|
Foto: Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman berbicara
dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama pembukaan KTT para pemimpin
G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Sergio Moraes |
PT Rifan Financindo Berjangka - Kelompok negara-negara
produsen minyak terbesar di dunia akan menggelar pertemuan paling
penting pada Kamis mendatang untuk membahas persoalan langkah pemotongan
produksi yang sempat dilakukan tahun lalu guna menstabilkan harga
minyak dunia di pasar internasional.
Organisasi negara produsen minyak yakni OPEC dan mitra non-OPEC, atau
aliansi energi yang biasa disebut sebagai OPEC+, akan bersidang melalui
konferensi video guna mencapai konsensus tentang cara mengelola pasokan
minyak di tengah mulai pulihnya aktivitas ekonomi dunia.
Tahun lalu OPEC+ setuju untuk membatasi jumlah produksi minyak guna menopang harga karena langkah pencegahan pandemi termasuk lockdown di sejumlah negara terjadi bersamaan dengan permintaan bahan bakar yang ambles terendah sepanjang sejarah.
Keputusan menjaga pasokan minyak pada minggu ini datang pada saat
harga minyak dunia telah pulih ke level sebelum virus corona mendera.
Sebelumnya produksi minyak di AS juga terpukul akibat badai yang
membekukan stok dan pandemi virus corona juga terus mengaburkan prospek
permintaan.
Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC secara terbuka mendorong
mitra sekutunya untuk tetap "sangat berhati-hati" pada kebijakan
produksi, memperingatkan OPEC agar tidak berpuas diri saat berusaha
menavigasi krisis Covid-19 yang sedang berlangsung. Artinya ada
kemungkinan Arab meminta pemotongan produksi lagi.
Di sisi lain, pemimpin non-OPEC Rusia, justru mengindikasikan
keinginannya untuk terus maju dengan meningkatkan pasokan minyaknya.
Analis pun mengharapkan OPEC + bisa menaikkan produksi atau output
dari level saat ini, tetapi pertanyaan tetap mengenai seberapa banyak
produksi dan negara mana yang akan terpengaruh belum mendapatkan
jawabannya.
Pada acara industri bulan lalu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran
Abdulaziz bin Salman dilaporkan mengatakan kepada para pihak yang
mencoba meramalkan langkah aliansi energi selanjutnya. "Jangan mencoba
memprediksi hal yang tidak terduga," katanya, dikutip
CNBC International.
Baik Saudi maupun Rusia "akan mendapatkan apa yang mereka inginkan",
kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates, mengatakan kepada
CNBC International melalui telepon bahwa dia yakin OPEC dan mitra
non-OPEC telah melakukan "pekerjaan luar biasa" dalam menyeimbangkan
kembali pasar minyak dunia.
Namun, di tengah mulai pulihnya permintaan minyak global, dia
memperingatkan bahwa pemulihan pasar minyak dunia masih "sangat, sangat
rapuh".
"Yang penting di sini adalah Rusia dan Arab Saudi. Harga impas
[breakeven] bagi anggaran Rusia jauh lebih rendah daripada Arab Saudi,
jadi Anda akan melihat semacam celah dalam pandangan antara kedua negara
ini," kata Varga.
OPEC + awalnya setuju untuk memangkas produksi minyak dengan rekor
9,7 juta barel per hari tahun lalu, sebelum mengurangi pemotongan
menjadi 7,7 juta dan akhirnya 7,2 juta dari Januari.
Negara pemimpin OPEC, Arab Saudi, juga melakukan pemotongan produksi
secara sukarela sebesar 1 juta dari awal Februari hingga Maret.
Namun Alexander Novak, Wakil Perdana Menteri Rusia, tampaknya
mengisyaratkan niat Moskow untuk meningkatkan pasokan pada bulan lalu.
Alasannya, Rusia mengklaim bahwa pasar energi mulai seimbang.
"Rusia ingin kembali ke produksi normal secepat mungkin sementara
Arab Saudi ingin menikmati harga tinggi sedikit lebih lama dan lebih
memilih menjaga pasar pada sisi yang ketat daripada sisi yang longgar.
Kami pikir keduanya akan mendapatkan apa yang mereka inginkan,"
kata Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB Group, dalam
risetnya.
Dia menambahkan, Rusia kemungkinan akan meningkatkan produksi lebih
lanjut, sementara Arab Saudi tetap melakukan pemotongan secara sepihak,
"sebagian atau mungkin semua" dari 1 juta barel per hari.
Analis juga memperkirakan OPEC+ akan membahas adanya
kemungkinan minyak 1,3 juta barel per hari bisa masuk lagi ke pasar,
pada pertemuan Kamis mendatang.
"Rusia akan membangun momentum dalam pandangan pasar mereka, tetapi
kami tidak melihat peralihan sepenuhnya. Pernyataan dari Arab Saudi
menunjukkan bahwa mereka berada di sisi yang berhati-hati," kata
Schieldrop.
"Alih-alih mempertahankannya [pemangkasan produksi] sedikit terlalu
lama ketimbang mengalami kelebihan pasokan, sebelum vaksin Covid-19
benar-benar membuat keajaiban pada aktivitas ekonomi global dan
permintaan minyak," katanya
"Pertemuan OPEC+ mendatang dengan demikian tidak mungkin merusak
'aliansi minyak' sehubungan dengan pasokan pada April mendatang karena
hasil total kemungkinan akan membuat pasar sedikit lebih pendek daripada
surplus."
Mengacu data CNBC, harga minyak untuk patokan internasional yakni
Brent diperdagangkan pada level US$ 63,01 per barel pada Selasa pagi
(2/3), hampir 1,1% lebih rendah, sementara minyak mentah berjangka West
Texas Intermediate (WTI) AS di level US$ 60,02/barel, turun lebih dari
1%.
"Harapan kami, mereka akan naik sejalan dengan kesepakatan kebijakan
sebelumnya yang diumumkan pada Desember 2020. Dan itu tidak meningkatkan
produksi lebih dari 500.000 barel per hari. Kami berharap kebijakan itu
tetap berlaku," Louise Dickson, analis di Rystad Energy. (tas/tas)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan