Foto: Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) |
Rifan Financindo - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam turun lagi pada perdagangan Senin (15/3/2021). Dengan demikian, emas Antam sudah membukukan penurunan empat hari beruntun.
Meski demikian, di pekan ini ada potensi kembali menanjak. Sebab harga emas dunia diprediksi akan menguat di pekan ini.
Harga emas ukuran/satuan 1 gram hari ini turun Rp 2.000 atau 0,22% ke Rp 924.000/batang, melansir data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com. Dalam 4 hari perdagangan terakhir, harga emas ini turun 0,65%.
Sementara itu emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan dijual Rp 86.612.000/batang atau Rp 866.120/gram, turun 0,23% dibandingkan harga Sabtu pekan lalu.
Emas Batangan | Harga per Batang | Harga per Gram |
0,5 Gram | Rp 512.000 | Rp 1.024.000 |
1 Gram | Rp 924.000 | Rp 924.000 |
2 Gram | Rp 1.788.000 | Rp 894.000 |
3 Gram | Rp 2.657.000 | Rp 885.667 |
5 Gram | Rp 4.395.000 | Rp 879.000 |
10 Gram | Rp 8.735.000 | Rp 873.500 |
25 Gram | Rp 21.712.000 | Rp 868.480 |
50 Gram | Rp 43.345.000 | Rp 866.900 |
100 Gram | Rp 86.612.000 | Rp 866.120 |
250 Gram | Rp 216.265.000 | Rp 865.060 |
500 Gram | Rp 432.320.000 | Rp 864.640 |
1000 Gram | Rp 864.600.000 | Rp 864.600 |
Harga emas dunia sepanjang pekan lalu berhasil menguat 1,58% ke US$ 1.726,40/troy ons, bangkit dari level terendah dalam 9 bulan terakhir. Di pekan ini, baik analis maupun pelaku pasar melihat emas dunia berpeluang kembali menanjak.
Hal tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan Kitco. Dari 16 analis di Wall Street yang disurvei Kitco, sebanyak 38% memberikan outlook bullish (tren naik) untuk emas, artinya akan kembali menguat pekan ini. Sebanyak 31% memberikan proyeksi bearish (tren turun) dan 31% netral.
Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar lebih optimistis lagi. Dari 1.611 partisipan, sebanyak 62% memberikan proyeksi bullish, 23% bearish, dan sisanya netral.
Salah satu sentimen positif yang bagi emas yakni stimulus fiskal di AS senilai US$ 1,9 triliun yang disahkan pada pekan lalu. Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar utama emas untuk menanjak. Pada Maret tahun lalu, pemerintah AS juga menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun, emas pun terus menanjak hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.
Namun, pergerakan emas kali ini setelah stimulus US$ 1,9 triliun disahkan berbeda, belum ada kenaikan yang signifikan. Sebabnya yield obligasi (Treasury) yang terus menanjak.
Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.
Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.
Kamis pekan ini, The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter dan diperkirakan akan mengaktifkan kembali program Operation Twist, guna meredam kenaikan yield Treasury. Jika hal tersebut benar dilakukan, maka harga emas tentunya akan menanjak di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar