|
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) |
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah melemah
0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.040/US$ pada
perdagangan Selasa kemarin. Sentimen dari dalam negeri kurang bagus,
sebab kasus virus corona suda menembus 1 juta orang. Penambahan kasus
masih tetap tinggi meski pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam 2 pekan terakhir, dan masih
berlangsung hingga 8 Februari nanti.
Pada pekan kedua pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona
bertambah 81.333 orang. Rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang
per hari.
Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan pertama, di mana jumlah
pasien positif bertambah 79.903 orang. Rerata pasien positif bertambah
11.415 orang setiap harinya.
Selama dua pekan pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif bertambah
161.236 orang (rata-rata 11.517 orang per hari). Naik tajam dibandingkan
dua minggu sebelumnya yaitu 114.661 orang (rerata 8.190 orang per
hari).
Sementara itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan
mengumumkan kebijakan moneter di Kamis dini hari waktu Indonesia menjadi
pemicu kuatnya dolar AS.
Pengumuman tersebut sangat dinanti pelaku pasar, sebab saat ini
beredar "bisik-bisik" di pasar jika di akhir tahun ini ada kemungkinan
bank sentral paling powerful di dunia ini akan mengurangi nilai
program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini nilainya
sekitar US$ 120 miliar per bulan.
Pengurangan tersebut dikenal dengan istilah tapering. Sebelum saat ini, pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke juga mengeluarkan wacana tapering.
Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga
ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga
rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat
muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS
langsung mengamuk, "taper tantrum", rupiah pun jeblok.
Oleh karena itu, kemungkinan belum akan ada pergerakan besar rupiah pada perdagangan hari ini, Rabu (27/1/2021).
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di
atas Rp 14.000/US$ meski sempat dijebol pada Kamis (21/1/2021). Sehari
sebelumnya, rupiah membentuk pola Black Maubozu.
Rupiah kemarin membuka perdagangan di level Rp 14.050/US$, dan
mengakhiri perdagangan di Rp 14.020/US$, atau menguat 0,21%. Level
terlemah rupiah sama dengan level pembukaan, sementara level terkuat
sama dengan level penutupan, sehingga secara teknikal masih mengukir
pola Black Marubozu.
Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan
menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah
melawan rupiah.
Rupiah saat ini masih berada di bawah 14.050/US$, yang merupakan
level atas Black Marubozu, sehingga pola tersebut masih berpotensi
memicu penguatan rupiah.
Mata Uang Garuda juga masih di bawah rerata pergerakan (moving
average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan
terbuka cukup besar.
Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias
perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200).
Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan
200.
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian Foto: Refinitiv
|
Sementara itu, indikator stochastic bergerak mendatar dan cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold) atau pun jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama
tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.050/US$, sebelum
menuju Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di
pekan ini.
Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp
13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah
menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan