Selasa, 14 Juli 2020

Jurus Dewa Mabuk China Lawan AS: Buang Dolar, 'Tanam' Emas

FILE PHOTO:  U.S. 100 dollar banknotes and Chinese 100 yuan banknotes are seen in this picture illustration in Beijing, China, January 21, 2016. REUTERS/Jason Lee/Illustration/File Photo
Foto: Ilustrasi Mata Uang Yuan dan Dolar AS (REUTERS/Jason Lee)
PT Rifan Financindo - Perselisihan Amerika Serikat dan China sudah terjadi menahun. Hal ini disadari betul oleh China.

Karenanya, China kini membuat gebrakan. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu dikabarkan berniat untuk "membuang dolar" dan lebih menekankan penggunaan mata uangnya, yuan, dalam berbagai transaksi.



Pasalnya ketegangannya dengan AS mungkin membuat aksesnya ke dolar AS menjadi terbatas di masa depan. Terbaru, keduanya tegang karena penerapan UU Keamanan Nasional di Hong Kong dan masalah sanksi Muslim Uighur.

Ini membuat China terancam mendapat "hukuman" lebih berat dari AS. Di Hong Kong misalnya, AS disebut akan menghapus
patokan (peg) dolar Hong Kong.

Apa lagi perusahaan dan pemberi pinjaman China sangat bergantung pada dolar. Negara ini memiliki hampir satu triliun dolar obligasi dan pinjaman luar negeri dan US$ 1,1 triliun utang bank milik negara.

Langkah ini tak main-main sebenarnya. China sudah mulai mengurangi kepemilikannya pada obligasi AS mulai tahun lalu.

Di 2019, China adalah pemegang asing terbesar. Tapi, berjalan di 2020, nilai kepemilikan China turun.

Pada April 2019, kepemilikan China di obligasi pemerintah AS tercatat US$ 1,11 triliun. Namun setahun kemudian, dari riset CNBC Indonesia, nilai kepemilikan China turun menjadi US$ 1,07 triliun. Artinya, dalam setahun kepemilikan China berkurang 3,61%.

Zhou Yongkun, seorang pejabat bank sentral China People's Bank of China, pekan lalu mengatakan bahwa China akan memperkenalkan perdagangan langsung antara yuan dan mata uang tambahan. Namun ia tidak menyebut mata uang apa yang akan menjadi mata uang tambahan tersebut.


Selain itu, regulator China juga dikabarkan sedang membangun Sistem Pembayaran Internasional China untuk menyelesaikan transaksi di luar platform berbasis dolar di mana AS memegang kendali.


Langkah-langkah yang lebih kuat dari China dapat mencakup melakukan pembayaran sebagian impor dengan yuan, melakukan investasi langsung di luar negeri dalam yuan dan memberikan pinjaman dalam renminbi (nama resmi mata uang itu).

Sejumlah pengamat menilai ini wajar. China mencari pengganti dolar dari ketidakpastian politik.

"Internasionalisasi Yuan berubah dari yang diinginkan menjadi hal yang sangat diperlukan bagi Beijing," kata Ding Shuang, kepala ekonom Standard Chartered Plc untuk wilayah greater China dan Asia utara ditulis Bloomberg, Senin (13/7/2020).

"China perlu mencari pengganti dolar di tengah ketidakpastian politik, jika tidak bangsa akan menghadapi risiko keuangan."

Hal senada juga diamini Fang Xinghai, seorang pejabat tinggi di regulator sekuritas China. Kemampuan untuk mempertahankan diri dari potensi decoupling akan ditingkatkan secara signifikan melalui internasionalisasi yuan.

Meski demikian, ada pula yang menyampaikan keraguan. Mengingat globalisasi yuan sebagian besar bergantung pada konvertibilitas di bawah akun modal.

"[Hal itu] belum siap dilakukan China," kata Yu.

Sebelumnya di 2019, China juga disebut gencar melakukan pembelian emas. Cadangan emas resmi negara ini mencapai 1.957,5 ton pada Oktober 2019. (sef/sef)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 13 Juli 2020

Stabil di US$ 40, Sesungguhnya Harga Minyak Rawan Digoyang

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Rifan FinancindoMengawali pekan ini pada Senin (13/7/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan mengalami koreksi. Kendati terkoreksi beberapa kali, harga minyak cenderung relatif stabil di kisaran US$ 40/barel.

Pada 09.35 WIB, harga minyak acuan global Brent turun 0,86% dan minyak patokan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) anjlok 0,94% ke US$ 40,17/barel.


Saat ini pelaku pasar kembali menyorot kebijakan negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+.

Komite Pengawasan Gabungan (Joint Ministerial Monitoring Committee/JMMC), yang diketuai bersama oleh Arab Saudi dan Rusia akan mengadakan sidang online pada 15 Juli dan membuat keputusan akhir soal pemangkasan produksi.

Proyeksinya, pemangkasan yang akan dilakukan bulan Agustus akan dikurangi menjadi 7,7 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun, seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Harga minyak yang sudah naik dan cenderung stabil di level US$ 40/barel bisa dibilang dipicu oleh pemangkasan output OPEC+ 9,7 juta bpd sejak Mei hingga Juli. Volume ini hampir mencapai 10% dari total output global.

Namun harga minyak belum bisa melesat lagi lebih tinggi dari US$ 40/barel. Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih belum usai. Lonjakan kasus baru terus terjadi di berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.

Sejak akhir pekan lalu, ada tambahan lebih dari 60 ribu kasus dalam seharinya di AS. Kenaikan kasus membuat banyak negara bagian AS yang kembali menerapkan larangan bepergian sehingga dapat menurunkan permintaan minyak di negara konsumen emas hitam terbesar di dunia tersebut.

Namun ada kekhawatiran lain yang dirasakan oleh para pelaku pasar. Memang benar harga minyak sudah terdongkrak setelah terjun bebas pada Maret dan April lalu ketika permintaan anjlok sampai 30%.

Adanya lonjakan kasus dan ancaman gelombang kedua wabah disertai dengan pengendoran pemangkasan berpotensi menjadi faktor penakan harga minyak mentah.

"Rencana pelonggaran pemangkasan produksi [minyak] oleh OPEC+ bulan depan dan potensi naiknya produksi AS dapat menambah tekanan dari sisi pasokan" kata Stephen Innes, chief global markets strategist di AxiCorp dalam sebuah catatan.

Sebelumnya pada 10 Juli, Badan Energi Internasional (IEA) telah mengatakan bahwa dampak terburuk pandemi telah dilalui. Namun lembaga itu juga memperingatkan bahwa gelombang infeksi baru, terutama di Amerika Utara dan Selatan, bisa membuat kondisi memburuk.

"Gelombang kedua kasus Covid-19 yang berkelanjutan dapat meruntuhkan pemulihan ekonomi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir," kata Harry Tchilinguirian, seorang ekonom senior minyak di BNP Paribas.

"Karena OPEC+ memainkan perannya dalam menyeimbangkan kembali pasar minyak, pertumbuhan ekonomi akan tetap menjadi kunci untuk membuat harga minyak naik," katanya, sebelum menambahkan bahwa OPEC+ tetap harus bisa mengontrol produksi agar tidak melampaui kuota saat harga minyak naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 10 Juli 2020

Gegara Virus Corona Melayang di Udara, Yen Jadi Juara Asia

Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
PT RifanNilai tukar yen Jepang menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (10/7/2020) pagi. Virus corona yang kini dikatakan bisa menyebar lewat udara membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan yen menjadi diuntungkan.

Pada pukul 9:45 WIB, yen menguat 0,67% melawan rupiah di Rp 134,49/JPY di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, yen juga menguat 0,12% di 107,06/US$.

Virus corona selama ini dikatakan hanya ditularkan lewat air liur, sekresi dan tetesan dari penderita melalui batuk, bersin atau bicara atau permukaan yang terkontaminasi. Sehingga jaga jarak dan cuci tangan lebih ditekankan.

Tetapi pada Selasa lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengakui ada bukti penularan lewat udara, dalam ruang dengan ventilasi yang buruk. Namun menegaskan perlu ada riset lebih lanjut.

Dalam panduan transmisi terbarunya, WHO setuju bahwa beberapa laporan yang berkaitan dengan kondisi ramai di dalam ruangan memungkinkan adanya transmisi. Misalnya dalam ruangan di mana latihan paduan suara dilakukan, di restoran atau di kelas kebugaran.

Dengan adanya bukti penularan lewat udara, ada risiko jumlah kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) akan kembali menanjak. Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan kembali mengalirkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti yen Jepang.

Dengan kondisi tersebut bisa ditebak, yen menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia saat semua mata uang utama lainnya melemah.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 9:45 WIB.


Perubahan pandangan WHO terkait penyebaran virus corona didorong oleh ratusan ilmuwan yang mempublikasikan suatu artikel terkait potensi penularan Covid-19 melalui udara. Ada 237 ilmuwan multidisipliner yang berasal dari berbagai latar belakang mulai dari ilmuwan aerosol, dokter spesialis infeksi hingga epidemiologis.

Studi yang dilakukan oleh banyak ilmuwan menunjukkan bahwa virus dapat dilepaskan ketika seseorang yang terinfeksi bernapas, berbicara, bersin hingga terbatuk.

Penyebaran Covid-19 melalui udara memang sudah dikonfirmasi, tetapi WHO mengatakan lebih banyak penelitian harus dibuat. "Sangat dibutuhkan untuk menyelidiki kejadian seperti itu dan menilai signifikansi mereka untuk transmisi Covid-19," kata lembaga itu dikutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 09 Juli 2020

Ada Sinyal Ekonomi Membaik, Bursa Asia Menghijau

Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo BerjangkaBursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Kamis (9/7/2020) terpantau berada di zona hijauKenaikan di mayoritas bursa Benua Kuning hari ini terjadi karena rilis data ekonomi di masing-masing negara berhasil tumbuh lebih baik daripada konsensus.

Di Jepang indeks Nikkei berhasil naik 0,22% setelah rilis data Pemesanan Alat Permesinan Jepang Bulan Mei oleh Kantor Kabinet Jepang yang menunjukkan order permesinan jepang hanya terkontraksi 16,3% lebih baik daripada perkiraan konsensus yang meramalkan akan ada kontraksi sebesar 17,1%.

Angka ini juga lebih baik daripada bulan sebelumnya yaitu kontraksi 17,7%, ini artinya sektor manufaktur Jepang sudah menunjukkan pemulihan walaupun masih perlahan.

Selanjutnya di China, Indeks SSE berhasil menanjak 0,55% setelah rilis data Indeks Harga Konsumen China Bulan Juni yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China menunjukkan secara bulanan hanya terjadi deflasi sebesar 0,1%, tentunya ini lebih baik daripada perkiraan konsensus yang meramalkan akan terjadi deflasi sebesar 0,5%.

Bahkan bulan sebelumnya terjadi deflasi 0,8% yang menunjukkan daya beli masyarakat China perlahan sudah pulih.

Sedangkan untuk Indeks Harga Produsen China Bulan Juni yang dirilis oleh kantor yang sama, terjadi kontraksi sebesar 3%. Ini juga sedikit lebih baik daripada konsensus yang meramalkan akan terjadi kontraksi sebesar 3,2%.

Selanjutnya di Singapura Indeks STI turun 0,30%, di Hong Kong indeks Hang Seng juga berhasil terapresiasi 0,36%, sedangkan di Korea Selatan indeks Kospi terpantau loncat 0,46%

Sementara itu dari dalam negeriIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,01% ke level 5.075,52 karena investor melakukan aksi profit taking setelah kemarin naik tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/trp)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 08 Juli 2020

Walau Loyo di Kurs Tengah BI, Rupiah Tetap Perkasa di Spot

Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah mampu menguat di perdagangan pasar spot, meski tipis saja.

Pada Rabu (8/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.460. Rupiah melemah tipis hampir flat di 0,03% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah juga masih menghijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ dihargai Rp 14.385 di mana rupiah menguat tipis 0,1%.

Meski masih menguat, tetapi rupiah wajib waspada karena sebagian besar mata uang utama Asia kini melemah di hadapan dolar AS. Dengan penguatan yang terbatas, rupiah bisa terperosok ke zona merah kapan saja.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10: WIB:

(aji/aji)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan