Foto : Reuters |
PT Rifan Financindo - Bursa saham China dan Hong
Kong kembali bergerak di zona hijau pada perdagangan hari Jumat ini
(9/8/2019). Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai naik 0,37% ke
level 2.804,78, sementara indeks Hang Seng menguat 0,6% ke level
26.277,95.
Rilis data perdagangan internasional China yang menggembirakan masih sukses memantik aksi beli di bursa saham China dan Hong Kong.
Kamis kemarin (8/8/2019), ekspor periode Juli 2019 diumumkan menguat 3,3% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan adanya kontraksi sebesar 2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor diumumkan turun sebesar 5,6% saja secara tahunan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 8,3%.
Rilis data perdagangan internasional China yang menggembirakan masih sukses memantik aksi beli di bursa saham China dan Hong Kong.
Kamis kemarin (8/8/2019), ekspor periode Juli 2019 diumumkan menguat 3,3% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan adanya kontraksi sebesar 2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor diumumkan turun sebesar 5,6% saja secara tahunan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 8,3%.
|
Terlepas dari adanya perang dagang dengan AS, aktivitas perdagangan
internasional China masih relatif kuat. Hal ini memberikan optimisme
kepada pelaku pasar bahwa perekonomian China tidak akan mengalami hard landing pada tahun ini.
Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham China dan Hong Kong datang dari nilai tukar yuan yang terus saja dilemahkan oleh People's Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China.
Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham China dan Hong Kong datang dari nilai tukar yuan yang terus saja dilemahkan oleh People's Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China.
Melansir CNBC International, PBOC menetapkan titik tengah yuan pada
hari ini di level 7,0136/dolar AS, lebih lemah dibandingkan titik tengah
pada perdagangan kemarin di level 7,0039/dolar AS. PBOC terus saja
melemahkan yuan kala Kementerian Keuangan AS sudah melabeli China dengan
julukan "manipulator mata uang".
Ditengarai, langkah PBOC yang terus saja melemahkan nilai tukar yuan dimaksudkan sebagai bentuk lain serangan balasan China terhadap bea masuk baru yang akan dieksekusi AS pada awal bulan depan. Ketika yuan melemah, maka produk ekspor China akan menjadi lebih murah sehingga permintaannya bisa meningkat.
Dikhawatirkan, langkah dari bank sentral China ini akan membuat AS semakin panas yang pada akhirnya akan berakibat pada kian sulitnya kedua negara untuk meneken kesepakatan dagang. (ank/tas)
Ditengarai, langkah PBOC yang terus saja melemahkan nilai tukar yuan dimaksudkan sebagai bentuk lain serangan balasan China terhadap bea masuk baru yang akan dieksekusi AS pada awal bulan depan. Ketika yuan melemah, maka produk ekspor China akan menjadi lebih murah sehingga permintaannya bisa meningkat.
Dikhawatirkan, langkah dari bank sentral China ini akan membuat AS semakin panas yang pada akhirnya akan berakibat pada kian sulitnya kedua negara untuk meneken kesepakatan dagang. (ank/tas)
Sumber : CNBC
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar