PT Rifan Financindo - China Bantah Ingin Damai ke AS: PT Rifan Financindo - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan China ingin bernegosiasi dan membuat kesepakatan perdagangan dengan negaranya.
Selasa, 27 Agustus 2019
Senin, 26 Agustus 2019
Rifan Financindo - Investor Pilih Emas, Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI dan Spot
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) |
Rifanfinancindo - Nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank
Indonesia (BI). Rupiah pun kesulitan meladeni dolar AS di perdagangan
pasar spot.
Pada Senin (26/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.261. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara di pasar spot, depresiasi rupiah malah lebih parah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.250 di mana rupiah melemah 0,28%.
Namun tidak apa-apa, karena hampir seluruh mata uang utama Asia pun melemah di hadapan greenback. Bahkan yen Jepang yang perkasa pun terkulai lemas.
Pada Senin (26/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.261. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara di pasar spot, depresiasi rupiah malah lebih parah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.250 di mana rupiah melemah 0,28%.
Namun tidak apa-apa, karena hampir seluruh mata uang utama Asia pun melemah di hadapan greenback. Bahkan yen Jepang yang perkasa pun terkulai lemas.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:05 WIB:
Jumat, 23 Agustus 2019
Rifan Financindo - Tunggu Arah Kebijakan The Fed, Harga Minyak Naik Perlahan
Foto: Aristya Rahadian Krisabella |
Rifan Financindo - Pergerakan harga minyak
mentah dunia masih terbatas dengan kecenderungan menguat. Pelaku pasar
masih menantikan gambaran yang jelas dari kebijakan moneter Bank Sentral
Amerika Serikat (AS), The Fed. Gubernur The Fed, Jerome Powell
dijadwalkan untuk berpidato dalam simposium Jackson Hole malam hari
nanti.
Pada sesi perdagangan hari Jumat (23/8/2019) pukul 09:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober menguat 0,2% ke level US$ 60,04/barel. Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) naik 0,1% menjadi US$ 55,41/barel.
Sebagaimana yang telah diketahui, simposium Jackson Hole telah berlangsung sejak hari Kamis (22/8/2019) kemarin. Simposium ini diselenggarakan oleh The Fed dengan mengundang pihak-pihak terkait seperti ekonomi dan perbankan. Pembahasan dalam pertemuan ini adalah seputar perekonomian, dan isu resesi yang masih hangat di kalangan pelaku pasar.
Powell akan membacakan pidato pada hari Jumat (23/8/2019) pagi waktu setempat atau malam hari waktu Indonesia. Pelaku pasar akan mencermati setiap nada-nada yang keluar dari mulut Powell.
Harapannya, ada nada-nada yang semakin dovish sehingga peluang untuk pemangkasan suku bunga acuan (Federal Fund Rate/FFR) yang agresif semakin tinggi.
Karena bila hal itu terjadi, laju pertumbuhan ekonomi bisa digenjot lebih tinggi lagi. Jika perekonomian AS tumbuh lebih pesat, maka seluruh dunia juga akan merasakan dampaknya. Sebeb saat ini Negeri Paman Sam merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan terhubung dengan rantai pasokan global yang kompleks.
Permintaan energi seringkali bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi global. Kala pertumbuhan ekonomi bisa dipacu, artinya permintaan energi, yang salah satunya berasal dari minyak, juga bisa bertambah.
Peningkatan pemrintaan tentu menjadi berita baik di pasar minyak mentah dunia karena harganya jadi punya potensi meningkat.
Sementara itu harga minyak juga masih mendapat tekanan dari pemangkasan proyeksi pertumbuhan permintaan global yang dilakukan oleh International Energy Agency (IEA) dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Pada awal Agustus, IEA memprediksi pertubuhan permintaan minyak dunia di tahun 2019 akan tertekan ke level terendah sejak krisis keuangan 2008. IEA memangkas prediksi pertumbuhan permintaan minyak dunia menjadi tinggal 1,1 juta barel/hari di 2019 dan 1,3 juta barel/hari di tahun 2020.
Sementara pada hari Jumat (16/8/2019), OPEC kembali memangkas prediksi permintaan minyak global tahun 2019 sebesar 40.000 barel/hari dan memberi sinyal terjadinya surplus pasokan di tahun 2020.
Permintaan minyak dunia versi OPEC sebesar 29,41 juta barel/hari pada tahun 2020, yang mana turun 1,3 juta barel dari tahun 2019.
Jika produksi minyak OPEC tetap ditahan pada level yang sekarang, pada tahun 2020, akan terjadi surplus minyak sebesar 200.000 barel/hari, seperti yang tertulis dalam laporan bulanan OPEC.
Adanya sentimen penurunan permintaan membuat laju kenaikan harga minyak menjadi terbatas. (taa/taa)
Pada sesi perdagangan hari Jumat (23/8/2019) pukul 09:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober menguat 0,2% ke level US$ 60,04/barel. Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) naik 0,1% menjadi US$ 55,41/barel.
Sebagaimana yang telah diketahui, simposium Jackson Hole telah berlangsung sejak hari Kamis (22/8/2019) kemarin. Simposium ini diselenggarakan oleh The Fed dengan mengundang pihak-pihak terkait seperti ekonomi dan perbankan. Pembahasan dalam pertemuan ini adalah seputar perekonomian, dan isu resesi yang masih hangat di kalangan pelaku pasar.
Powell akan membacakan pidato pada hari Jumat (23/8/2019) pagi waktu setempat atau malam hari waktu Indonesia. Pelaku pasar akan mencermati setiap nada-nada yang keluar dari mulut Powell.
Harapannya, ada nada-nada yang semakin dovish sehingga peluang untuk pemangkasan suku bunga acuan (Federal Fund Rate/FFR) yang agresif semakin tinggi.
Karena bila hal itu terjadi, laju pertumbuhan ekonomi bisa digenjot lebih tinggi lagi. Jika perekonomian AS tumbuh lebih pesat, maka seluruh dunia juga akan merasakan dampaknya. Sebeb saat ini Negeri Paman Sam merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan terhubung dengan rantai pasokan global yang kompleks.
Permintaan energi seringkali bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi global. Kala pertumbuhan ekonomi bisa dipacu, artinya permintaan energi, yang salah satunya berasal dari minyak, juga bisa bertambah.
Peningkatan pemrintaan tentu menjadi berita baik di pasar minyak mentah dunia karena harganya jadi punya potensi meningkat.
Sementara itu harga minyak juga masih mendapat tekanan dari pemangkasan proyeksi pertumbuhan permintaan global yang dilakukan oleh International Energy Agency (IEA) dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Pada awal Agustus, IEA memprediksi pertubuhan permintaan minyak dunia di tahun 2019 akan tertekan ke level terendah sejak krisis keuangan 2008. IEA memangkas prediksi pertumbuhan permintaan minyak dunia menjadi tinggal 1,1 juta barel/hari di 2019 dan 1,3 juta barel/hari di tahun 2020.
Sementara pada hari Jumat (16/8/2019), OPEC kembali memangkas prediksi permintaan minyak global tahun 2019 sebesar 40.000 barel/hari dan memberi sinyal terjadinya surplus pasokan di tahun 2020.
Permintaan minyak dunia versi OPEC sebesar 29,41 juta barel/hari pada tahun 2020, yang mana turun 1,3 juta barel dari tahun 2019.
Jika produksi minyak OPEC tetap ditahan pada level yang sekarang, pada tahun 2020, akan terjadi surplus minyak sebesar 200.000 barel/hari, seperti yang tertulis dalam laporan bulanan OPEC.
Adanya sentimen penurunan permintaan membuat laju kenaikan harga minyak menjadi terbatas. (taa/taa)
Sumber : CNBC
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo
Kamis, 22 Agustus 2019
PT Rifan Financindo - Trump Kembali Serang The Fed, Ungkap Bunga 0% di Jerman
Foto: Infografis/Happy Birthday Donald Trump, Ini Kekayaan Presiden As ke 45/Arie Pratama |
PT Rifan Financindo - Serial tweet Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus berlanjut. Kali ini, Trump kembali menyerang The Federal Reserves (Fed).
Dalam cuitannya, Trump dengan menggunakan huruf kapital menuliskan "KEMANA FEDERAL RESERVE?". Sepertinya Trump ingin mendesak lembaga yang dipimpin Jerome Powell tersebut untuk segera memangkas suku bunga.
"Jerman saat ini menerapkan suku bunga nol, dan bahkan mungkin orang diberi uang saat meminjam uang. Sementara AS, yang kondisinya lebih kuat, masih membayar bunga. Hentikan pengetatan (moneter). Dolar AS menjadi sangat kuat, sulit untuk mengekspor. Padahal tidak ada inflasi!," tulisnya Rabu (21/8/2019).
Dalam cuitannya, Trump dengan menggunakan huruf kapital menuliskan "KEMANA FEDERAL RESERVE?". Sepertinya Trump ingin mendesak lembaga yang dipimpin Jerome Powell tersebut untuk segera memangkas suku bunga.
"Jerman saat ini menerapkan suku bunga nol, dan bahkan mungkin orang diberi uang saat meminjam uang. Sementara AS, yang kondisinya lebih kuat, masih membayar bunga. Hentikan pengetatan (moneter). Dolar AS menjadi sangat kuat, sulit untuk mengekspor. Padahal tidak ada inflasi!," tulisnya Rabu (21/8/2019).
Sebelumnya di awal pekan Trump meminta Fed memangkas suku bunga
hingga 100%. Namun berdasarkan data, sebenarnya suku bunga Jerman berada
di kisaran 2%. Meski demikian suku bunga Bank Sentral Eropa yang berada
di kisaran -0,4%.
Pada Rabu, Fed kembali melakukan pertemuan untuk membahas soal stimulus untuk perekonomian AS. Perpecahan terjadi diantara pejabat bank sentral meski Powell menginginkan penurunan suku bunga satu tingkat dari bulan lalu.
Konsesus menunjukan komite bank sentral terbagi dalam dua pandangan. Beberapa orang menginginkan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Tapi beberapa pejabat lain menginginkan suku bunga tetap. (sef/sef)
Rabu, 21 Agustus 2019
Rifanfinancindo - Wall Street Merah, Bursa Asia Dibuka Loyo
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko) |
Rifanfinancindo - Bursa Tokyo dibuka melemah
pada pembukaan Rabu (21/8/2019) seiring dengan melemahnya Wall Street
pada penutupan Selasa. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan
China serta krisis politik di Itali menimbulkan kekhawatiran tersendiri
bagi investor.
Indeks Nikei 225 dibuka melemah 0,91% atau 187,25 poin di level 20.489.,97. Sementara Indeks Topix dibuka jatuh 0,98% atau sekitar 14,82 poin ke level 1.491,95.
Kepala Startegis Okasan Online Securities menuturkan faktor global sangat mempengaruhi perdagangan. "Ada kurangnya insentif perdagangan secara lokal, sehingga saham cenderung dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar Jepang," katanya sebagaimana dilansir CNBC Indonesia dari AFP.
Indeks Nikei 225 dibuka melemah 0,91% atau 187,25 poin di level 20.489.,97. Sementara Indeks Topix dibuka jatuh 0,98% atau sekitar 14,82 poin ke level 1.491,95.
Kepala Startegis Okasan Online Securities menuturkan faktor global sangat mempengaruhi perdagangan. "Ada kurangnya insentif perdagangan secara lokal, sehingga saham cenderung dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar Jepang," katanya sebagaimana dilansir CNBC Indonesia dari AFP.
Sebelumnya, Wall Street ditutup melemah pada penutupan Selasa
(20/08/2019) waktu setempat. Pelemahan ini menghentikan kenaikan
beruntun selama tiga sesi, di tengah-tengah kegelisahan atas pertumbuhan
global dan perang perdagangan AS-Cina.
Penurunan tersebut dipicu setelah Trump mengatakan dia tidak siap untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan Cina. Saham bertengger di zona merah hampir sepanjang hari.
Dow Jones Industrial Average melemah 0,7% ke level 25.962,44. Indeks S&P 500 turun 0,8% dan ditutup pada level 2.900,51. Sementara Indeks Komposit Nasdaq merosot sebesar 0,7% ke level 7.948,56. (sef/sef)
Sumber : CNBC
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo
Langganan:
Postingan (Atom)