhir mengenai rencana keluarnya negara dari blok Uni Eropa alias Brexit, telah membuat ekonomi kacau. Hal ini terlihat dari pertumbuhan Inggris yang melambat untuk pertama kalinya sejak 2012. Bahkan Brexit yang tanpa kesepakatan (no-deal Brexit) juga terancam menjatuhkan Inggris ke dalam resesi.

Jerman

Ekonomi terbesar di Uni Eropa ini terancam jatuh ke dalam resesi apabila sektor manufaktur serta penjualan mobil negara ini terus melambat.

Italia

Ekonomi terbesar keempat di Uni Eropa ini berada dalam resesi secara teknis pada paruh kedua 2018 den telah menghadapi krisis ekonomi yang berkelanjutan akibat dari produktivitas yang rendah, pengangguran yang tinggi, utang yang besar, dan kekacauan politik.  

China
Ekonomi China terus melambat akibat perang dagangnya dengan Amerika Serikat (AS). Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi terbesar kedua di dunia ini hanya akan tumbuh 5,8% pada 2020. Angka ini turun dari 6,6% pada 2018 dan proyeksi pertumbuhan 6,1% pada 2019.

Selain negara-negara itu, Turki, Argentina, Iran, Meksiko dan Brasil juga terancam jatuh ke dalam resesi akibat berbagai kekacauan.

Amerika Serikat juga diisukan akan jatuh ke dalam resesi karena ekonominya mulai memunculkan tanda-tanda perlambatan. Peluang AS jatuh ke dalam resesi pada tahun 2020 adalah sebesar 27% menurut Bloomberg Economy Index.

Sebagai informasi, IMF memperkirakan ekonomi dunia hanya akan tumbuh 3% tahun ini. Jika terjadi, ini akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlambat sejak krisis keuangan global pada tahun 2008. (sef/sef)
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 29 Oktober 2019

Bursa Saham Tokyo Dibuka Hijau, Damai AS-China Lebih Cepat

Bursa Saham Tokyo Dibuka Hijau, Damai AS-China Lebih Cepat
Foto: Bursa Jepang (AP/Koji Sasahara)
PT Rifan - Bursa saham Tokyo menguat pada pembukaan perdagangan hari Selasa, hal itu didorong karena adanya unjuk rasa di Wall Street, didukung oleh optimisme tentang pembicaraan perdagangan AS-China dan yen yang lebih murah terhadap dolar.

Seperti dikutip dari AFP, indeks acuan Nikkei 225 naik 0,48% atau 109,60 poin pada 22.976,87 di awal perdagangan, sementara indeks Topix yang lebih luas naik 0,58% atau 9,58 poin pada 1.658,01.

Investor akan terus memantau perkembangan perdagangan AS-China. Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa Washington akan mempertimbangkan untuk memperpanjang pengecualian tarif tertentu atas impor senilai US$ 34 miliar dari China. Minggu lalu, USTR mengatakan bahwa China dan AS hampir menyelesaikan kesepakatan fase satu.

Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dengan China diperkirakan akan ditandatangani "lebih cepat dari jadwal," tetapi tidak menjelaskan waktu yang pasti, lapor Reuters. (hps/hps)
Sumber : CNBC

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan