Selasa, 03 Agustus 2021

Ramai Aksi Negara Tinggalkan Dolar AS, RI Ikutan!

FILE PHOTO: A U.S. Dollar note is seen in this June 22, 2017 illustration photo. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Bank Indonesia (BI) telah menjadi kesepakatan dengan beberapa bank sentral di beberapa negara terkait penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan dan investasi.

Negara tersebut antara lain Malaysia, Jepang, Thailand, dan China juga sudah menyepakati hal yang sama untuk meninggalkan dollar AS.

Dengan LCS ini maka kedua negara yang bekerja sama bisa mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga kedua mitra dagang, tidak perlu menukar dolar AS terlebih dahulu jika ingin melakukan transaksi perdagangan dan investasi.

Transaksi melalui LCS ini mencakup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung serta perdagangan antar bank untuk mata uang negara tersebut dan rupiah. Selain itu ada juga sharing informasi dan diskusi secara berkala antar otoritas.

Kesepakatan LCS antara Indonesia dengan Jepang, Thailand dan Malaysia sudah berjalan lebih dulu. Pengusaha cukup banyak yang memanfaatkan hal tersebut. Terbaru adalah dengan China.

China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dalam 6 bulan tahun ini, ekspor non migas ke China mencapai US$ 21,2 miliar dan impor US$ 25,2 miliar. Kedua negara telah telah menyelesaikan mekanisme teknis dari pelaksanaan LCS.

"Teknis penunjukkan bank sudah selesai, sampai juga mekanisme teknisnya," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Edisi Juli.

Dalam waktu dekat kalangan dunia usaha sudah bisa memanfaatkan fasilitas tersebut. Sehingga tujuan dari adanya LCS bisa tercapai.

Pada taklimat media tanggal 25 Juni 2021, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Donny Hutabarat mengatakan, Indonesia salah satu negara yang cukup aktif dan bisa menjadi leadership local currency secara regional.

"Perkembangan LCS perlu sosialisasi, internalisasi dan perlu melakukan pendekatan lagi kepada orang yang sangat senang menggunakan dollar. Agar mereka bisa beralih," jelas Donny.

Untuk diketahui, BI dalam siaran resminya menjelaskan LCS antara Indonesia dan Malaysia diperluas, dari yang semula hanya mencakup transaksi perdagangan kini diperluas mencakup underlying transaksi LCS dengan menambahkan investasi langsung dan income transfer (termasuk remitansi).

Kini baik BI dan BNM juga meliputi pelonggaran aturan transaksi valas antara lain terkait perluasan instrumen lindung nilai dan peningkatan threshold nilai transaksi tanpa dokumen underlying sampai dengan US$ 200.000 per transaksi.

"Penguatan kerangka LCS dalam Rupiah-Ringgit mulai berlaku efektif sejak 2 Agustus 2021," jelas BI dalam siaran resminya, Senin (2/8/2021). (mij/mij)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 02 Agustus 2021

Analis & Investor Asing Bullish, Saatnya Borong Emas Antam?

Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas Antam sepanjang pekan lalu mampu menguat 0,53% saat perhatian pelaku pasar tertuju pada dinamika di Amerika Serikat (AS) yang memberikan dampak besar ke pergerakan harga emas dunia. Di pekan ini, harga emas dunia diramal akan kembali naik, sehingga harga emas Antam berpeluang terkerek.

Mengawali pekan ini, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. ini stagnan. Emas dengan berat 1 gram dibanderol Rp 948.000/batang, sama dengan harga Sabtu pekan lalu.

PT Antam menjual emas batangan mulai satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Tetapi harga jualnya belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.

Berat Harga Dasar Harga NPWP (+Pajak 0.45%) Harga Non NPWP (+Pajak 0.90%)
0.5 gr 524,000 526,000 528,000
1 gr 948,000 952,000 956,000
2 gr 1,836,000 1,844,000 1,852,000
3 gr 2,729,000 2,741,000 2,753,000
5 gr 4,515,000 4,535,000 4,555,000
10 gr 8,975,000 9,015,000 9,055,000
25 gr 22,312,000 22,412,000 22,512,000
50 gr 44,545,000 44,745,000 44,945,000
100 gr 89,012,000 89,412,000 89,813,000
250 gr 222,265,000 223,265,000 224,265,000
500 gr 444,320,000 446,319,000 448,318,000
1000 gr 888,600,000 892,598,000 896,597,000

Harga emas Antam sangat terpengaruh pergerakan harga emas dunia yang di pekan ini kembali diprediksi naik, berdasarkan hasil survei mingguan Kitco.

Survei terhadap 14 analis di Wall Street menunjukkan sebanyak 11 orang atau 79% memberikan proyeksi bullish (tren naik), sisanya netral, tidak ada satu pun yang memberikan proyeksi bearish (tren turun).

Sementara survei yang dilakukan terhadap investor dan pelaku pasar lainnya atau yang dikenal dengan Main Street, dengan 862 partisipan menunjukkan 70% memberikan proyeksi bullish, 18% bearish, dan sisanya netral.

Artinya, mayoritas analis dan investor kompak melihat harga emas akan naik di pekan ini.

Semua hal yang terjadi di AS sepanjang pekan lalu memang mendukung kenaikan harga emas. Bank sentral AS (The Fed) dalam pengumuman kebijakan moneternya masih belum memberikan kejelasan kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.

Spekulasi tapering tidak akan dilakukan di tahun ini menguat setelah pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II-2021 dilaporkan sebesar tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.

Kemudian, inflasi berdasarkan berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) di bulan Juni dilaporkan melesat 3,5% (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,4% YoY, tetapi di bawah hasil polling Reuters sebesar 3,7%. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun Juli 1991.

Inflasi tersebut sudah tinggi, tetapi dengan lebih rendah dari polling, tentunya menguatkan pernyataan The Fed jika inflasi tinggi hanya bersifat sementara. Artinya, tekanan bagi The Fed untuk segera melakukan tapering mereda. Emas pun berpotensi berjaya.

Edward Moya, analis dari OANDA mengatakan emas perlu melewati US$ 1.838/troy ons terlebih dahulu untuk memicu penguatan lebih lanjut.

"Ketika kita melihat emas melewati US$ 1.838/troy ons, maka emas akan menuju US$ 1.850/US$. Selanjutnya ketika emas mengakhiri perdagangan harian di atas US$ 1.850, maka aksi beli teknikal akan semakin bertambah, dan kita tidak akan melihat banyak resisten hingga di US$ 1.860 sampai US$ 1.870/troy ons," kata Moya sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (30/7/20210)

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 30 Juli 2021

Dolar AS Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Rupiah Siap Juara Asia!

Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

Rifan FinancindoPengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) membuat dolar AS jeblok. Sebab, The Fed memberikan indikasi belum akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dalam waktu dekat.

Sayangnya, rupiah belum mampu memanfaatkan jebloknya indeks dolar AS untuk menguat tajam. Mata Uang Garuda hanya menguat 0,03% ke Rp 14.480/US$.

Namun, pada perdagangan Jumat (30/7/2021) peluang rupiah menguat tajam cukup besar, melihat indeks dolar AS yang makin terpuruk setelah rilis data pertumbuhan ekonomi Paman Sam yang mengecewakan.

Dolar AS ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, indeks dolar AS kemarin ambrol 0,5%, dan sudah merosot dalam 4 hari beruntun.

Rupiah bahkan berpeluang menjadi yang terbaik di Asia, jika sentimen pelaku pasar bagus hari ini, yang bisa dilihat dari pergerakan bursa saham. 

Departemen Perdagangan AS kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.

Data tersebut menguatkan ekspektasi The Fed tidak akan melakukan tapering dalam waktu dekat.

Meski demikian, penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia yang masih tinggi bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sebab rupiah menguat tipis-tipis dalam 2 hari terakhir.

Sejak akhir Juni lalu, rupiah membentuk pola Rectangle atau persegi panjang. Batas bawah pola tersebut berada di kisaran Rp 14.450/US$ sementara batas atas berada di kisaran Rp 14.550/US$. Kemarin rupiah sempat menyentuh batas bawah tersebut dan akhirnya berbalik melemah, yang menjadi indikasi support kuat.

Diperlukan penembusan salah satu batas tersebut untuk menentukan kemana arah rupiah selanjutnya.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Mata Uang Garuda saat ini sedikit diuntungkan dengan munculnya pola-pola candle stick. Pada Rabu (30/6/2021), rupiah membentuk pola Shooting Star, sehari setelahnya muncul pola Gravestone Doji. Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.

Level psikologis Rp 14.500/US$ menjadi resisten terdekat. Selama tertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.450/US$ yang merupakan batas bawah pola Rectangle. Jika mampu menembus level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.400/US$. Di pekan ini, jika mampu melewati level yang disebutkan terakhir, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.350/US$.

Sementara jika kembali ke atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.550/US$ yang merupakan batas atas pola Rectangle.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 29 Juli 2021

The Fed Tahan Suku Bunga, Optimis Ekonomi AS Makin Strong!

Federal Reserve Chair Jerome Powell removes his glasses as he listens to a question during a news conference after the Federal Open Market Committee meeting, Wednesday, Dec. 11, 2019, in Washington. The Federal Reserve is leaving its benchmark interest rate alone and signaling that it expects to keep low rates unchanged through next year. (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

 

PT Rifan - Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve System (Fed) menahan suku bunga acuan mendekati nol. Lembaga itu juga menyatakan jika ekonomi AS akan terus berkembang meskipun ada peningkatan kasus infeksi.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengakhiri pertemuan dengan mempertahankan suku bunga dalam kisaran target antara nol dan 0,25%. Bersamaan dengan itu, komite dengan suara bulat bahwa ekonomi Paman Sam akan terus "menguat".

Ketua Jerome Powell mengatakan The Fed sama sekali tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga. "Pendekatan kami di sini adalah setransparan mungkin. Kita belum mencapai kemajuan lebih lanjut yang substansial," katanya, dikutip dari CNBC International pada Rabu (28/7/2021).

"Kemajuan lebih lanjut yang substansial" merujuk pada inflasi dan lapangan kerja sebagai tolok ukur yang telah ditetapkan Fed sebelum akan memperketat kebijakan. Termasuk menghentikan pembelian obligasi bulanan dan akhirnya menaikkan suku bunga.

Pasar memperkirakan nol kemungkinan kenaikan suku bunga tahun 2021. Namun, FedWatch CME dan Reuters menyatakan kemungkinan naik di 2022 kini menjadi 62%.

Dengan kemungkinan The Fed menahan suku bunga setidaknya hingga akhir 2022, investor telah mencari petunjuk kapan pembelian obligasi bulanan mungkin mulai ditarik kembali. Bank sentral saat ini membeli setidaknya US$ 120 miliar per bulan dalam obligasi, dengan setidaknya US$ 80 miliar masuk ke Treasury dan US$ 40 miliar lainnya ke bagian sekuritas yang didukung hipotek. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 28 Juli 2021

Siap-siap! Kamis Besok akan Jadi "Big Day" bagi Emas Antam

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Rifan Financindo BerjangkaKamis besok (29/7) menjadi "big day" harga emas Antam berpeluang mengalami kenaikan atau penurunan tajam, sebab ada pengumuman kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed).

Pengumuman tersebut akan berdampak pada harga emas dunia, yang menjadi faktor utama pergerakan harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.

Jika besok kemungkinan terjadi pergerakan besar, pada hari ini Rabu (28/7/2021) harga emas Antam stagnan.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas dengan berat 1 gram dijual Rp 940.000/batang, sama dengan harga kemarin.

PT Antam menjual emas batangan mulai satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Tetapi harga jualnya belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.

Berat Harga Dasar Harga NPWP (+Pajak 0.45%) Harga Non NPWP (+Pajak 0.90%)
0.5 gr 520,000 522,000 524,000
1 gr 940,000 944,000 948,000
2 gr 1,820,000 1,828,000 1,836,000
3 gr 2,705,000 2,717,000 2,729,000
5 gr 4,475,000 4,495,000 4,515,000
10 gr 8,895,000 8,935,000 8,975,000
25 gr 22,112,000 22,211,000 22,311,000
50 gr 44,145,000 44,343,000 44,542,000
100 gr 88,212,000 88,608,000 89,005,000
250 gr 220,265,000 221,256,000 222,247,000
500 gr 440,320,000 442,301,000 444,282,000
1000 gr 880,600,000 884,562,000 888,525,000

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia yang tentunya berdampak pada harga emas dunia. Pelaku pasar akan melihat sinyal tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Jika The Fed memberikan sinyal tapering akan dilakukan dalam waktu dekat, maka harga emas dunia berisiko ambrol, dan menyeret harga emas Antam.

Sebaliknya, harga emas dunia berpeluang melesat tinggi dan diikuti emas Antam jika The Fed menyatakan tidak akan melakukan tapering dalam waktu dekat.

Tapering menjadi salah satu ancaman terbesar bagi emas dunia. Pernah terjadi pada tahun 2013 lalu, harga emas dunia terus menurun hingga tahun 2015.

Pendapatan para analis pun terbelah mengenai waktu tapering The Fed. Inflasi di AS sedang tinggi yang membuat analis memperkirakan The Fed akan segera melakukan tapering guna meredam laju inflasi.

Di sisi lain, penyebaran virus corona delta berisiko membuat perekonomian global melambat lagi, sehingga beberapa analis memperkirakan The Fed belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat.

Semua prediksi tersebut akan terjawab pada Kamis dini hari nanti, dan tentunya akan mempengaruhi harga emas Antam besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan