Senin, 12 Oktober 2020

Maaf Ibu-ibu! Anies Lepas Rem Darurat PSBB, Emas Antam Ambles

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam turun pada perdagangan hari ini, Senin (12/10/2020), setelah menguat tajam pada pekan lalu. Harga emas Antam sedang diuntungkan dengan kenaikan harga emas dunia, tetapi sedikit terbebani penguatan rupiah.

Melansir data dari logammulia.com, situs resmi PT Antam, harga emas satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.017.000/batang atau turun 0,2%. Sementara pada hari Sabtu lalu melesat 1,19%.

Emas Antam satuan 100 gram yang biasa dijadikan acuan hari ini dibanderol Rp 95.912.000/batang atau Rp 959.120/gram, menguat 0,21%.

Harga emas dunia pada perdagangan Jumat (9/10/2020) melesat 1.929,43/troy ons, yang turut mengerek naik harga emas Atam di hari Sabtu.
Dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang lesu akibat ekspektasi stimulus fiskal di AS membuat emas melesat naik.

Harapan akan adanya stimulus membuat sentimen pelaku pasar membaik, dolar AS yang merupakan aset safe haven menjadi tidak menarik. Selain itu, jika stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang beredar akan bertambah di perekonomian, nilai dolar AS pun akan melemah.

Emas meski juga merupakan aset safe haven tetap menguat akibat pelemahan dolar AS. Selain itu, stimulus fiskal bersama dengan stimulus moneter merupakan "bahan bakar" utama emas menguat di tahun ini hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.

"Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentral AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas" kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.

Tetapi di sisi lain, dolar AS yang sedang lesu membuat nilai tukar rupiah menguat lebih dari 1% sepanjang pekan lalu. Penguatan tersebut meredam efek penguatan emas dunia.

Harga emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala Mata Uang Garuda menguat harga emas dunia tentunya menjadi lebih murah jika dikonversi ke rupiah.
Penguatan rupiah berpotensi berlanjut di pekan sini, sebab Gubernur DKI Jakatara melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai hari ini.

Pemprov DKI Jakarta telah memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Masa Transisi dengan ketentuan baru selama dua pekan ke depan, mulai tanggal 12 - 25 Oktober 2020.

Dalam PSBB Transisi kali ini, mal diizinkan buka hingga pukul 21:00, dengan kapasitas pengunjung maksimal 50% dari hari normal sebelum PSBB atau sebelum pandemi penyakit virus corona menyerang. Restauran juga kembali diizinkan melayani makan di tempat atau dine in.

Selain itu, bioskop juga dibuka kembali dengan kapasitas penonton maksimal 25%.

Pelonggaran PSBB tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah, jika terus menguat, harga emas Antam tentunya akan meredam kenaikan harga emas Antam, atau malah bisa turun lagi jika emas dunia juga terkoreksi setelah menguat tajam Jumat lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 09 Oktober 2020

Dolar Bonyok Dikeroyok di Asia, Rupiah Salah Satu Pelakunya!

Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changers in Jakarta, Indonesia April 25, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun belum bosan menapaki jalur hijau di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Jumat (9/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.737. Rupiah menguat 0,09% dibandingkan posisi kemarin.

Mata uang Tanah Air pun menguat di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.675 di mana rupiah menguat 0,07%.

Dolar AS memang sedang nyungsep. Seluruh mata uang utama Asia berhasil menguat di hadapan dolar AS, tidak ada yang tertinggal di zona merah.

Suku Bunga Rendah, Dolar AS Jadi Kurang Seksi

Tidak cuma di Asia, dolar AS juga lesu di tataran global. Pada pukul 09:29 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%.

Kemarin, Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) merilis notula rapat atau minutes of meeting edisi September 2020. Dalam notula tersebut, kata ketidakpastian (uncertainty) muncul 39 kali.

"Peserta rapat tetap memantau berbagai ketidakpastian, terutama yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Meningkatnya ketidakpastian membuat prospek ekonomi masih cenderung bergerak ke bawah (downside)," sebut notula itu.

Tingginya risiko downside terhadap perekonomian Negeri Paman Sam membuat Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memandang suku bunga acuan perlu ditahan rendah sebagai upaya 'merangsang' aktivitas ekonomi. Saat ini Federal Funds Rate berada di 0-0,25%, terendah sepanjang sejarah.

"Sepertinya masih layak (appropriate) untuk menahan suku bunga di tingkat yang sekarang sampai kondisi pasar tenaga kerja sesuai dengan target Komite yaitu penyerapan maksimal (maximum employment) dan inflasi naik ke kisaran 2%," lanjut notula itu.

Mengutip data dotplot arah suku bunga acuan AS ke depan, paling cepat Federal Funds Rate baru naik pada 2022, itu pun kemungkinannya kecil. Bahkan pada 2023 sebagian besar anggota FOMC masih menilai suku bunga acuan di 0-0,25% adalah yang paling tepat. Sepertinya suku bunga baru naik dalam jangka panjang (longer run).

Dengan suku bunga yang masih akan rendah sampai beberapa tahun ke depan, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS akan ikut terpangkas. Ini akan sangat terasa di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi yang sangat sensitif terhadap dinamika suku bunga.

Hasilnya, permintaan terhadap aset-aset berbasis dolar AS bakal turun. Greenback akan kehilangan keseksiannya, bahkan sampai beberapa tahun ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

 
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 08 Oktober 2020

Penguatan Dolar AS Semu, Rupiah & Emas Bakal Terus Menguat?

U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

 

PT RifanDolar Amerika Serikat (AS) membukukan penguatan di bulan September lalu, indeks yang mengukur kekuatan Mata Uang Paman Sam tersebut tercatat menguat 1,9% ke 93,886, melansir data Refinitiv. Penguatan di September tersebut menjadi kinerja bulanan terbaik dolar AS sepanjang tahun ini. 

Meski demikian, penguatan dolar AS diprediksi tidak akan berlangsung lama, paling mentok selama 3 bulan. Hal itu terlihat di survei yang dilakukan Reuters terhadap 75 analis valuta asing pada periode 28 September sampai 5 Oktober.

Sebanyak 54 dari 75 analis mengatakan penguatan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan, bahkan 13 diantaranya mengatakan penguatan the greenback sudah selesai.

Belakangan ini kinerja Mata Uang Paman Sam ini juga sudah mulai melempem, sejak menyentuh level tertinggi 2 bulan di 94,642 pada 25 September lalu, indeks dolar AS sudah turun lebih dari 1% hingga Selasa kemarin.

"Sejujurnya, outlook (dolar AS) untuk 3 bulan ke depan atau lebih sangat buruk karena Pemilihan Umum di AS... tetapi dalam beberapa pekan ke depan dolar AS masih tertolong oleh ketidakpastian politik," kata Kit Juckes, kepala strategi valuta asing di Societe Generale, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (6/10/2020).

Amerika Serikat akan melaksanakan pemilihan presiden (pilpres) pada 3 November mendatang, untuk sementara Joseph 'Joe' Robinette Biden Jr. yang merupakan calon presiden dari Partai Demokrat diunggulkan memenangi pilpres dari lawannya petahana Partai Republik Donald Trump.

Volatilitas dolar AS juga diprediksi masih tinggi jelang pilpres, dengan potensi kenaikan atau pun penurunan sebesar 2%.

Dolar AS yang diprediksi akan melemah tentunnya menguntungkan bagi rupiah yang berada dalam tren melemah sejak bulan Juni lalu. Pada 8 Juni, rupiah berada di level Rp 13.850/US$, sementara pada hari ini, Rabu (7/10/2020), mengakhiri perdagangan di level Rp 14.690/US$. Artinya sepanjang periode tersebut rupiah melemah 6,06%.

Pada 11 September lalu, rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp 14.950/US$, sebelum memperbaiki posisinya, tetapi masih membukukan pelemahan 1,92%.

Dengan penguatan dolar AS yang diprediksi segera berakhir, tentunya ruang penguatan rupiah di penghujung tahun ini terbuka lebar. Tentunya dengan syarat penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) bisa diredam, serta stabilitas dalam negeri yang 2 hari terakhir dilanda demo dan aksi mogok buruh menolak Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).

Disahkanya UU Ciptaker oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (5/10/2020) lalu disambut positif oleh pelaku pasar yang membuat rupiah menguat tajam kemarin. UU Ciptaker dianggap dapat memperbaiki iklim investasi sehingga menarik lebih banyak investor.

Tetapi, jika sampai UU Ciptaker membuat stabilitas dalam negeri terganggu, investor tentunya bukannya malah masuk tetapi kabur, rupiah pun bisa terpukul.

Emas Juga Diuntungkan Pelemahan Dolar AS

Selain rupiah, emas dunia juga akan diuntungkan jika dolar AS pada akhirnya kembali melemah.

Sebelum bangkit di bulan September, indeks dolar AS berada di level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Buruknya kinerja dolar AS tersebut menjadi salah satu pemicu melesatnya harga emas dunia hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.
Sejak mencapai level tersebut kinerja emas kembali melempem, saat indeks dolar AS menguat 1,9% di bulan September harga emas dunia merosot 4,28%.

Pergerakan tersebut menujukkan bagaimana dolar AS dan emas dunia berkorelasi negatif, artinya ketika dolar AS melemah emas akan menguat, begitu juga sebaliknya. Sebabnya, emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala the greenback melemah harga emas dunia akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaannya akan meningkat.

Kemarin harga emas dunia merosot 1,87% ke US$ 1.877,12/troy ons, sebabnya Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.

"Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.

Alhasil, harapan akan gelontoran stimulus guna membangkitkan perekonomian AS menjadi pupus, emas pun terpukul. Stimulus fiskal serta stimulus moneter merupakan bahan bakar emas untuk terus menanjak.

Dari sisi stimulus moneter sepertinya sudah mentok, bank sentral AS (The Fed) sudah membabat habis suku bunga menjadi 0,25%, dan melakukan pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas, berapa pun akan digelontorkan selama dibutuhkan perekonomian. The Fed juga menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga tahun 2023.

Sehingga stimulus fiskal terbaru di AS yang akan dinanti untuk membawa emas kembali melesat naik.

Efek stimulus fiskal dan moneter membuat jumlah dolar AS yang beredar di dunia ini menjadi bertambah, nilainya pun akan melemah. Emas bisa mendapat tenaga dobel, dari stimulus dan pelemahan dolar AS.

Meski saat ini pembahasan stimulus dihentikan, tetapi cepat atau lambat tentunya akan cair juga guna membantu perekonomian AS yang sedang nyungsep.

"Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentral AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas" kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 07 Oktober 2020

Awas IHSG! Trump Bisa Hentikan Euforia UU Ciptaker Jokowi

Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT Rifan Financindo BerjangkaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,82% ke 4.999,2 pada perdagangan Selasa kemarin. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 202 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi mencapai Rp 7,1 triliun.

Pemerintah di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengesahkan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja pada Senin sore disambut baik pelaku pasar.

Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution berpendapat, di tengah pro-kontra Omnibus Law di masyarakat, menurutnya, pengesahan UU Cipta Kerja akan menjadi salah faktor yang akan meningkatkan iklim investasi.

Pasalnya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga internasional, masalah ketenagakerjaan di Indonesia selama ini merupakan salah satu faktor yang dinilai kurang bisa bersaing dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita.

"Memang dengan pengesahan ini tidak serta merta arus investasi asing langsung meningkat pesat, melainkan masih perlu beberapa waktu ke depan. Terlebih dengan adanya pandemi ini yang membuat perekonomian global dan domestik masih terpuruk dalam, kegiatan investasi diperkirakan masih sangat terbatas," kata Damhuri, saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (6/10/2020).

Meski demikian, isu resesi Indonesia membuat IHSG gagal mengakhiri perdagangan di atas 5.000. Satu lagi tanda kelesuan ekonomi Indonesia terlihat. Semakin terkonformasi bahwa Indonesia sudah masuk masa resesi ekonomi.

Tanda tersebut adalah keyakinan konsumen. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2020 sebesar 83,4. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,9.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen punya persepsi yang pesimistis menghadapi samudera ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.

Sementara itu kabar buruk datang dari luar negeri, bursa saham AS (Wall Street) merosot pada perdagangan Selasa kemarin, yang tentunya dapat memberikan dampak negatif ke pasar Asia dan IHSG hari ini, Rabu (7/10/2020). Merosotnya Wall Street terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.

"Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.

Alhasil, harapan akan gelontoran stimulus guna membangkitkan perekonomian AS menjadi pupus. Keputusan Trump tersebut juga bisa menghentikan euforia UU Ciptaker yang membuat IHSG menguat kemarin.

Secara teknikal, level psikologis 5.000 terbukti masih "angker" bagi IHSG. Kemarin IHSG memang menguat hingga ke 5.023, tetapi di akhir perdagangan kembali ke bawah level 5.000, memang "angker"

Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai bergerak naik, dan masih dekat wilayah jenuh jual (oversold).

jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sementara itu, indikator Stochastic grafik 1 jam berada di wilayah overbought. Sehingga ada risiko IHSG akan terkoreksi jika tertahan di bawah level "angker" 5.000.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran 4.970, jika ditembus IHSG berisiko turun ke 4.930. Jika ditembus, IHSG berpeluang turun ke 4.900, sebelum menuju support kuat 4.867 yang merupakan Fib. Retracement 38,2% pada grafik harian.

Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.

Sementara jika mampu menembus konsisten di atas level 5.000 IHSG bnerpotensi menuat ke 5.035 sebelum menuju 5.075.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 06 Oktober 2020

Nggak Cuma Rupiah, Harga Emas Juga Terang Benderang Hari Ini

Harga emas ritel PT Aneka Tambang pada Jumat (24/5/2013) ini kembali mengalami kenaikan harga. Dibandingkan dengan harga Kamis (23/5/2013) kemarin, kenaikan terjadi sebesar Rp 3.000 per gram. File /detikFoto.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto

PT Rifan - Sejumlah tren positif ditorehkan di market hari ini. Selain IHSG dan rupiah yang hijau, harga emas hari ini juga mengkilau.

Harga emas Antam hari ini Selasa (6/10/2020) tercatat sebesar Rp 1.017.000 per gram atau naik Rp 2.000 dibandingkan Senin (5/10) kemarin. Harga emas sendiri belum pernah turun dalam tiga hari terakhir.

Setali tiga uang, harga pembelian kembali atau buyback hari ini juga naik Rp 3.000. Dengan demikian harga buyback emas Antam hari ini dijual Rp 912.000 per gram.

Harga emas Antam tersebut sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9%. Bila ingin mendapatkan potongan pajak lebih rendah, yaitu sebesar 0,45% maka bawa NPWP saat transaksi.

Berikut rincian harga emas Antam hari ini:

  • Emas batangan 1 gram Rp 1.017.000
  • Emas batangan 5 gram Rp 4.865.000
  • Emas batangan 10 gram Rp 9.665.000
  • Emas batangan 25 gram Rp 24.037.000
  • Emas batangan 50 gram Rp 47.995.000
  • Emas batangan 100 gram Rp 95.912.000
  • Emas batangan 250 gram Rp 239.515.000
  • Emas batangan 500 gram Rp 478.820.000
  • Emas batangan 1.000 gram Rp 957.600.000

(eds/eds)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan