PT Rifan Financindo - PALEMBANG - Presiden Joko Widodo (Jokowi)
berencana mengganti acuan nilai tukar Rupiah dari dolar Amerika Serikat
(AS) menjadi Yuan China. Pasalnya, acuan menggunakan dolar AS sudah
tidak relevan karena imbas pemilihan Presiden AS dampak langsung menekan
nilai tukar Rupiah.
Pengamat Ekonomi David Sumual menuturkan, pendapat Presiden memang sangat relevan saat ini. Namun, hal ini hanya bisa diperuntukkan untuk perjanjian dagang antara Indonesia dan China.
"Porsi dagang kita dengan China makin lama makin besar. Jadi wajar
kalau menggunakan yuan sedangkan mereka jika mau impor barang kita
menggunakan Rupiah," ujarnya kepada Okezone.
David menekankan, penggunaan mata uang Yuan bukanlah diperuntukkan sebagai acuan. Pasalnya, masih banyak perjanjian kerjasama Indonesia yang acuannya menggunakan mata uang Negeri Paman Sam tersebut.
"Kalau Yuan digunakan supaya perdagangan inti semua enggak numpuk menggunakan dolar AS saja. Sehingga tidak mengganggu stabilitas ekonomi terutama stabilitas inflasi. Jadi kita bisa buat perjanjian bilateral seperti baru-baru ini China buat perjanjian bilateral dengan Rusia terutama untuk transaksi komoditas seperti migas," jelasnya. (dng)
(rhs)Pengamat Ekonomi David Sumual menuturkan, pendapat Presiden memang sangat relevan saat ini. Namun, hal ini hanya bisa diperuntukkan untuk perjanjian dagang antara Indonesia dan China.
David menekankan, penggunaan mata uang Yuan bukanlah diperuntukkan sebagai acuan. Pasalnya, masih banyak perjanjian kerjasama Indonesia yang acuannya menggunakan mata uang Negeri Paman Sam tersebut.
"Kalau Yuan digunakan supaya perdagangan inti semua enggak numpuk menggunakan dolar AS saja. Sehingga tidak mengganggu stabilitas ekonomi terutama stabilitas inflasi. Jadi kita bisa buat perjanjian bilateral seperti baru-baru ini China buat perjanjian bilateral dengan Rusia terutama untuk transaksi komoditas seperti migas," jelasnya. (dng)
Sumber : Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar