|
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki |
PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah memang
melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi melawan dolar
Singapura dan Australia mampu menguat. Pergerakan tersebut menunjukkan
kinerja rupiah pada hari ini sebenarnya tidak buruk, memang dolar AS
yang sedang bangkit.
Pada pukul 13:39 WIB, rupiah melemah 0,14% melawan dolar AS di Rp
14.600/US$, tetapi melawan dolar Singapura menguat 0,12% ke Rp
10.637,76/SG$, begitu juga melawan dolar Australia menguat 0,17% ke Rp
10.529,52/AU$ di pasar
spot, melansir data Refinitiv.
Meski menguat melawan kedua dolar tersebut, posisi rupiah masih
"tidak enak" berada di dekat level terlemah 3 bulan melawan dolar
Singapura, lebih parah lagi berada di dekat level terlemah 20 bulan.
Rupiah hari ini mendapat sentimen positif dari kenaikan cadangan devisa (cadev) hingga ke rekor tertinggi sepanjang masa.
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir
Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar. Melonjak tajam dibandingkan bulan
sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan
devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9 bulan
impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,
serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan
impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung
ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (7/8/2020).
Pada Maret lalu, cadangan devisa Indonesia tergerus US$ 9,4 miliar
hingga posisi akhir Maret berada di US$ 121 miliar, yang merupakan level
terendah sejak Mei 2019.
Saat itu, nilai tukar rupiah mengalami gejolak hebat, ambrol hingga
ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Sehingga kebutuhan
melakukan intervensi menstabilkan rupiah menjadi sangat besar, cadev
pun akhirnya tergerus.
Selepas Maret, badai berlalu, rupiah mulai stabil bahkan malah
menguat, sehingga kebutuhan intervensi menjadi minim, cadangan devisa
jadi terus menanjak. Jika melihat posisi akhir Maret hingga Juli, cadev
Indonesia mencatat kenaikan US$ 14,1 milliar.
Penerbitan obligasi berdenominasi yen (Samurai Bond) di awal bulan
Juli lalu menjadi salah satu penambah cadev. Lewat penerbitan tersebut,
pemerintah berhasil mengumpulkan dana sebesar 100 miliar yen atau
sekitar Rp 13,41 trilun dengan kurs rupiah saat itu.
Dalam keterangan tertulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Jumat (3/7/2020), pemerintah
menerbitkan lima seri Samurai Bond, tenor 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 10
tahun, dan 20 tahun.
Pasar obligasi Indonesia sebenarnya masih cukup menarik bagi investor
asing. Hal tersebut terlihat dari data DJPPR yang menunjukkan aliran
modal asing masuk ke pasar obligasi dalam negeri di bulan Juli. Artinya
aksi jual justru dilakukan oleh investor domestic. Di akhir Juli,
kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 945,79 triliun, naik dibandingkan
posisi akhir Juni 937 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan