Jumat, 18 September 2020

WhatsApp Punya Fitur Canggih Ini, WhatsApp Web Anti Dibajak

Logo Whatsapp dark Mode
Foto: Logo Whatsapp dark Mode

PT Rifan Financindo - WhatsApp kembali berencana untuk menghadirkan fitur baru di WhatsApp web. Salah satunya fitur keamanan pemindai sidik jarik (fingerprint) yang bikin WhatsApp Web anti dibajak.

Menurut WABetaInfo, layanan chatting milik Facebook ini sedang mengembangkan otentikasi sidik jari untuk WhatsApp Web. Lebih spesifik lagi, kelak untuk bisa membuka WhatsApp Web pengguna terlebih dahulu membuka WhatsApp di ponsel dan memindai sidik jari (fingerprint).

Saat ini, untuk menjalankan WhatsApp Web hanya diminta untuk memindai QR code di browser. Pengguna juga dapat mencentang kotak untuk memastikan pengguna tetap masuk ke browser dan harus terhubung dengan internet, seperti dikutip dari Android Authority, Jumat (18/9/2020).

Belum diketahui apakah opsi printfinger ini akan menggantikan QR code untuk masuk ke WhatsApp Web. Namun ini bisa memberikan lapisan keamanan tambahan, yang memastikan hacker atau penjahat dunia maya tidak mengakses obrolan pengguna.

 

WhatsApp 
Foto: fitur fingerprint di WhatsApp Web (doc WABetaInfo)

Saat ini WhatsApp sedang mengembangkan fitur dengan sejumlah pengguna di dunia. Mereka yang terpilih dapat mencobai fitur ini dengan mendownload WhatsApp Android versi beta 2.20.200.10.

Selain itu, WhatsApp juga dilaporkan membuat ikon baru di WhatsApp Web. Yakni, ikon video dan voice call. Ini mengindikasikan pengguna WhatsApp Web bakal bisa melakukan panggilan percakapan video atau suara.

Saat ini WhatsApp Web belum memiliki fasilitas video atau voice call. Pengguna bisa melakukan aktivitas ini dengan menggunakan fitur Rooms yang artinya pengguna dialihkan ke aplikasi Messenger Rooms. (roy/roy)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 17 September 2020

Babak Baru Perang Dagang AS-China, Xi Jinping Kalahkan Trump

Lambang China dan Bendera Amerika Serikat (AS)
Foto: REUTERS/Thomas Peter/File Photo
Rifan Financindo - Babak baru terjadi di perang dagang China dengan Amerika Serikat (AS).Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa administrasi Presiden Donald Trump sebagai pihak yang "kalah".

AS dikatakan WTO melanggar aturan perdagangan global karena memberlakukan tarif miliaran dolar dalam perang dagangnya ke China. WTO mengatakan bea masuk AS melanggar aturan perdagangan karena hanya berlaku untuk China.

AS juga bersalah karena menerapkan tarif di atas tarif maksimum yang disepakati. WTO juga merasa AS tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerapkan tarif-tarif itu

"Panel sangat menyadari konteks yang lebih luas di mana sistem WTO saat ini beroperasi. Di mana saat ini terjadi serangkaian ketegangan perdagangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata lembaga itu dalam kesimpulannya sebagaimana diumumkan Selasa (15/9/2020).

Sebagai solusi, panel merekomendasikan AS mengambil tindakan yang sesuai dengan kewajibannya. Kedua ekonomi di dunia itu juga diminta bekerja sama menyelesaikan sengketa secara menyeluruh.

Keputusan tersebut pun ditanggapi dengan baik oleh China. Negara itu mengatakan mendukung keputusan WTO dan meminta AS mendukung sistem perdagangan multilateral dan menghormati aturan yang ada.

Namun di sisi lain, AS malah mengatakan kemungkinan akan mengajukan banding.

"Laporan panel ini menegaskan apa yang telah dikatakan pemerintahan Trump selama empat tahun. (Bahwa) WTO sama sekali tidak memadai untuk menghentikan praktik teknologi berbahaya China," kata Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, sebagaimana ditulis Reuters.

Perang Dagang AS-China sudah terjadi sejak 2018. Namun mereda di awal 2020, dengan ditandai perjanjian fase I damai dagang keduanya di Washington.

Namun, laporan ke WTO tetap jalan. Situasi pun memburuk semenjak corona menyerang AS. Administrasi Trump menyalahkan China. Apalagi Covid-19 pertama kali merebak di Wuhan, Provinsi Hubei 2019 lalu.


Infografis: Saling  balas serangan AS VS CHINA 
Foto: Infografis/Saling balas serangan AS VS CHINA/Aristya Rahadian krisabella
Infografis: Saling balas serangan AS VS CHINA


(sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 16 September 2020

Dolar AS Lagi "Galau" Nih, Saatnya Rupiah Menyerang!

Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
PT RifanNilai tukar rupiah akhirnya menguat 0,17% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke 14.835/US$ pada perdagangan Selasa kemarin, setelah sepekan lamanya tak membukukan kinerja positif.

Neraca dagang Indonesia yang menunjukkan surplus 4 bulan beruntun memberikan sentimen positif ke rupiah.

Sementara itu, dolar AS sedang "galau" akibat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis (17/9/2020) dini hari. The Fed diramal akan bersikap dovish alias memberikan sinyal akan mempertahankan suku bunga rendah dalam waktu yang lama.

Bos The Fed, Jerome Powell, pada Kamis (27/8/2020) malam mengubah pendekatannya terhadap target inflasi.

Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.

Kini The Fed menerapkan "target inflasi rata-rata" yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% "secara moderat" dalam "beberapa waktu", selama rata-ratanya masih 2%.

Dengan "target inflasi rata-rata" Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi.

Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang lama tentunya berdampak negatif bagi dolar AS.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas US$ 14.730/US$, yang sebenarnya memberikan tekanan.

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Tetapi kabar baiknya, pada Jumat (11/9/2020) lalu, rupiah membentuk pola Shooting Star. Dilihat pada grafik candle stick harian, badannya (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas. Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
Sementara itu indikator stochastic kini mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai overbought memperbesar peluang penguatan rupiah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.830/US$, jika berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.790/US$.

Penembusan ke bawah Rp 14.790/US$ akan membuka jalan rupiah menguat menuju support Rp 14.730/US$.

Sementara itu, resisten terdekat berada di Rp 14.860/US$. Jika resisten tersebut dilewati, rupiah berisiko menguji kembali Rp 14.900/US$. Resisten selanjutnya berada di level Rp 14.930/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 15 September 2020

Gawat! Bursa Jepang & China Merah di Sesi Pagi, Ada Apa?

A woman walks past an electronic board showing Hong Kong share index outside a local bank in Hong Kong, Monday, April 1, 2019. Shares have surged in Asia following a bullish Friday on Wall Street, where the benchmark S & P 500 logged its biggest quarterly gain in nearly a decade. (AP Photo/Vincent Yu)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)
PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa Asia pada pembukaan perdagangan Selasa (15/9/2020) dibuka bervariasi, mayoritas di zona merah. Hanya indeks STI Singapura dan Kospi Korea yang tercatat menguat pada pembukaan hari ini. 

Tercatat indeks Nikkei di Jepang dibuka melemah 0,49% , Hang Seng Index di Hong Kong turun 0,08%, Shanghai di China melemah tipis 0,05%, Indeks STI Singapura terapresiasi 0,38% dan Kospi Korea Selatan terpantau loncat 0,28%.

Hari ini, kawasan Asia akan rilis data-data ekonomi, seperti data ekspor-impor dan neraca perdagangan Korea Selatan pada Agustus, produksi industri China pada Agustus, dan tingkat pengangguran China dan Singapura.

Sedangkan di Indonesia, rilis data ekonomi hari ini adalah data ekspor-impor dan neraca perdagangan pada Agustus.



Dari Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup menghijau pada perdagangan Senin (14/9/2020) waktu setempat. Bursa Wall Street menguat tajam pada penutupan perdagangan awal pekan ini dipicu oleh kemajuan dalam pengembangan vaksin virus corona (Covid-19).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 327,69 poin atau 1,18% menjadi 27.993,33. Sementara S&P 500 naik 42,57 poin atau 1,27%, menjadi 3.383,54, dan Nasdaq Composite bertambah 203,11 poin, atau 1,87%, menjadi 11.056,65.
Menjadi salah satu yang paling maju dalam pengembangan, produsen obat AstraZeneca melanjutkan uji klinis vaksin Covid-19 di Inggris. 

Selain itu, saham Pfizer Inc naik 2,6% setelah pembuat obat dan perusahaan biotek Jerman BioNTech SE mengusulkan untuk memperluas uji coba vaksin Covid-19 penting Tahap 3 mereka kepada sekitar 44.000 peserta.

"Pasar menyukai apapun dengan vaksin karena itulah solusi pamungkas di sini. Kita akan melihat lebih banyak lagi berita utama," kata Tim Ghriskey, kepala strategi investasi di Inverness Counsel di New York, dikutip dari Reuters.



Berita terkait merger juga mengangkat pasar, dan saham teknologi berkinerja baik tetapi sektor terkait nilai juga melakukannya, kata Ghriskey. Hal ini menunjukkan investor dapat terus membeli nilai pada pasar saham.

Akhir pekan ini, investor akan fokus pada pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve (the Fed) sebelum pemilihan presiden AS 3 November mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 14 September 2020

Awal Pekan yang Ceria, Bursa Asia Menghijau Pagi Ini

Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon) (AP Photo/Ahn Young-joon)
Foto: Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon)
PT Rifan Financindo - Bursa Asia pada pembukaan perdagangan awal pekan ini dibuka bervariasi, mayoritas di zona hijau mengikuti penutupan Bursa Wall Street pada perdagangan Jumat (11/9/2020) yang juga ditutup mayoritas di zona hijau.

Tercatat indeks Nikkei di Jepang dibuka menguat 0,12% , Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,29%, Shanghai di China melonjak 0,53%, Indeks STI Singapura terdepresiasi 0,11% dan Kospi Korea Selatan terpantau terbang 0,92%.

Hari ini, Jepang akan merilis data Produksi Industri Juli secara month-on-month (MoM), dimana data perkiraannya berada di angka 8,0%.

Dari Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat waktu setempat (11/9/2020) dengan mayoritas ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 131,06 poin 0,48% menjadi 27.665,64. Sedangkan S&P 500 naik tipis 1,78 poin atau 0,05% ke level 3.340,97.Sementara Nasdaq Composite anjlok 0,60% menjadi 10.853,55.

"Pasar terus berjuang menemukan keseimbangan," kata Mark Hackett, kepala riset investasi di Nationwide, kepada CNBC International. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa volatilitas ini mencerminkan perubahan emosional pasar.

Ke depan Hackett menduga volatilitas tanpa arah ini masih akan berlanjut. Tarik menarik antara tren bullish dan bearish akan sangat bergantung pada injeksi likuiditas yang dilakukan oleh bank sentral The Fed, perbaikan kondisi ekonomi, risiko ketidakpastian yang tinggi serta kenaikan valuasi.

Sejak crash Maret lalu, harga saham-saham AS mulai rebound terutama untuk sektor teknologinya. Kenaikan harga saham ini terbantu oleh injeksi likuiditas besar-besaran the Fed yang disebut dengan quantitative easing.

Saham teknologi konstituen FAANG (Facebook, Apple, Amazon, Netflix & Google) naik gila-gilaan. Saham Amazon bahkan naik lebih dari 70% sepanjang tahun berjalan. Valuasi yang sudah terlalu tinggi membuat analis melihat ada fenomena 'bubble' untuk sektor ini.

"Saya pikir kita pasti berada dalam zona bubble," kata Jonathan Bell, kepala investasi di Stanhope Capital, kepada CNBC International

Bell mengingatkan, kenaikan harga saham tersebut patut dikhawatirkan bukan karena bisnisnya yang tidak bagus, melainkan karena adanya euforia yang berlebihan.

Selain itu, kabar dari jelang negosiasi antara Uni Eropa dengan Inggris terkait keluarnya Negeri Robinhood itu dari Uni Eropa atau yang biasa disebut British Exit (Brexit).

Uni Eropa pada Kamis mendesak Inggris mencabut rencana pembatalan Kesepakatan Penarikan Brexit dan mengancam memberlakukan langkah hukum, tetapi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bersumpah mendorong UU Pasar Internal meski mengakui langkah itu melanggar hukum internasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan