Senin, 18 Mei 2020

Safe Haven Diburu, Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 876.120/gram

Safe Haven Diburu, Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 876.120/gram
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Senin ini (18/5/2020) naik 0,69% atau sebesar Rp 6.000 menjadi Rp 876.120/gram dari perdagangan Sabtu kemarin di level Rp 870.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan kemarin, harga emas Antam naik 0,24% sebesar Rp 2.120 dari posisi harga Jumat yakni Rp 868.000/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat 0,69% berada di Rp 87,612 juta dari harga kemarin Rp 87,012 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Senin ini (18/5/2020) naik Rp 6.000 menjadi Rp 934.000/gram setelah menguat Rp 11.000 ke Rp 928.000/gram pada hari Sabtu kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga naik 0,73% atau Rp 6.000 ditetapkan pada Rp 831.000/gram, dari posisi kemarin Rp 825.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Kenaikan harga emas Antam seiring dengan penguatan harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Jumat lalu (Sabtu pagi waktu Indonesia) yang naik 0,7% menjadi US$ 1.741,65/troy ons mencapai level tertinggi sejak November 2012 di US$ 1.751,25. Harga emas telah naik lebih dari 2% sejauh minggu ini, melansir dari Reuters.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Juni ditutup naik US$ 15,40 atau 0,9% pada US$ 1.756,30/troy ons dan merupakan penutupan tertinggi sejak 14 April lalu, melansir dari RTTNews.

Penguatan harga emas dunia kemarin di tengah berlanjut nya kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan antara AS dan China serta dampak pandemi virus corona pada ekonomi.

Virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 4,46 juta orang dan membunuh 301.445 korban jiwa, telah memukul kegiatan ekonomi global, mendorong bank sentral dan pemerintah untuk mengeluarkan langkah-langkah stimulus besar-besaran. Emas cenderung mendapat manfaat dari stimulus ekonomi karena secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Meskipun banyak negara telah mulai melonggarkan pembatasan wilayah, langkah ini telah menghidupkan kembali kekhawatiran infeksi virus corona gelombang kedua.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 15 Mei 2020

Tak Ada Suku Bunga Negatif di AS, Euro K.O.

Tak Ada Suku Bunga Negatif di AS, Euro K.O.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
PT Rifan FinancindoNilai tukar euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (14/5/2020) setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menegaskan tidak akan menerapkan suku bunga negatif.

Pada pukul 19:20 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,0790, melemah 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang 19 negara ini juga melemah 0,31% ke Rp 16.012,36, yang merupakan level terlemah sejak 6 Maret.

Rabu malam (pagi waktu AS) kemarin, ketua The Fed Jerome Powell mengatakan tidak memiliki rencana untuk menerapkan suku bunga negatif, tetapi instrumen lainnya akan dimaksimalkan.

"Kami akan menggunakan instrumen yang kami miliki secara penuh sampai krisis ini terlewati dan pemulihan ekonomi mulai terjadi. Namun suku bunga negatif bukan sesuatu yang kami pertimbangkan," kata Powell dalam paparan di hadapan Kongres AS secara virtual.

Dikesampingkannya suku bunga negatif tentunya membuat dolar AS kembali perkasa, dan euro menjadi tertekan. Apalagi, Powell memberikan outlook yang agak suram terkait ekonomi Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit. 
"Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell.

Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.

"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.

Pernyataan tersebut membuat risk appetite atau selera mengambil risiko pelaku pasar menurun, sehingga mereka lebih memilih mata uang yang berstatus safe haven seperti dolar AS. Alhasil, euro menjadi semakin tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Kamis, 14 Mei 2020

Cadangan AS Turun, Harga Minyak Malah Bergejolak

Cadangan AS Turun, Harga Minyak Malah Bergejolak
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Rifan FinancindoHarga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan bergerak volatil pagi ini setelah data stok minyak mentah Negeri Paman Sam dirilis oleh Energy Information Agency (EIA). Dimana persediaan minyak mentah AS turun 745.000 barel menjadi 531,5 juta barel.

Kamis (14/5/2020), pada 07.50 WIB, harga minyak cenderung naik. Brent menguat 0,2% ke US$ 29,25/barel. Di saat yang sama, harga minyak mentah untuk acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,3% ke US$ 25,37/barel.

Namun pada 08.43 WIB, harga minyak mentah berbalik arah. Brent melemah 0,58% ke US$ 29,02/barel dan WTI terpangkas tipis 0,04% ke US$ 25,28/barel.

Stok minyak mentah di AS terus mencatatkan kenaikan sejak pertengahan Januari karena turunnya permintaan bahan bakar di seluruh dunia sebagai akibat dari merebaknya wabah virus corona (Covid-19).

Namun secara mengejutkan persediaan minyak mentah AS turun 745.000 barel menjadi 531,5 juta barel pada pekan lalu yang berakhir hingga 8 Mei, jika mengacu pada data EIA. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan perkiraan analis yang meramal stok bakal naik 4,1 juta barel.

"Stok minyak mentah komersial AS secara tak terduga turun minggu lalu, menambah bukti bahwa pasar minyak AS telah melewati yang terburuk," kata Capital Economics dalam sebuah catatan, melansir Reuters.

Harga telah meningkat dalam dua minggu terakhir karena beberapa negara melonggarkan pembatasan dan lockdown sehingga memberikan harapan akan kenaikan permintaan bahan bakar.

Suasana di pasar juga membaik atas komitmen produsen minyak utama yang memangkas output demi mencapai keseimbangan supply & demand.  Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia sepakat pada bulan April untuk mengurangi produksi mereka sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) pada bulan Mei dan Juni.

Bahkan Arab Saudi selaku pemimpin de facto OPEC mengatakan akan menambah kuota pemangkasan produksi minyaknya secara sukarela sebanyak 1 juta bpd menjadi 7,5 juta bpd mulai Juni nanti.

Menambah sentimen positif untuk harga minyak, permintaan bensin dan solar di Eropa telah berangsur pulih karena pemerintah di berbagai negara kawasan Benua Biru sudah mulai mengendorkan pembatasan dan aktivitas ekonomi kembali bergeliat.

EIA memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak dan bahan bakar cair secara global rata-rata 94,1 juta bpd pada kuartal pertama 2020 atau menurun 5,8 juta bpd dari periode yang sama pada 2019.

Lembaga asal AS itu memproyeksikan permintaan minyak bumi dan bahan bakar cair global rata-rata 92,6 juta bpd pada tahun 2020. Volumenya turun 8,1 juta bpd dari tahun lalu, sebelum akhirnya meningkat 7,0 juta bpd pada tahun 2021.

Lebih lanjut, persediaan bahan bakar cair global akan tumbuh rata-rata 2,6 juta bpd pada tahun 2020 setelah turun 0,2 juta bpd pada tahun 2019. EIA memperkirakan persediaan naik 6,6 juta bpd pada kuartal pertama dan meningkat menjadi 11,5 juta bpd pada kuartal kedua sebagai akibat dari pembatasan mobilitas publik yang semakin meluas & tajam sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tajam dalam kegiatan ekonomi.

Pertumbuhan permintaan yang lebih kuat karena ekonomi global mulai pulih dan pertumbuhan pasokan yang lebih lambat akan berkontribusi pada penurunan persediaan minyak global dimulai pada kuartal ketiga tahun 2020. EIA memperkirakan persediaan bahan bakar cair global akan turun sebesar 1,9 juta bpd pada tahun 2021.

Hal ini membuat harga minyak berpotensi naik ke depan. Namun karena stok masih akan tetap tinggi, susah rasanya harga si emas hitam untuk kembali ke level US$ 60/barel. Perkiraan EIA, harga minyak Brent rata-rata US$ 46/barel pada 2021 nanti.

Namun adanya ancaman gelombang kedua wabah membuat pasar cukup was-was. Pasalnya jika second wave outbreak datang dan lockdown beserta segala pembatasan sosial lainnnya kembali diterapkan, maka semua prediksi itu jadi tak berarti dan harga minyak pun terancam anjlok.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 13 Mei 2020

Siap-siap, Emas Sang Raksasa yang Tertidur Bangkit & Mengamuk

Siap-siap, Emas Sang Raksasa yang Tertidur Bangkit & Mengamuk
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi ini harga emas global menguat tipis. Ke depan harga logam mulia emas masih berpotensi untuk reli dengan adanya potensi munculnya gelombang kedua wabah, tambahan stimulus, tensi geopolitik Washington-Beijing yang kembali naik.

Rabu (13/5/2020) harga emas dunia di pasar spot naik tipis 0,07% ke US% 1.703,35/troy ons. Harga emas pada pekan ini cenderung bergerak di rentang harga dekat level psikologis US$ 1.700/troy ons.



Harga emas memang cenderung stabil. Namun peluang emas untuk menguat lagi masih ada. Emas bahkan digambarkan sebagai 'raksasa yang sedang tertidur' oleh Andrew Hecht dari Hecht Commodity.

Dalam tulisannya yang dikutip Kitco, Hecht melihat harga emas yang turun ke bawah US$ 1.700/troy ons pada pekan lalu bisa jadi menandai periode penguatan (bull rally) yang baru. Ia melihat harga emas dalam jangka panjang emas akan menuju US$ 2.000/troy ons, dan tidak menutup kemungkinan ke US$ 3.000/troy ons atau lebih tinggi lagi.

Sejatinya ruang untuk harga emas menguat lagi memang terbuka. Pertama, seiring dengan pelonggaran pembatasan yang dilakukan beberapa negara, kasus infeksi Covid-19 bertambah lagi. Hal ini memicu terjadinya kekhawatiran akan gelombang kedua wabah.

"Saya rasa kita berada di jalan yang benar, tetapi bukan berarti kita sudah bisa mengendalikan penyebaran. Ada risiko yang sangat nyata bahwa kita mungkin bisa memicu penyebaran yang mungkin tidak bisa kita kontrol, dan membuat kita mundur lagi. Tidak hanya menyebabkan kematian yang seharusnya bisa dihindari, tetapi juga membuat kita mundur dalam hal menuju pemulihan ekonomi," tegas Fauci dalam rapat dengan Kongres AS, seperti diberitakan Reuters.

Fauci mendesak agar pemerintah negara bagian untuk benar-benar memperhatikan rekomendasi otoritas kesehatan sebelum melakukan pembukaan kembali (reopening) aktivitas publik. Harus dipastikan terlebih dulu bahwa memang terjadi penurunan jumlah kasus.

Mengutip data US Centers for Disease Control and Prevention, jumlah kasus corona di Negeri Paman Samm per 11 Mei adalah 1.324.488. Naik dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.300.696.

Beralih ke negara lain, di Jepang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah kasus corona per 12 Mei adalah 15.874. Naik 0,48% dibandingkan posisi per hari sebelumnya. Kenaikan 0,48% lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan hari sebelumnya yaitu 0,32%.

Faktor kedua yang juga mendukung penguatan harga emas adalah kemungkinan adanya tambahan stimulus dari pemerintah maupun bank sentral global yang akan kembali digelontorkan untuk menyelamatkan perekonomian dari serangan pandemi.

Presiden AS Donald Trump melalui akun twitternya mengatakan bahwa untuk saat ini ide suku bunga acuan negatif adalah hal yang dapat menyelamatkan perekonomian Negeri Paman Sam.

Namun gagasan ini kemungkinan besar akan ditentang oleh ketua bank sentral AS, The Fed yakni Jerome Powell. Di sisi lain The Fed juga terus mengucurkan stimulus dengan membeli berbagai aset-aset keuangan melalui program Quantitative Easing-nya.

The Fed bahkan mulai membeli Exchange Traded Fund (ETF) yang berinvestasi di obligasi pada Selasa waktu setempat. Langkah The Fed ini belum pernah dilakukan sebelumnya walau kondisi ekonomi AS sedang mengalami krisis.

"The Fed akan mulai membeli ETF obligasi untuk pertama kalinya. Ini [nilainya] besar ... dengan adanya lebih banyak stimulus yang digelontorkan dan semua orang tahu ketika ada banyak stimulus maka artinya banyak yang ingin memiliki emas," kata Michael Matousek, kepala pedagang di US Global Investors, sebagaimana diwartakan Reuters.

"Emas selama satu setengah bulan terakhir telah diperdagangkan dalam kisaran," kata Matousek, menambahkan, "salah satu hal positif yang dapat mendorong [harga] emas untuk melaju lebih kencang adalah lebih banyaknya stimulus di seluruh dunia."

Harga emas telah naik lebih dari 12% sepanjang tahun ini karena bank-bank sentral global mengeluarkan gelombang stimulus untuk membatasi kerusakan ekonomi akibat pandemi. Emas cenderung mendapat manfaat dari langkah-langkah stimulus yang masif karena dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Faktor ketiga yang juga turut berperan dalam membangunkan raksasa yang sedang tertidur adalah hubungan antara AS dengan China yang kembali panas. AS kini semakin memusuhi China.

Kabar terbaru yang tersiar adalah Para senator AS, dari partai Republik, mengusulkan undang-undang yang akan memberi wewenang kepada Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi kepada China. Sanksi akan diberikan jika negeri Panda gagal memberikan laporan lengkap soal asal mula merebaknya wabah Covid-19. Sanksi bisa berupa pembekuan aset, larangan perjalanan, pencabutan visa, pembatasan pinjaman untuk bisnis asal China oleh lembaga AS dan larangan listing di bursa.

Tiga faktor di atas harus terus dipantau. Pasalnya kombinasi ketiganya bisa membuat sang raksasa yang sedang tertidur (emas) bisa bangun dan mengamuk. Maka, bersiaplah!

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 12 Mei 2020

Bahaya, Rupiah Kini Terlemah di Asia!

Bahaya, Rupiah Kini Terlemah di Asia!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga merah di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (12/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.978. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah pun melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.950 di mana rupiah melemah 0,67%.

Namun tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang Asia pun tidak berdaya kala berhadapan dengan dolar AS. Namun depresiasi 0,67% membuat rupiah jadi yang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:  

(aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan