Senin, 06 Januari 2020

Duh! AS-Iran Semakin Panas, Bursa Saham Asia Berguguran

Duh! AS-Iran Semakin Panas, Bursa Saham Asia Berguguran
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)
PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (6/1/2020), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei turun 1,42%, indeks Shanghai melemah 0,42%, indeks Hang Seng jatuh 0,44%, indeks Straits Times terkoreksi 0,54%, dan indeks Kospi berkurang 0,99%.

Semakin memanasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Pada Jumat pagi waktu Indonesia (3/1/2020), CNBC International melaporkan bahwa AS telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran.

Mengutip CNBC International, Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari CNBC International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.]

Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Memasuki siang hari waktu Indonesia, Pentagon mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone

"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.

"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.

Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataanya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.
"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).

Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Pada Minggu pagi waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antara AS dengan Iran semakin memanas.

Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 wilayah sebagai balasan.

Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui serangkaian cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 wilayah tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 wilayah tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.

AS-Iran Semakin Panas, Bursa Saham Asia Berguguran
Foto: Anthony Kevin
 
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 03 Januari 2020

Harga Emas Diramal Rp 900.000/gram, Bisakah Jadi Kenyataan?

Foto: Ist
PT Rifan Financindo - Harga emas dunia menguat di perdagangan pertama tahun 2020, Kamis kemarin (2/1/2020) setelah bersinar terang di tahun 2019. Sepanjang tahun lalu harga emas tercatat menguat 18,26%, mengakhiri 2019 di level US$ US$ 1.517,01/troy ons.

Bahkan di awal September lalu, logam mulia ini sempat melesat lebih dari 22% ke level US$ 1.577/troy ons, yang menjadi level tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir. Memasuki 2020, emas kembali berkilau, pukul 20:22 WIB diperdagangkan di level US$ 1,524,96/troy ons, menguat 0,53% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Emas bahkan masih mampu menguat di saat kesepakatan dagang fase I Amerika Serikat (AS) dengan China tidak lama lagi akan diteken.

Presiden AS, Donald Trump melalui akun Twitternya mengatakan kesepakatan itu akan diteken pada 15 Januari. Melalui akun Twitternya, Trump mengatakan kesepakatan dagang fase I akan diteken pada 15 Januari 2020.

"Saya akan menandatangani perjanjian Fase I yang sangat besar dan komprehensif dengan China pada 15 Januari. Seremoni akan dilakukan di Gedung Putih. Delegasi tingkat tinggi dari China akan datang. Selepas itu, saya akan datang ke Beijing dan memulai pembicaraan Fase II," cuit Trump di Twitter.

Ketika perang dagang berakhir, pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit di tahun depan, dan aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi akan menjadi target investasi, aset aman seperti emas yang juga tanpa imbal hasil menjadi tidak menarik lagi.

Di sisi lain, ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi global membuat mata uang utama serta emerging market menguat melawan dolar AS, yang merupakan banderol harga emas. Ketika dolar AS melemah, maka harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dampaknya permintaan emas berpotensi meningkat.

Tanda-tanda emas masih bersinar dimata para pelaku pasar terlihat dari peningkatan kepemilikan aset di SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia.

CNBC International
mewartakan, pada Jumat (27/12/2019) kepemilikan di SPDR Gold Trust naik 0,1% ke menjadi 893,25 ton, dan menjadi yang tertinggi sejak 29 November. Sepekan sebelumnya, total kepemilikan aset juga mengalami kenaikan sebesar 0,3%.

Selain itu, data Commodity Futures Trading Commission's (CFTC) menunjukkan volume net buy emas pada pekan lalu sebanyak 286.3000 kontrak, sama dengan pekan sebelumnya. Posisi net buy yang tidak mengalami penurunan di saat bursa saham AS terus mencetak rekor tertinggi memberikan gambaran investor masih percaya emas akan kembali bersinar.

Sejauh ini, selain Goldman Sachs, UBS Group AG dan Citigroup juga memprediksi harga emas akan mencapai US$ 1.600/troy ons di tahun 2020. 

Prediksi Harga Emas Terus Naik
Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) stabil pada Rp 713.000/gram pada perdagangan Kamis kemarin (2/1/2020). Stabilnya harga emas Antam itu tidak sejalan dengan koreksi tipis pada Rabu lalu meskipun tren penguatan emas dunia yang masih terjadi.

Penguatan emas dunia dikaitkan dengan tren penguatan musiman, kali ini di awal tahun yang biasa disebut 'January Effect', karena kehawatiran dunia sedang mereda karena adanya kepastian pertemuan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China tanggal 15 Januari.

Stabilnya harga emas Antam yang terjadi itu membuat harga instrumen investasi tersebut masih bertahan di atas level psikologis Rp 700.000/gram.

Data di situs logam mulia milik Antam Kamis kemarin (2/1/20) menunjukkan besaran harga emas kepingan 100 gram berada pada Rp 71,3 juta/batang yang sama dengan posisi akhir 2019.

Kamis kemarin, harga beli kembali (buy back) emas Antam di gerai resmi juga stabil di Rp 678.000/gram harga terakhir tahun lalu.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat tersebut ingin menjual kembali investasinya di gerai resmi.

Sebelumnya, Juli tahun lalu, harga emas diprediksi mencapai Rp 900.000/gram dengan perkiraan harga emas dunia yang diproyeksikan mencapai US$ 2.000 per troy ounce.

Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram. Dengan hitungan itu, besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100 per dolar AS maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 906.771 per gram.

"Saya meyakini saat ini pasar keuangan sekarang siap hancur seperti tumpukan pasir," ujar David Roche, presiden dan ahli strategi global dari Independent Strategy yang berbasis di London, memprediksi tren kenaikan harga emas dapat berlanjut, dilansir CNBC International pada Senin (8/7/2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas)

Kamis, 02 Januari 2020

Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau

Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Rifan Financindo - Bursa saham China dan Hong Kong mengawali perdagangan hari ini, Kamis (2/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,53% ke level 3.066,34, sementara indeks Hang Seng menguat 0,21% ke level 28.249,37.

Tingginya ekspektasi bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham China dan Hong Kong. Menjelang tahun baru kemarin, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan diteken di Gedung Putih pada tanggal 15 Januari.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu. Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Jika kesepakatan dagang tahap satu benar diteken nantinya, laju perekonomian AS dan China di tahun-tahun mendatang bisa terus dipertahankan di level yang relatif tinggi.

Pada pukul 08:45 WIB, Manufacturing PMI China periode Desember 2019 versi Caixin akan dirilis.

TIM RISET CNBC INDONESIA(ank/ank)

Selasa, 31 Desember 2019

Siap-siap! Ending Perang Dagang di Depan Mata

Siap-siap! Ending Perang Dagang di Depan Mata
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
PT Rifan - China dan Amerika Serikat (AS) dikabarkan segera melakukan penandatanganan kesepakatan damai perang dagang Fase I akhir pekan ini.

Menurut sumber South China Morning Post, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi ke Washington, Sabtu (4/1/2020).

"Washington telah mengirim undangan dan Beijing telah menerimanya," kata sumber yang enggan disebutkan namanya itu.

Menurutnya delegasi China akan tinggal beberapa hari di AS hingga pertengahan pekan depan.

AS dan China sudah memulai perang dagang selama hampir dua tahun. Kedua negara saling menetapkan tarif pada barang impor dari masing-masing negara.

Pertikaian membuat situasi global tidak stabil. Bahkan sukses membuat ekonomi dunia melambat.

Meski demikian belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China soal ini. South China Morning Post belum mendapat konfirmasi lebih lanjut.

Sementara itu, Penasehat Ekonomi Gedung Putih Peter Navarro dalam sebuah interview juga enggan mengonfirmasi hal ini.

"Jangan percaya sumber anonim. Kecuali didapat dari Presiden Trump atau ... Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer," katanya.

"Bisa saja kami menandatangani itu pekan depan atau masih menunggu terjemahan."

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memang menyatakan Fase I perjanjian dagang akan ditantangani dalam waktu dekat.

Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer bahkan sempat berujar penandatanganan akan dilakukan di minggu pertama Januari 2020.

Pada awal Desember lalu, AS membatalkan tarif yang seharusnya berlaku pada barang China di 15 Desember. AS juga menurunkan tarif yang sudah berlaku sebelumnya dari 15% ke 7,5%. (sef/sef)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 30 Desember 2019

Optimisme Damai Dagang Gagal Bawa Bursa Asia Menghijau

Optimisme Damai Dagang Gagal Bawa Bursa Asia Menghijau
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)
PT Rifan Financindo Berjangka - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (30/12/2019).

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei terkoreksi 0,28% indeks Shanghai melemah 0,23%, dan indeks Kospi turun 0,07%.

Tingginya ekspektasi bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu gagal memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.
 
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Belum lama ini, Trump mem-posting sebuah cuitan yang isinya mengatakan bahwa dirinya telah melangsungkan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan beberapa hal, termasuk kesepakatan dagang kedua negara. Pembicaraan tersebut dilakukan melalui sambungan telepon.

"Telah melangsungkan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China terkait kesepakatan dagang kami yang begitu besar. China telah memulai pembelian produk agrikultur dan produk-produk lainnya secara besar. Formalisasi kesepakatan dagang sedang disiapkan. Juga berbicara mengenai Korea Utara, di mana kami bekerja sama dengan China, & Hong Kong (progres!)," cuit Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.

Lebih lanjut, bursa saham Asia melemah kala Wall Street sukses mencetak rekor. Pada penutupan perdagangan hari Jumat, (27/12/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,08%, indeks S&P 500 menguat 0,11 poin, sementara indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,17%. Indeks Dow Jones dan indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Jika dihitung di sepanjang bulan Desember (hingga penutupan perdagangan hari Jumat), indeks Dow Jones sudah melejit 2,12%, indeks S&P 500 melesat 3,15%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 3,94%.

Pada pukul 15:30 WIB, data perdagangan internasional Hong Kong periode November 2019 akan dirilis.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)