Rifanfinancindo - Ucapan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat arah pergerakan pasar forex atau
valas berbalik pada pekan lalu. Kurs dolar AS yang sebelumnya sangat
perkasa tiba-tiba jeblok, yen Jepang pun menguat tajam, euro dan
poundsterling akhirnya rebound dari level terlemahnya.
Trump pada pekan lalu mengumumkan akan mengenakan tarif impor baru kepada produk dari China, yang memicu kecemasan akan membesarnya perang dagang kedua negara, menjadi penyebab berubahnya "arah angin" di pasar forex.
Trump pada pekan lalu mengumumkan akan mengenakan tarif impor baru kepada produk dari China, yang memicu kecemasan akan membesarnya perang dagang kedua negara, menjadi penyebab berubahnya "arah angin" di pasar forex.
Namun, apakah ucapan "sakti" Trump tersebut masih akan berlaku di pekan ini?
Melihat tingginya probabilitas pemangkasan suku bunga bank sentral
AS atau Federal Reserve (The Fed) di bulan September, potensi masih
berpengaruhnya ucapan Trump cukup besar.
Dengan demikian dolar AS
berpotensi kembali melemah. Apalagi di pekan ini tidak banyak data
ekonomi penting yang dirilis dari AS, peluang dolar untuk untuk bisa
bangkit semakin menipis.
Tekanan terhadap dolar sudah terlihat di awal perdagangan Senin (5/8/19), pada pukul 7:14 WIB, yen menguat 0,23% melawan mata uang the greenback ini ke level 106,30/US$ dan berada di level terkuat 7 bulan.
Di
waktu yang sama euro dan poundsterling masing-masing menguat 0,13% dan
0.05% ke level US$ 1,1121 dan US$ 1,2157, berdasarkan data Refinitiv.
Akibat penguatan beberapa mata uang utama tersebut, indeks dolar melemah 0,08% ke level 97,99.
Data
dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan probabilitas suku
bunga 1,75%-2,00% di bulan Desember sebesar 97,3% meningkat tajam
dibandingkan pekan lalu sebesar 56,2%. Sementara probabilitas suku bunga
saat ini 2,00%-2,25% sebesar 0% alias tidak ada sama sekali.
Data tersebut menunjukkan pelaku pasar sangat yakin The Fed akan memangkas lagi suku bunga pada bulan depan.
|
Dolar AS pada Kamis pekan lalu bergerak seperti roller coaster.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memangkas suku bunga
acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2,00%-2,25% tetapi mengindikasikan
tidak akan agresif melakukan pemangkasan di tahun ini membuat indeks
dolar melesat naik ke level tertinggi dua tahun.
Dolar terlihat seperti akan terus berjaya hingga akhir pekan, bahkan bisa berlanjut di pekan ini.
Namun,
kurang dari 24 jam setelah The Fed mengumumkan suku bunga, Trump
menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum
dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan
mulai berlaku pada September.
Akibat kebijakan Trump tersebut babak baru perang dagang bisa dimulai, China sudah mengancam akan melakukan hal yang serupa.
Kementerian Luar Negeri China menegaskan Beijing bakal menerapkan serangan balasan jika AS jadi mengenakan bea masuk baru.
Perang
dagang AS-China merupakan biang keladi pelambatan ekonomi global,
termasuk di AS. Dengan peluang membesarnya perang dagang, dan
perekonomian AS kemungkinan terseret, hal ini yang membuat pelaku pasar
kembali yakin The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali lagi,
yakni di bulan September dan Desember. (pap/tas)
Sumber : CNBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar