|
Foto: Arie Pratama |
PT Rifan Financindo Berjangka - Semalam harga minyak
mentah kembali melesat. Namun pagi ini harga minyak mentah melorot tipis
menyusul terjadinya lonjakan kasus infeksi Covid-19 secara global.
Pada 08.40 WIB minyak kontrak berjangka Brent turun 0,7% ke US$
42,85/barel. Di saat yang sama harga minyak kontrak berjangka WTI juga
terpangkas 0,2% ke US$.
Harga minyak naik tadi malam setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka penciptaan lapangan kerja (
non-farm payrolls)
pada bulan Juni secara mengejutkan bertambah 4,8 juta. Ini merupakan
kenaikan tertinggi sepanjang sejarah setelah bulan Mei naik 2,5 juta.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang
meprediksi bakal ada 2,9 juta lapangan kerja yang tercipta di bulan
lalu. Tingkat pengangguran di AS pun turun menjadi 11,1% dan lebih baik
dari perkiraan ekonom di level 12,4%.
Tingkat pengangguran di AS juga membaik dibanding dua bulan
sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja AS mencatat tingkat pengangguran di
AS bulan April mencapai 14,7% dan membaik di bulan Mei menjadi 13,3%
setelah 2,5 juta lapangan kerja tercipta.
Membaiknya tingkat pengangguran di AS menjadi indikasi bahwa ekonomi
sedang berada di jalur pemulihan setelah menurun tajam akibat
lockdown. Pembatasan
mobilitas publik secara besar-besaran untuk menekan penyebaran wabah
telah membuat permintaan terhadap bahan bakar turun signifikan.
International Energy Agency (IEA) dalam kajiannya melaporkan,
permintaan minyak di kuartal kedua turun 18 juta barel per hari (bpd)
dari periode yang sama dibanding tahun lalu.
Sementara itu, analis bank investasi global Goldman Sachs
memperkirakan permintaan minyak akan kembali ke level sebelum pandemi
terjadi pada 2022.
Kenaikan permintaan dipicu oleh mulai membaiknya mobilitas,
pergeseran perilaku masyarakat yang beralih ke kendaraan pribadi hingga
pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur yang meningkat.
Dalam studi yang dilakukan Goldman Sachs, permintaan minyak diperkirakan menurun 8% pada 2020 dan baru mengalami
rebound
sebesar 6% pada 2021. Permintaan bensin diproyeksikan akan pulih paling
cepat seiring dengan membaiknya sektor transportasi pasca
pandemi nantinya.
Sementara itu, permintaan terhadap minyak diesel diramal akan kembali
ke level 2019 nanti pada 2021 seiring dengan pengeluaran pemerintah
untuk pembangunan infrastruktur.
Namun permintaan untuk bahan bakar jet diramal akan menjadi yang
paling menderita oleh Goldman Sachs karena keyajinan konsumen untuk
bepergian jauh menggunakan pesawat terbang masih akan terbilang rendah
sebelum vaksin Covid-19 yang efektif ditemukan dan tersedia untuk umum.
Dalam laporannya, Goldman Sachs memproyeksikan permintaan bahan bakar
jet baru akan pulih ke level sebelum krisis setelah tahun 2023.
Sentimen lain yang juga turut memberatkan harga minyak adalah kenaikan
jumlah kasus baru Covid-19 yang mencetak rekor tertinggi sejak wabah
merebak.
Dalam sehari kasus secara global meningkat hingga 218,6 ribu. AS
sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak juga mencatatkan rekor
dengan jumlah kasus baru per harinya bertambah mencapai lebih dari 50
ribu kasus.
Hal yang ditakutkan dari lonjakan kasus ini adalah
lockdown akan kembali diterapkan.
Ketika lockdown kembali diterapkan maka permintaan minyak bisa anjlok lagi, begitu juga dengan harganya.
Faktor yang membuat harga minyak masih kokoh di kisaran US$ 40/barel
adalah upaya Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+
untuk memangkas pasokan guna menopang harga.
OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi hingga 9,7 juta bpd sampai bulan Juli. Pada bulan Juni, Arab Saudi sebagai pemimpin
de facto
OPEC memasok 7,55 juta bpd minyak ke pasar. Volume ini jauh lebih
rendah 1 juta bpd dari kuota yang sudah ditetapkan oleh organisasi.
Tingkat kepatuhan Iraq dan Nigeria yang membaik menjadi masing-masing
62% dan 72% juga turut menjadi sentimen positif yang membantu harga
minyak lebih stabil dan tak mudah goyah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan