Selasa, 17 Juli 2018

Rupiah Dibuka Melemah Tipis ke Rp14.390 per Dolar AS | PT Rifan Financindo

Rupiah Dibuka Melemah Tipis ke Rp14.390 per Dolar AS 

Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah dibuka melemah 4 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp14.390 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (17/7). 

Sementara itu, sejumlah mata uang negara di kawasan Asia justru menguat. Mulai dari won Korea Selatan 0,1 persen, baht Thailand 0,05 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, dan renmimbi China 0,01 persen.
 
Sedangkan yen Jepang minus 0,13 persen, peso Filipina minus 0,09 persen, ringgit Malaysia minus 0,05 persen, dan dolar Singapura minus 0,04 persen. 
 
Sementara mata uang negara maju kompak lesu dari dolar AS. Dolar Australia melemah 0,13 persen, poundsterling Inggris minus 0,01 persen, franc Swiss minus 0,02 persen, dolar Kanada minus 0,02 persen, dan euro Eropa minus 0,05 persen. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,11 persen dari dolar AS.

Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka mengatakan pergerakan rupiah hari ini masih akan berfluktuasi dengan kecenderungan melemah. Sebab, sentimen surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 dipastikan segera mereda.

"Pasar akan wait and see menunggu data-data ekonomi selanjutnya, termasuk menanti testimoni dari The Fed," katanya kepada CNNIndonesia.com.
 
Baca Juga :
Sumber: CNN Indonesia
Akb – rifanfinancindo
 

Senin, 16 Juli 2018

Gerbang Pembayaran Nasional RI Ancam Payment Asing? | Rifanfinancindo

Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo

Rifanfinancindo - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution akhir pekan lalu menggelar rapat koordinasi terbatas tentang gerbang pembayaran nasional (GPN). GPN dibahas karena disebut masuk dalam evaluasi produk generalized system of preferences (GSP) yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS).

GSP adalah fasilitas atau hak istimewa yang diberikan kepada produk-produk ekspor dari seluruh negara ke AS dan sudah diterapkan sejak 1974. Setidaknya ada 112 negara merdeka dan 17 teritori yang mendapatkan hak istimewa dengan jumlah produk yang diberikan sekitar 5.000-an.

"Untuk mengevaluasi mereka punya daftar permintaan kita kok dihambat-hambat di Indonesia. Ada yang mengenai asuransi, national payment gateway (Gerbang Pembayaran Nasional/GPN), ada mengenai data processing center, ada mengenai intelectual property rights, pertanian. Nah tadi itu kita membahas 3 yang pertama itu untuk merumuskan kita tawarannya apa," kata Darmin.

Sebenarnya apa GPN itu?
GPN adalah sistem yang dibuat oleh Bank Indonesia (BI) untuk mendukung interkoneksi dan interoperabilitas sistem pembayaran nasional. Sudah lebih 20 tahun Indonesia mengkaji dan akhirnya diluncurkan akhir 2017 lalu.

GPN juga diharapkan bisa meningkatkan perlindungan konsumen antara lain melalui pengamanan data transaksi nasabah dalam setiap transaksi. Hal ini juga terkait dengan pemrosesan yang akan dilakukan dalam negeri, sehingga data nasabah tidak akan pergi keluar lalu kembali.

Sebab selama ini pemrosesan transaksi pembayaran menggunakan kartu baik debit atau kredit masih dilakukan di luar negeri.

Sekedar informasi sebelum menggunakan GPN Indonesia masih menggunakan sistem pembayaran milik asing seperti Visa, MasterCard, JCB, hingga UnionPay. Karena seluruhnya pemrosesan di dalam negeri, maka biaya-biaya yang sebelumnya dibebankan bisa dihemat karena Indonesia memiliki GPN sendiri.

BI menyebutkan, meskipun ada GPN nantinya Payment Gateway asing yang sudah ada akan berjalan beriringan dengan GPN.

Untuk mencapai sasaran tersebut Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.19/8/PBI/2017 tanggal 21 Juni 2017 dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/10/PADG/2017 tanggal 20 September 2017 tentang Gerbang Pembayaran Nasional.

Baca Juga :
Sumber: Detik
Akb – rifanfinancindo

Jumat, 13 Juli 2018

IHSG Berpotensi Berbalik Melemah pada Akhir Pekan | Rifan Financindo

IHSG Berpotensi Berbalik Melemah pada Akhir Pekan 






Rifan Financindo -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi sulit bertahan di zona hijau pada akhir pekan ini, Jumat (13/7), bila dilihat secara teknikal karena sudah mendekati level terkuat.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan mengatakan pergerakan IHSG saat ini sudah mendekati level terkuatnya, sehingga berpeluang berbalik melemah.

"Secara teknikal IHSG telah bergerak mendekati resistance kuat moving average 50 sehingga IHSG berpotensi kembali terkoreksi," terang Dennies dalam risetnya.
Memang, IHSG dalam tiga hari berturut-turut telah menguat mendekati level 6.000. Pada perdagangan kemarin saja, IHSG ditutup ke level 5.907.

Menurut Dennies, sentimen negatif dalam beberapa waktu tak hanya terlihat secara teknikal, melainkan isu perang dagang masih menyumbang dampak negatif bagi pergerakan indeks saham dalam negeri.

"Pergerakan IHSG masih dibayangi sentimen perang dagang yang kembali memanas," sambung Dennies.

Maka itu, Dennies belum melihat IHSG bisa kembali ke level 6.000 meski saat ini sudah berada di area sekitar 5.900. Menurutnya, IHSG hanya akan bergerak dalam level support 5.892-5.899 dan resistance 5.923-5.939.

Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada melihat sudah ada beberapa pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung (profit taking) merespons penguatan IHSG beberapa hari terakhir.

"Tetap waspadai sentimen-sentimen yang membuat IHSG melemah," ucap Reza melalui risetnya.

Sepanjang hari ini, Reza memproyeksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.873-5.884 dan resistance 5.915-5.926.

Adapun, pergerakan bursa saham Wall Street sejalan dengan IHSG kemarin. Terbukti, tiga indeks utamanya ditutup menguat tadi malam. Terinci, Dow Jones naik 0,91 persen, S&P500 naik 0,87 persen, dan Nasdaq Composite naik 1,39 persen.

Baca Juga :
Sumber: CNN Indonesia
Akb – rifanfinancindo
 

Kamis, 12 Juli 2018

Harga Minyak Tersungkur Tensi AS-China yang Memanas | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Tersungkur Tensi AS-China yang Memanas 
PT Rifan Financindo -- Harga minyak mentah berjangka Brent mengalami kejatuhan terbesar sejak dua tahun terakhir hanya dalam kurun sehari pada perdagangan Rabu (11/7), waktu Amerika Serikat (AS).

Pelemahan dipicu oleh memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China yang mulai mengancam permintaan minyak mentah. Selain itu, rencana Libya untuk membuka kembali pelabuhannya menimbulkan ekspektasi terhadap pertumbuhan pasokan.

Dilansir dari Reuters, Kamis (12/7), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok sebesar US$5,46 atau 6,9 persen menjadi US$73,40 per barel. Secara persentase, penurunan Brent dalam sehari tersebut merupakan yang terbesar sejak 9 Februari 2016.


Penurunan harga juga dialami oleh harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$3,73 atau lima persen menjadi US$70,38 per barel.

Aksi jual terjadi di pasar terjadi di awal perdagangan setelah Perusahaan Minyak Nasional (NOC), Libya menyatakan akan membuka kembali pelabuhan yang telah ditutup sejak akhir Juni lalu.

"Pokok berita dari Libya menjadi pemicu (penurunan harga) utamanya," ujar Wakil Presiden MObius Risk Group John Saucer.

Aksi jual semakin marak setelah muncul pemberitaan bahwa ketersediaan minyak mentah AS gagal membalikkan sentimen pasar.

Tekanan jual semakin tinggi, seiring tensi perdagangan AS dan China yang menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak global. Cakupan pengenaan tarif impor terhadap US$200 juta produk China menekan harga komoditas sekaligus indeks pasar saham.

"Meningkatnya tensi perdagangan antara AS dan China telah menyulut upaya untuk menghindari risiko pada sesi perdagangan hari ini yang terlihat dari harga minyak," ujar Analis Energi Senior Interfax Energy Abhishek Kumar.

Tekanan terhadap harga minyak mentah juga berasal dari penguatan kurs dolar AS yang didorong oleh laporan inflasi AS mumpuni.

Kondisi tingkat inflasi AS memberikan prospek kenaikan suku bunga AS lebih dari dua kali lagi tahun ini. Penguatan dolar AS bisa melemahkan harga komoditas yang diperdagangkan dengan dolar AS, seperti minyak mentah.

"Jika tarif impor mulai dikenakan maka akan ada dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan," ujar Kepala Strategi Pasar CMC Markets Michael McCarthy.

Sebagai catatan, China merupakan salah satu pembeli utama minyah mentah AS. Diperkirakan, jika tensi perdagangan terus memanas maka minyak mentah AS akan terkena imbas negatif.

Di Libya, NOC menyatakan empat terminal ekspor telah beroperasi kembali setelah kelompok timur menyerahkan kembali pelabuhan. Hal itu mengakhiri berhentinya sebagian besar produksi minyak Libya.

Penutupan pelabuhan pada akhir Juni lalu telah menekan produksi minyak Libya ke level 527 ribu barel per hari (bph) dari sebelumnya 1,28 juta bph pada Februari lalu.

Pemberitaan dari Libya telah meredakan kekhawatiran terhadap terpakainya kapasitas cadangan minyak dunia. Sentimen terhadap kapasitas cadangan dunia telah mendorong reli kenaikan harga minyak.

Sementara itu, prospek pengenaan sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah produsen kelima terbesar Iran telah mendongkrak harga minyak selama beberapa minggu terakhir, mendekati level tertingginya dalam tiga setengah tahun terakhir.

Selasa (10/7) lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan bakal mempertimbangkan permintaan beberapa negara untuk diberikan pengecualian dari sanksi yang menghalangi ekspor minyak Iran tersebut.

Sebelumnya, pemerintah AS menyatakan bahwa seluruh negara di dunia harus menghentikan impor minyak dari Iran mulai 4 November 2018 atau berhadapan dengan pembatasan di sektor keuangan AS.

Di AS, pasar mengacuhkan sentimen pendorong harga dari data persediaan minyak mentah AS yang menurun hampir 13 juta barel pada pekan lalu, penurunan terbesar sejak hamir dua tahun terakhir.

Pasokan minyak ke AS juga merosot akibat gangguan pasokan dari Kanada.

"Walaupun ada penurunan persediaan minyak yang sangat besar, pasar berada d bawah tekanan setelah pemilik kilang memproduksi bensin dalam jumlah besar pekan ini dan bersamaan dengan ekspektasi persediaan minyak distilasi," ujar Presiden Lipow Associate Andrew Lipow di Houston.

Baca Juga :
Sumber: CNN Indonesia
Akb – rifanfinancindo
 

Rabu, 11 Juli 2018

Mengekor Bursa Regional, IHSG Dibuka di Zona Merah | Rifanfinancindo

Foto: Rachman Haryanto

Rifanfinancindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka merah. IHSG melemah ke level 5.842,990.

Sementara nilai tukar dolar terhadap rupiah pada pagi ini ada di angka Rp 14.375. Rupiah bergerak di level Rp 14.365 hingga Rp 14.375.

Pada pra pembukaan, IHSG melemah 38,770 poin (0,66%) ke 5.842,990. Indeks LQ45 juga memerah, turun 9,817 poin (1,06%) ke 919,233.

Membuka perdagangan Rabu (11/7/2018), IHSG turun 38,770 poin (0,66%) ke 5.842,990. Indeks LQ45 juga turun 9,817 poin (1,06%) ke 919,233.

Pada pukul 09.03 waktu JATS, IHSG lanjutkan pelemahan sebanyak 55,574 poin (0,92%) ke 5.826,468. Indeks LQ45 turun 13,962 poin (1,55%) ke 919,347.
Sementara itu, indeks utama bursa AS kompak ditutup dalam teritori positif pada perdagangan kemarin (10/07). Indeks Dow Jones berakhir menguat sebesar 0.58% ke level 24.919, S&P terangkat sebesar 0.35% ke level 2793 dan Nasdaq kembali naik sebesar 0.04% ke level 7759.

Penguatan indeks terjadi seiring dengan optimisme pelaku pasar atas pertumbuhan ekonomi global yang dirasa mampu menahan ketegangan perang dagang antara AS dan China. Adapun pada kuartal kedua tahun ini, laporan pendapatan bagi perusahaan AS hampir di semua sektor diperkirakan mampu memberikan pertumbuhan lebih dari 20% hal ini terdorong dari adanya pemotongan pajak.

Sementara bursa regional juga mayoritas bergerak di zona merah pagi ini. Berikut pergerakan bursa Asia pagi ini:

Indeks saham Nikkei turun 343,771 poin (1,55%) ke 21.849,051.

Indeks komposit Shanghai turun 49,410 poin (1,75%) ke 2.778,180.

Indeks Strait Times turun 44,120 poin (1,35%) ke 3.230,580.

Indeks Hang Seng turun 478,729 poin (1,61%) ke 28.129,369.


Baca Juga :
Sumber: Detik
Akb – rifanfinancindo