Jumat, 20 Maret 2020

Indahnya Bursa Saham Asia yang Ijo Royo-Royo

Indahnya Bursa Saham Asia yang Ijo Royo-Royo
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Kebangkitan pasar saham sudah terlihat kala Wall Street ditutup hijau.

Pada Jumat (20/2/2020) pukul 08:57 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York akhirnya ditutup di jalur hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,95%, S&P 500 bertambah 0,47%, dan Nasdaq Composite melonjak 2,3%.

Investor berburu saham murah karena Wall Street memang sudah melemah parah. Secara year-to-date, DJIA anjlok 29,61%, S&P 500 ambles 25,56%, dan Nasdaq ambrol 20,41%.

"Investor menggunakan kesempatan ini untuk membeli saham murah. Sebab memang tidak ada yang tahu berapa valuasi yang benar saat ini," kata Robert Pavlik, Chief Investment Strategist di SlateStone LLC yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.

Selain itu, investor lega karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan mendesak US Food and Drug Administration (FDA) untuk mempercepat proses inovasi pembuatan obat virus corona. Sudah ada eksperimen dari Gilead Sciences Inc untuk anti-virus corona dan obat anti-malaria bernama hydroxychloroquine. Trump meminta agar proses administrasi izin edar obat ini dipercepat.

"Kita harus menghilangkan segala hambatan. Sebab ini bisa mengubah peta permainan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.

Kemudian, pelaku pasar sepertinya mulai merasakan dampak stimulus dari bank sentral. Belum lama ini, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) menyatakan bakal masuk ke pasar dengan membeli obligasi pemerintah dan surat berharga lainnya dengan nilai total sekitar US$ 700 miliar.

Tidak hanya The Fed, bank sentral Uni Eropa (ECB) juga menggelontorkan likuiditas ke pasar. Bank sentral pimpinan Christine Lagarde itu berkomitmen membeli surat utang pemerintah senilai EUR 750 miliar hingga akhir 2020.

Gelontoran likuiditas dalam jumlah besar itu tentu membuat pasar semarak. Mentalitas 'beli, beli, beli' kembali muncul sehingga Wall Street berhasil menguat.

Hijaunya Wall Street menjadi pelecut semangat pelaku pasar di Asia. Optimisme datang lagi dan investor bergairah masuk ke bursa saham Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 19 Maret 2020

Stimulus ECB, Bursa Asia Pasrah di Zona Merah

Stimulus ECB, Bursa Asia Pasrah di Zona Merah
Foto: Shanghai Stock Exchange ( REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia pada perdagangan Kamis ini (19/3/3030) berjuang untuk menemukan pijakan baru dan keluar dari zona merah di tengah volatilitas perdagangan karena adanya stimulus Bank Sentral Eropa (ECB). ECB akan membeli obligasi senilai 750 miliar euro (US$ 820 miliar) guna meredam gejolak ekonomi di tengah corona (COVID-19).

Saham-saham di bursa utama di Asia Pasifik kehilangan momentum kenaikan karena kekhawatiran dampak virus corona terhadap ekonomi membebani sentimen investor.

Kamis pagi ini, Dow Jones ditutup minus hingga 6,30%, juga S&P 500 minus 5,18% dan Nasdaq turun 4,70%. Penurunan bursa saham Wall Street juga menjadi pemicu penurunan bursa saham Asia selain pandemi virus corona.

Di Australia S&P/ASX 200, pukul 19:21 WIB turun 1,72% ke 4.866,70, meski data pekerjaan yang dirilis Kamis ini oleh Biro Statistik Australia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran bulan Februari turun ke level 5,1% dari 5,3%.
Di Jepang, Nikkei 225 pukul 09:30 turun 0,97% menjadi 16.572,70, sementara indeks Topix justru naik 1,92%% pada 1.295,29.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 3,94% menjadi 21.404,4, indeks Shanghai (SSEC) terkoreksi 1,43% pada 2.692,22, sedangkan indeks Straits Time Index Singapore (STI) anjlok 3,69% menjadi 2.335,35.

Perkembangan seputar wabah virus corona (COVID-19) cenderung terus mendominasi sentimen investor global pada hari Kamis.

Virus ini telah menewaskan lebih dari 8.700 orang di seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 212.000 orang dan memicu lockdown dalam sejumlah negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 18 Maret 2020

IHSG Sempat di Bawah 4.400, Terendah Sejak Desember 2015

Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor terendah barunya. Saat ini bahkan IHSG sudah keluar dari level psikologis 4.400.

Pada 09.55 WIB, IHSG berada di level 4.385,5 atau terkoreksi 1,66% dibanding posisi penutupan kemarin. Ini merupakan level terendah IHSG sejak 15 Desember 2015 lalu. Pada 14 Desember 2015, IHSG ditutup di level 4.374,191. Kemudian sehari setelahnya IHSG berhasil ditutup menguat ke level 4.409,172.

IHSG memang terus mengalami koreksi sejak awal tahun. Dengan koreksi yang terjadi hari ini, artinya IHSG sudah anjlok lebih dari 30%. Sampai dengan kemarin IHSG masih jadi the laggard jika dibandingkan dengan performa bursa saham kawasan Asia lainnya.

Ya mau bagaimana lagi, situasi memang sedang tidak kondusif gara-gara pandemi COVID-19 yang sudah menginfeksi cari 200 ribu orang di 152 negara dan teritori. Indonesia pun juga sudah kemasukan.

Per kemarin (17/3/2020) Indonesia sudah melaporkan total 172 kasus infeksi COVID-19. Sebanyak 7 orang terenggut jiwanya akibat infeksi virus ganas ini.

Sebenarnya jumlah pertambahan kasus di China sudah sangat turun. Namun lonjakan kasus signifikan justru terjadi di luar China. Sejak awal pekan ini jumlah kasus di luar China sudah mengungguli total kasus di China. Total kasus di luar China sudah mencapai 100 ribu lebih.

Walau pagi tadi Trump mengumumkan rencananya untuk memberikan stimulus fiskal sebesar US$ 1 triliun, pasar masih belum benar-benar tenang. Volatilitas masih sangat tinggi. Investor masih risk off.

Sebenarnya yang ingin didengar pasar bukan hanya seberapa besar stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan untuk meredam dampak COVID-19, tetapi investor juga ingin mendengar kabar yang lebih menggembirakan yakni pertumbuhan jumlah kasus baru yang drop.

Di Indonesia sendiri, wabah ini diperkirakan oleh Badan Inteligen Negara (BIN) akan mencapai puncaknya pada Mei nanti saat bulan Ramadhan. Artinya pertambahan jumlah kasus di dalam negeri berpotensi besar untuk bertambah.

Selagi musuh tak kasat mata itu masih ada di pasar, maka teror masih akan terus ditebar dan kepanikan masih akan melanda pasar. Arah pergerakan saham bisa kita tebak bersama ke mana. Yang jelas bergerak dengan volatilitas tinggi seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :
 

Selasa, 17 Maret 2020

Corona Menggila, Investor Masih 'Alergi' Masuk Bursa Asia

Ilustrasi Bursa Saham Hong Kong (Reuters/Tyrone Siu)
PT Rifan - Bursa saham Asia masih cenderung melemah di perdagangan pagi ini. Penyebaran virus corona yang bisa berujung ke resesi ekonomi membuat pelaku pasar emoh masuk ke aset berisiko di pasar keuangan Asia.

Pada Selasa (17/3/2020) pukul 08:45 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia: 


Bursa saham Asia mengekor Wall Street yang terkoreksi dalam. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 12,93%, S&P 500 ambles 11,98%, dan Nasdaq Composite ambrol 12,32%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987.
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 16 Maret 2020

Usai Anjlok 9%, The Fed Pompa Harga Emas Melesat 1%

Usai Anjlok 9%, The Fed Pompa Harga Emas Melesat 1%
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga logam mulia emas menguat pada perdagangan pagi ini setelah sepekan lalu jatuh dalam. Salah satu sentimen positif yang mendongkrak harga emas pada perdagangan pagi ini adalah kebijakan bank sentral AS yang kembali menurunkan suku bunga acuannya.

Pada perdagangan hari pertama awal pekan ini, Senin (16/3/2020) harga emas di pasar spot mencatatkan penguatan sebesar 1,01% ke level US$ 1.544,81/troy ons. Sejak Selasa pekan lalu (10/3/2020) harga emas terus melorot. Sepekan kemarin harga emas tercatat melemah 8,95% dari level tertingginya pada Senin (9/3/2020).

Pekan kemarin pasar saham global rontok setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi. Kejatuhan bursa saham global membuat emas yang sedang berada di level tertingginya juga harus dilikuidasi untuk mengcover margin calls.

"Ketika pasar saham berada dalam tekanan dan ada dorongan kebutuhan likuiditas di setiap pasar, tak menutup kemungkinan bahwa emas juga akan mendapat tekanan jual" kata Suki Cooper analis Standard Chartered Bank seperti yang diwartakan Reuters.

"Kita sedang berada di fase di mana emas dilikuidasi...beberapa orang mungkin kaget bahwa (harga) emas jatuh dan berkata (emas) bukan lagi aset safe haven. Namun dalam konteks ini, emas membantu menyediakan likuiditas ketika kita membutuhkan" kata Giovanni Staunovo seorang analis komoditas UBS.

Pagi ini harga emas berhasil menguat dipicu oleh sentimen positif yang datang dari bank sentral AS, The Federal Reserves. Secara mengejutkan The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Level suku bunga acuan tersebut merupakan level terendah sejak 2015.

The Fed memberikan kejutan di pasar dengan memutuskan kebijakan moneter lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Semestinya, Komite Pengambil Kebijakan The Fed (FOMC) baru mengadakan rapat pada 17-18 Maret. Namun sepertinya bank sentral AS tersebut melihat kondisi saat ini sangat genting sehingga memutuskan untuk melonggarkan kebijakan moneternya dengan segera.

"Wabah corona telah membahayakan komunitas dan mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai negara" kata The Fed, mengutip CNBC Internasional.

Rendahnya suku bunga terutama di AS membuat memegang instrument investasi tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih dilirik. Karena biaya yang ditanggung alias opportunity cost memilih aset ini menjadi lebih rendah dan emas menjadi intstrumen yang menarik.

Selain itu penurunan suku bunga membuat dolar melemah. Pada pukul 08.25 indeks dolar yang mengukur mata uang dolar dengan mata uang lain melemah 0,43%.

Pelemahan dolar membuat harga emas yang sudah anjlok jadi semakin murah bagi pemegang mata uang lain. Maklum emas dibanderol dalam mata uang dolar AS.  Sehingga hal ini dimanfaatkan para investor untuk membeli emas.

Harga emas masih memiliki peluang untuk menguat mengingat investor masih cenderung risk off di saat-saat seperti ini, walau sudah ada indikasi juga orang-orang mulai beralih untuk menyimpan aset mereka dalam bentuk cash.

"Kami memperkirakan harga akan tetap didukung oleh sentimen risk-off dalam beberapa bulan mendatang karena ketidakpastian seputar pertumbuhan global berlanjut dengan pandemi COVID-19 yang sekarang menyebar di seluruh dunia," kata Fitch Solutions dalam sebuah catatan.

Berdasarkan data teranyar hasil kompilasi John Hopkins University CSSE, saat ini sudah ada 167.811 kasus di lebih dari separuh negara di penjuru dunia. Jumlah korban meninggal sudah mencapai hampir 6.500 orang. Saat ini wabah COVID-19 memang menjadi salah satu risiko terbesar yang mengancam perekonomian global. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :