Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto |
Rifan Financindo - Harga minyak mentah pada perdagangan pagi hari ini (6/3/2019) masih berada di zona merah.
Hingga
pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak Mei melemah 0,77% e
posisi US$ 65,35/barel, setelah naik 0,29% kemarin (5/3/2019).
Sedangkan harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak April turun 0,90% ke level US$ 56,05/barel, setelah terkoreksi 0,05% pada perdagangan kemarin.
Selama
sepekan, harga minyak terkoreksi sekitar 1,6% secara point-to-point.
Sedangkan sejak awal tahun, harganya sudah naik sekitar 22%.
Kembali
beropreasinya sumur-sumur di ladang minyak Libya, El Sharara membuat
kekhawatiran banjir pasokan kembali merasuki pelaku pasar.
Seperti
yang telag diketahui, sejak bulan Desember 2018, ladang minyak terbesar
di Libya tersebut sempat ditutup akibat adanya sekelompok pemberontak
bersenjata yang melakukan penguasaan.
Namun tiga minggu lalu,
Tentara Nasional Libya dibawah komando Khalifa Haftar berhasil merebut
wilayah tersebut dan membuat keadaan kembali kondusif untuk aktifitas
eksploitasi.
Dengan begini, OPEC akan kembali menerima pasokan minyak Libya, yang biasanya menyumbang sebesar 315.000 barel/hari.
"ini
akan meningkatkan produksi minyak Libya, dan juga OPEC, sebesar lebih
dari 300.000 barel/hari," kata Commerzbank dalam sebuah laporan,
mengutip Reuters.
Selain itu, enam analis yang dihimpun Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS akan bertambah sebanyak 400.000 barel di minggu yang berakhir pada 1 Maret.
Akan
tetapi, aksi OPEC bersama Rusia dan sekutunya untuk mengurangi pasokan
miyak mentah masih terus memberi energi positif pada pergerakan harga.
Menteri
Energi Rusia, Alexander Novak pada hari Senin (4/3/2019) mengatakan
bahwa pemotongan pasokan minyak dari Negeri Beruang Merah akan mencapai
228.000 barel/hari, yang mana sesuai dengan kuota kesepakatan pada akhir
bulan Maret, mengutip Reuters.
Seperti yang diketahui, pada awal
Desember 2018 silam, OPEC bersama Rusia telah bersepakat untuk
memangkas produksi hingga 1,2 juta barel/hari. Arab Saudi kebagian jatah
terbesar, yaitu 322.000 barel/hari.
Sejauh ini, OPEC telah
beritikad baik yang ditunjukkan dengan telah memangkas produksi hingga
797.000 barel/hari pada bulan Januari, yang mana sudah hampir memenuhi
kuota. Meskipun dengan bantuan sanksi AS atas Iran dan insiden ladang
minyak Libya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar