Senin, 13 Januari 2020

Rupiah Kian Tak Terbendung, 3 Dolar Dibuat Babak Belur

Rupiah Kian Tak Terbendung, 3 Dolar Dibuat Babak Belur
Foto: detik.com
PT RifanRupiah kembali unjuk keperkasaan pada perdagangan Senin (13/1/2020), penguatannya kian tak terbendung melawan tiga dolar sekaligus.

Melawan dolar Amerika Serikat (AS), pada pukul 9:00 WIB, rupiah menguat 0,47% ke level Rp 13.690/US$, dan berada di level terkuat sejak Februari 2018. Dolar AS benar-benar dibuat babak belur, sebelum hari ini Sang Garuda sudah menguat 6 pekan beruntun. Pada periode tersebut, rupiah membukukan penguatan 2,45%.

Dolar Singapura juga kembali menjadi korban rupiah, hanya satu jam setelah pasar dalam negeri dibuka, dolar Singapura langsung melemah 0,31% ke level Rp 10.165,47/SG$, posisi tersebut merupakan yang terlemah dalam tiga bulan terakhir.

Di waktu yang sama, dolar Australia juga tertekan 0,21% di level Rp 9.468,07/AU$, yang merupakan level terlemah sejak Februari 2016, nyaris empat tahun terakhir.

Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah terus mendapat suntikan tenaga untuk menguat. Jika pekan lalu meredanya risiko perang antara AS vs Iran yang menaikkan minat terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar, di pekan ini berakhirnya perang dagang AS vs China yang menjadi headline utama.

Rabu (15/1/2020) AS dan China rencananya akan menandatangani kesepakatan dagang fase I. Seluruh dunia menanti hal tersebut, perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung sejak pertengahan 2018 akhirnya selesai, atau setidaknya risiko tereskalasi kembali mengecil.

Perang dagang kedua negara telah membuat perekonomian global melambat. Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) pada pertengahan Oktober lalu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% di tahun 2019, dibandingkan proyeksi yang diberikan pada bulan Juli sebesar 3,2%. Proyeksi tersebut merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir.

Dalam kesepakatan dagang fase I, Presiden Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Ketika perang dagang AS-China tidak lagi tereskalasi, laju pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan lebih terakselerasi. Dalam kondisi tersebut sentimen pelaku pasar akan membuncah, dan masuk ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, rupiah pun perkasa kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Jumat, 10 Januari 2020

Lama Tak Dapat "Panggung", BoE Bikin Poundsterling Merosot

Lama Tak Dapat
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)
PT Rifan Financindo BerjangkaBank sentral Inggris (Bank of England/BoE) tidak mendapat "panggung" di pasar finansial global. Di saat bank sentral utama dunia lain menjadi perhatian pelaku pasar dengan pelonggaran kebijakan moneter.

BoE lebih dari satu tahun tidak merubah kebijakannya, bahkan panduan kebijakan moneter juga tidak ada perubahan yang signifikan.

Namun tahun ini, BoE berpeluang mendapat "panggung" lebih banyak mengingat Inggris akan keluar dari Uni Eropa (Brexit), kemungkinan besar 31 Januari nanti, dengan masa transisi hingga akhir 2020.

Respon ekonomi Inggris terhadap setelah keluar dari Uni Eropa akan mempengaruhi kebijakan BoE. Gubernur BoE, Mark Carney, yang berbicara perdana di tahun ini dalam forum resmi mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.

Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney mengatakan akan ada "respon yang cepat" dari BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus.

Pernyataan Carney tersebut memberikan sinyal BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian. Dampaknya, poundsterling langsung melemah melawan dolar AS. Pada pukul 18:38 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,3017, merosot 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pada bulan Desember dan November lalu terjadinya perbendaan pendapat antar anggota Komite Kebijakan Moneter BoE. Dua dari Sembilan anggota komite meminta suku bunga untuk diturunkan, sementara sisanya termasuk juga Carney memilih tetap mempertahankan suku bunga.

Setelah pernyataan Carney hari ini, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti, persentase tersebut naik dua kali lipat dibandingkan awal pekan lalu. Sementara, probabilitas pemangkasan di bulan Juni sudah lebih dari 50%, sebagaimana dilansir Reuters.

Perekonomian Inggris mengalami pelambatan di semester II 2019, meski ekonominya berhasil tumbuh 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) di kuartal III-2019, dari kuartal sebelumnya yang berkontraksi 0,2%. Inggris pun lepas dari resesi.

Namun jika dilihat secara tahun atau year-on-year (YoY) pertumbuhan di kuartal III-2019 tumbuhan 1,1% menyamai pertumbuhan kuartal I-2018, dan menjadi yang terendah sejak kuartal I-2013.

Beberapa indikator ekonomi juga menunjukkan tren penurunan. Inflasi Inggris di bulan November berada di level 1,5% YoY, menjadi yang terendah dalam dua tahun terakhir. Sementara itu, aktivitas sektor manufaktur sudah berkontraksi dalam delapan bulan berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Kamis, 09 Januari 2020

Pidato Trump soal Iran Bikin Harga Emas Sempat Anjlok

Pidato Trump soal Iran Bikin Harga Emas Sempat Anjlok
Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)
PT Rifan Financindo - Setelah Rabu kemarin ditutup anjlok, kini harga emas bergerak naik kembali tak mencatatkan kenaikan tinggi seperti sebelum-sebelumnya. Pasar saat ini masih diliputi dengan hawa panas antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran.

Kamis (9/1/2020) harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.559,99/troy ons naik tipis 0,28% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Logam mulia ini kemarin dihargai di level US$ 1.555,71/troy ons atau terkoreksi 1,15% dibanding harga penutupan sehari sebelumnya.

Harga emas sempat turun ketika Trump menegaskan tidak akan menyerang balik Iran setelah pangkalan militer gabungan di Al Asad Irak dihujani belasan rudal oleh Iran. Kondisi sempat memanas memang kala itu.


Pidato Trump Soal Iran Bikin Harga Emas Sempat Anjlok 
Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)


Iran berbalik menyerang sebagai bagian dari aksi balas dendam akibat terbunuhnya pimpinan militer Quds Force Qassem Soleimani. Iran juga mengatakan hal tersebut merupakan tamparan untuk AS.

Dalam serangan tersebut Iran mengklaim ada 80 tentara AS yang tewas. Namun hal tersebut dibantah oleh Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya.

"Tidak ada warga AS yang terluka dalam serangan rudal Iran." begitu kata presiden ke-45 AS itu di Gedung Putih melansir AFP.

Selanjutnya Trump akan mengenakan sanksi ekonomi untuk Iran. Walau tak disampaikan secara detail, tetapi Trump menegaskan sanksi tersebut akan berlaku sampai Iran mengubah pikirannya terutama soal pengembangan nuklir.

"Iran harus meninggalkan ambisi nuklirnya dan mengakhiri dukungannya untuk terorisme." Ujar Trump.

Kabar terbaru menyebutkan bahwa zona hijau di Irak kembali diserang roket. Setidaknya ada dua roket Katyusha yang mendarat di wilayah internasional yang dipimpin oleh AS. Menurut militer Irak tak ada kerusakan yang berarti di wilayah itu. Juru bicara militer AS Kol. Myles B. Caggins III juga menegaskan hal ini.

"Koalisi militer mengkonfirmasi roket kecil menyerang sekitar zona internasional di Baghdad," katanya dari akun twitter @OIRSpox.

Mengutip AFP, serangan terjadi 24 jam setelah Iran meluncurkan rudal balisitik ke pangkalan militer gabungan AS-Irak di Ayn Al -Asad.

Walau pidato Trump membuat ketegangan agak mereda. Namun hawa panas masih terasa, harga emas masih berada di posisi yang tinggi saat ini. Konflik sudah bergulir. Tak ada yang tahu bagaimana skenario akhir dari kisruh ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 08 Januari 2020

Iran Punya 13 Skenario Balas Dendam, Emas Menguat Lagi

Iran Punya 13 Skenario Balas Dendam, Emas Menguat Lagi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Rifan FinancindoHarga emas dunia menguat di perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Selasa (7/1/2020) setelah mengalami pelemahan di sesi Asia.

Pada Senin kemarin, emas sempat melesat lebih dari 2% ke US$ 1582,59/troy ons, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2013. Seiring berjalannya waktu, penguatan tersebut terpangkas hingga tersisa 0,93% dan mengakhiri perdagangan awal pekan di level US$ 1.565,85/troy ons.

Jika dilihat dalam tiga hari perdagangan di tahun ini, emas sudah mencatat kenaikan lebih dari 3%. Dan jika dilihat lebih ke belakang lagi, atau sejak 23 Desember, ketika tren kenaikan dimulai, emas sudah melesat nyaris 6%.

Dengan kenaikan tajam dalam waktu singkat, tentunya emas rentan diterpa aksi ambil untung (profit taking) jika tidak ada sentimen tambahan pendongkrak kenaikan harga emas. Kenaikan tinggi bisa memicu koreksi dalam, dan koreksi akibat profit taking tersebut sudah mulai terjadi pada pagi tadi, dan emas sempat melemah 0,69% ke US$ 1.555/troy ons.

Kenaikan harga emas di awal tahun ini dipicu oleh risiko terjadinya perang antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran yang membuat permintaan emas sebagai aset aman (safe haven) meningkat.
 
Sepanjang akhir pekan lalu, pelaku pasar dibuat cemas dengan kemungkinan meletusnya perang antara AS dengan Iran. Pada Jumat (3/1/2019) AS membunuh Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassim Soleimani lewat serangan pesawat tanpa awak di Bandara Baghdad.

Jenderal Soleimani adalah sosok penting nomor dua di Iran dan dikenal sebagai tokoh revolusioner. Soleimani yang berusia 62 tahun itu juga dikenal sebagai pemimpin Garda Revolusi Iran, yang memikul tanggung jawab atas operasi rahasia Iran di luar negeri.

Sejumlah analis bahkan menilai Soleimani memiliki pengaruh diplomatik yang lebih besar ketimbang Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Zarif mengutuk keras tindakan AS, dan menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.

"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).

Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu Washington, Presiden AS Donald Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.

Namun, hingga hari ini Iran yang belum "balas dendam" membuat pelaku pasar lebih tenang, sentimen sedikit membaik, dan kembali masuk ke aset berisiko yang berimbal hasil tinggi.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang berbalik menguat pada perdagangan Senin kemarin, yang berdampak pada terpangkasnya penguatan emas.

Kenaikan Wali Street juga diikuti dengan penguatan bursa saham Asia, dampaknya emas menjadi tertekan pagi tadi, yang juga memicu aksi profit taking. Namun, sore tadi, Iran kembali menebar ancaman yang membuat emas kembali melesat naik.

Sebagaimana dikutip Bloomberg dari Fars News Agency, Kepala Komite Pengamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mengatakan Teheran sedang menyiapkan 13 skenario untuk membalas AS. Bahkan, ia mengatakan hal ini bisa menjadi "mimpi buruk bersejarah" bagi AS.

"Bahkan jika skenario terlemah kita disetujui, penerapannya bisa menjadi mimpi buruk bersejarah bagi Amerika," katanya. "Keseluruhan pasukan perlawanan akan membalas."

Akibat ancaman tersebut, pelaku pasar kembali berhati-hati, dan emas kembali menjadi target investasi, dan berbalik menguat 0,31% ke US$ 1.570,71/troy ons. Meski demikian menjelang dibukanya perdagangan sesi AS, emas memangkas penguatannya hingga tersisa 0,03% saja atau nyaris stagnan di level US$ 1.566,34/troy ons pada pukul 20:15 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Selasa, 07 Januari 2020

2 Hari Dihajar Perang Teluk, Bursa Shanghai Kini Hijau

2 Hari Dihajar Perang Teluk, Bursa Shanghai Kini Hijau
Foto: Reuters
PT Rifan - Bursa saham China dan Hong Kong mengawali perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (7/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,07% ke level 3.085,49, sementara indeks Hang Seng menguat 0,45% ke level 28.352,68.

Bursa saham China menghijau pasca sudah terkoreksi selama dua hari beruntun. Senada dengan bursa saham China, bursa saham Hong kong juga sudah terkoreksi selama dua hari beruntun.
Pelaku pasar saham China dan Hong Kong terus memantau kejelasan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Menjelang tahun baru kemarin, Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan diteken di Gedung Putih pada tanggal 15 Januari.

Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, pejabat tingkat tinggi dari China akan menghadiri penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu.

Kemudian, Trump juga mengungkapkan bahwa nantinya dirinya akan bertandang ke Beijing guna memulai negosiasi terkait kesepakatan dagang tahap dua.

Pada pukul 14:00 WIB, data cadangan devisa China periode Desember 2019 akan dirilis, disusul rilis data cadangan devisa Hong Kong periode yang sama pada pukul 15:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sumber : CNBC
Baca Juga :