PT Rifan Financindo - Harga emas dunia pada
perdagangan Selasa pagi kemarin (5/11/2019) terperosok lagi seiring
optimisme damai dagang Amerika Serikat (AS) - China. Harga emas
cenderung melemah dalam 2 kali periode perdagangan terakhir, tetapi
masih berada di atas level US$ 1.500/troy ounce (OZ).
Pada pukul
09.10 WIB, Selasa kemarin, harga emas di pasar spot diperdagangkan
melemah 0,17% ke level US$ 1.506,68/troy ons dibandingkan penutupan
perdagangan Senin, mengacu data Refinitiv.
Banyak pihak yang optimis bahwa kesepakatan dagang fase pertama
antara AS dan China yang telah berseteru lebih dari 16 bulan terakhir
akan segera terlaksana. Optimisme itu pun disampaikan juga oleh Menteri
Perdagangan AS, Wilbur Ross.
Di lain kesempatan Presiden AS
Donald Trump juga menyampaikan bahwa hubungan Washington dan Beijing
semakin membaik dan membuat kemajuan.
Ia juga menyampaikan ingin
menandatangani kesepakatan perjanjian dagang fase pertama ini. Untuk
urusan tempat bukan jadi masalah menurut Trump.
Harga emas juga
tertekan akibat menguatnya dolar AS. Indeks dolar yang menunjukkan
posisi mata uang tersebut di hadapan enam mata uang lain menguat ke
level tertingginya dalam sepekan terakhir.
Penguatan dolar
membuat harga emas yang sudah mahal jadi semakin mahal bagi pemegang
mata uang lainnya karena harga emas dibanderol dalam dolar. Akibatnya
kini harga emas jadi terkoreksi
Mengutip Reuters, harga emas diprediksi akan menyentuh titik support (batas bawah) di level US$ 1.505,4/troy ons hingga US$ 1.500/troy ons.
Bank of America Merrill Lynch (BoA) sempat memprediksi harga emas
dunia bakal menembus US$ 1.500 per troy ounce (oz) tahun ini dan US$
2.000/oz tahun depan, dengan dibayangi kekhawatiran terhadap resesi dan
perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Jika menyentuh level US$
2.000/oz, maka harga emas per garam berada pada kisaran Rp 903.000/gram.
Harga si kuning ini memang sempat beberapa kali menembus level
psikologis US$ 1.500/oz sejak awal Agustus 2019 dengan level
tertingginya US$ 1.552/oz. Dan kemarin, harga emas dunia yang diwakili
harga di pasar spot sudah kembali ke atas level psikologis US$ 1.500/oz,
sehingga bisa dibilang prediksi bank yang dipimpin Bryan Moynihan
tersebut akurat, separuhnya.
Satu dari dua prediksi tersebut sudah terbukti joss.
Namun, untuk berharap harga logam mulia tersebut dapat menembus US$
2.000/oz tahun depan, tampaknya masih harus menempuh waktu lebih lama
lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar