|
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder) |
Rifanfinancindo - Harga emas dunia pekan ini
tampaknya akan mulai terkonsolidasi dengan harapan Bank Sentral Amerika
Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga
acuan. Jika itu terjadi bukan tidak mungkin harga emas mulai pasang
ancang-ancang naik.
Salah seorang investor veteran di Wall
Street, Mark Mobius, beberapa kali menyampaikan hal tersebut. Era suku
bunga rendah akan membuat banyak investor mengalihkan dana dengan
membeli emas.
"Emas fisik adalah sebuah pilihan, menurut saya,
kerena peningkatan luar biasa dalam jumlah uang yang beredar," kata
Mobius, mitra pendiri Mobius Capital Partners.
"Semua bank sentral mencoba menurunkan suku bunga, mereka memompa
uang ke dalam sistem (keuangan). Kemudian, Anda memiliki semua
cryptocurrency yang masuk, jadi tidak ada yang benar-benar tahu berapa
banyak mata uang di sana," tambahnya.
Pernyataan tersebut
buka pepesan kosong. Pasalnya, kebijakan suku bunga rendah merupakan
respons atas situasi ekonomi kurang baik, bahkan diramalkan ekonomi
global akan mengalami resesi.
Presiden AS Donald Trump beberapa
kali berteriak melalui akun twitternya, menyerukan agar The Fed
mengambil langkah konkret memotong suku bunga. Bila perlu suku bunga
acuan dibuat negatif, agar perbankan menyalurkan kredit untuk membantu
sektor riil lebih ekspansi dan ekonomi AS bergerak lagi.
Bank
Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) sudah terlebih dahulu
melakukan hal tersebut pada hari Kamis pekan lalu dengan memangkas suku
bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi
-0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku
bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Selain
memangkas suku bunga, bank sentral pimpinan Mario Draghi ini juga
mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat
berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya
sudah dihentikan pada akhir tahun lalu.
Program pembelian aset
kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per
bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa
batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk
memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Paket kebijakan
ECB tersebut likuiditas di pasar berpotensi melimpah. Pasar saham dalam
kondisi ekonomi sulit seperti sekarang ini tentu menjadi kurang menarik
karena bisa dipastikan kinerja perusahaan yang tercatat di bursa akan
mengalami tekanan.
Demikan pula pasar obligasi, sudah jadi hukumnya jika bunga acuan rendah maka yield obligasi akan ikut menyusut.
Artinya,
dalam situasi seperti ini tak ada banyak pilihan tempat berinvestasi.
Emas akan menjadi pilihan yang paling menarik bagi pemodal dunia.
Artinya
pengumuman dari The Fed menjadi hal penting untuk menentukan arah
pergerakan emas. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku
pasar melihat ada probabilitas sebesar 79,6% suku bunga akan dipangkas
25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.
Emas Investasi Aman untuk Semua Tipe Investor
Pemangkasan suku bunga tersebut kemungkinan besar akan terjadi, tapi
yang paling menjadi perhatian adalah panduan kebijakan The Fed. Jika The
Fed mengindikasikan akan agresif memangkas suku bunga, emas berpotensi
kembali menguat dan akan bersinar di bulan September.
Namun, jika
The Fed mengindikasikan tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga,
September kelabu bagi emas akan terulang kembali.
Dalam dua pekan
terakhir, harga emas mengalami tekanan karena ada sentimen positif dari
hubungan dangan AS dengan China. Dua negara kekuatan ekonomi terbesar
di dunia ini akhirnya bersepakat untuk kembali ke meja perundingan
membahas masalah tarif impor yang sempat menyulut terjadi perang dagang.
Pada akhir perdagangan pekan lalu, harga emas melemah sudah
turun ke level US$ 1.488,45/troy ons. Padahal harga emas sempat reli dan
menyentuh level tertinggi dalam 6 tahun terakhir ke US$ 1.556/troy
ounce.
Pada 6 September 2011, sebenarnya harga emas sejak
mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,30/troy ons. Namun
setelah mencapai harga tertinggi tersebut harga emas anjlok hampir 11%.
Di
pekan ini, pelaku pasar keuangan berharap damai dagang antara Amerika
Serikat (AS) dengan China semakin menunjukkan kemajuan. Tentu ini
menjadi sentimen yang kurang baik untuk emas.
Kabar terakhir
menyebutkan, pemerintah Tiongkok pada hari Rabu menghapus pengenaan bea
masuk untuk importasi 734 produk AS di antaranya daging sapi, daging
babi, kedelai, dan tembaga.
Presiden AS Donald Trump memuji langkah ini. Menurut Trump, Beijing sudah melakukan langkah besar.
"Mereka
(China) pernah membuat sejumlah kebijakan yang cukup baik. Saya rasa
ini gestur yang baik. Namun yang sekarang adalah langkah besar," kata
Trump, seperti diwartakan Reuters.
Tebaru pada Kamis (12/9/2019)
waktu AS, Presiden Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin
menandatangani perjanjian penuh dengan Beijing, namun dia membuka opsi
untuk mencapai kesepakatan sementara.
"Bayak orang
membicarakannya, saya melihat banyak analis mengatakan kesepakatan
sementara - artinya kita akan mendahulukan yang mudah dulu. Tetapi tidak
ada yang mudah atau sulit. Ada kesepakatan atau tidak ada kesepakatan.
Tapi itu sesuatu (opsi) yang akan kita pertimbangkan, kurasa," ujar
Trump seperti dikutip CNBC International.
Tentunya jangan lupa,
jika anda pemodal domestik ingin berinvesatasi emas, bisa melirik Emas
Antam yang pekan lalu terkoreksi Rp 5.000/gram.
|
Foto: Infografis/ Pergerakan Emas Sepekan 09-13 September 2019/Aristya Rahadian Krisabella |
|
(hps/hps)