Rabu, 10 Juni 2020

Waduh! Harga Minyak Jeblok 1% Lebih, Ada Apa ya?

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
PT Rifan FinancindoRilis data perminyakan Amerika Serikat (AS) oleh asosiasi industri membuat harga minyak mentah mengalami koreksi pagi ini. Namun harga minyak mentah terutama untuk acuan internasional Brent masih di atas US$ 40/barel.

Rabu (10/6/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan terkoreksi 1% lebih. Pada 08.50 WIB, minyak Brent berjangka dibanderol US$ 40,68/barel atau melemah 1,09%.

Pada saat yang sama harga minyak mentah berjangka acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) ambles lebih dalam dengan koreksi sebesar 1,39%. Harga minyak WTI kini berada di US$ 38,4/barel.


Keputusan Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memperpanjang periode pemangkasan produksi sebesar 9,7 barel per hari (bpd) memang mampu menopang harga ke level psikologis US$ 40/barel.

Namun reli harga minyak yang tak terbendung sejak Mei ini dinilai terlalu jauh dan terlalu cepat oleh para analis mengingat pandemi corona masih merebak di berbagai penjuru dunia. Walaupun relaksasi lockdown sudah diterapkan di beberapa negara, permintaan terhadap bahan bakar masih rendah.

"Merosotnya [harga] Brent kemungkinan besar masuk ke dalam kategori profit taking setelah melesat untuk waktu yang lama tanpa dibarengi dengan data fundamental baru yang akan membenarkan perubahan dalam sentimen," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp, melansir Reuters.

American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS periode mingguan naik sebanyak 8,4 juta barel hingga 5 Juni lalu. Angka ini berbeda dengan survei Reuters yang memperkirakan stok akan terpangkas 1,7 juta barel.

Stok minyak distilat yang termasuk di dalamnya ada minyak diesel dan pemanas naik 4,3 juta barel. Angka ini lebih tinggi dari estimasi pasar yang memperkirakan stok akan bertambah hanya 3 juta barel saja. Kini pasar menunggu rilis resmi dari EIA yang dijadwalkan keluar pada hari Rabu (waktu AS).

Bulan lalu menjadi awal reli tak terbendung harga minyak setelah anjlok signifikan di bulan Maret. Pandemi corona jadi pemicu utama penurunan permintaan bahan bakar yang juga berdampak pada penurunan harganya.

Perang harga antara Arab Saudi dengan Rusia yang sempat terjadi serta banjir pasokan minyak di pasar seolah menjadi tekanan bagi harga si emas hitam dari dua arah (double hit) baik dari sisi demand maupun supply.

Perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia yang terjadi pada Maret lalu ikut memantik suara dari Menteri Negara Urusan Energi Qatar, Saad al-Kaabi. Dia menilai perang harga tersebut adalah kesalahan terbesar yang memicu harga minyak jatuh ke level terendah dalam sejarah.

"Saya pikir itu adalah kesalahan yang sangat besar," kata Saad al-Kaabi kepada Hadley Gamble, anchor CNBC International dari Doha. Al-Kaabi juga adalah CEO Qatar Petroleum

"Anda tahu, upaya membanjiri pasar [dengan stok minyak] ini yang menyebabkan harganya jatuh level yang sangat rendah. Dan kemudian pandemi corona menambah dampak parah di mana orang tidak mampu memproduksi lagi. Dan kami melihat, Anda tahu, harga WTI sudah negatif," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 09 Juni 2020

Kali Ini Irak yang Bikin Harga Minyak Menguat 1% Lebih

The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)
Rifan FinancindoPekan lalu Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk melanjutkan pemangkasan pasokan minyak hingga Juli. Keputusan ini membuat harga minyak mentah naik, tetapi kemarin kabar dari Menteri Energi Arab membuat harga emas hitam sedikit tergelincir walau menguat lagi pagi ini.

Selasa (9/6/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan menguat lebih dari 1%. Pada 07.55 WIB, harga minyak Brent berjangka naik 1,27% ke US$ 41,32/barel. Di saat yang sama harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan acuan Amerika Serikat (AS) juga naik 1,54% ke US$ 38,78/barel.

Pada pertemuan yang digelar melalui video konferens pekan lalu, OPEC+ telah satu suara untuk melanjutkan penurunan produksi 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga bulan Juli. Jika mengacu pada kesepakatan pada awal April pemangkasan output sebesar 10% dari pasokan minyak global tersebut hanya akan dilakukan pada Mei dan Juni saja.

Keputusan tersebut diambil oleh OPEC+ guna mendongkrak harga minyak yang anjlok signifikan akibat lockdown untuk mengendalikan pandemi corona yang telah memukul permintaan bahan bakar secara signifikan.

Pasar merespons positif kebijakan tersebut. Harga minyak mentah pun melesat dan mencapai rekor tertinggi sejak 10 Maret lalu. Namun selang tak berapa lama harga si emas hitam justru terpeleset akibat negara-negara OPEC tak akan lagi memangkas produksi ekstra secara sukarela.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait sebelumnya mengatakan pihaknya akan secara sukarela menambah kuota pemangkasan sebesar 1,18 juta bpd di bulan Juni. Namun setelah keputusan perpanjangan pemangkasan output diambil, pemotongan ekstra yang dilakukan ketiganya tak berlaku lagi untuk Juli.

Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kemarin (8/6/2020). Selain memperpanjang periode pemangkasan, Arab Saudi juga menaikkan harga minyaknya untuk Juli.

"Akan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan memiliki total hampir 11 juta barel per hari apabila pemotongan [output] sukarela diperpanjang selama sebulan di saat-saat ketika kita melihat defisit pasokan," kata Bjornar Tonhaugen, analis di Rystad Energy, melansir Reuters.

Sementara itu, produsen minyak AS (shale oil) telah mulai membuka kembali sumur yang ditutup karena harga mulai merangkak naik. Analis mengatakan ini dapat menjadi ancaman bagi pemulihan permintaan yang masih rapuh dan melemahkan upaya OPEC untuk menopang harga.

"Produksi AS kembali ke pasar, dan ada spekulasi bahwa kenaikan besar-besaran di Saudi (harga) dapat menekan margin kilang minyak yang berada dalam tekanan di Asia," kata Bob Yawger, direktur masa depan energi di Mizuho di New York.

Namun seiring dengan kembali digebernya perekonomian global, perpanjangan pemangkasan produksi tersebut setidaknya membuat harga minyak mentah terutama Brent masih mampu berada di kisaran US$ 40/barel seperti sekarang ini.

Kabar dari Baghdad juga turut mendongkrak harga minyak pagi ini. Menteri perminyakan baru Iraq Ihsan Abdul Jabbar menegaskan bahwa Iraq akan berkomitmen penuh terhadap langkah pemotongan produksi OPEC+. Kabar ini disampaikan oleh Kementerian Perminyakan Iraq dalam sebuah pernyataan Senin kemarin.

Abdul Jabbar mengatakan negaranya berkomitmen penuh untuk memotong produksinya pada Juni dan Juli sesuai dengan kesepakatan OPEC+, dan juga berkomitmen untuk kesepakatan pengurangan produksi yang disepakati setelah Juni dan Juli.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 08 Juni 2020

Duh! Sepekan Emas Antam Ambles Rp 37.000, Hari Ini Gimana?

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau emas Antam pada perdagangan Sabtu pekan lalu (6/5/2020) ambles hingga Rp 12.000 atau minus 1,45% menjadi Rp 818.120/gram dibandingkan dengan harga pada Jumat di level Rp 830.120/gram.
Sebelumnya pada perdagangan Jumat, harga emas Antam sempat naik 0,12% atau sebesar Rp 1.000 menjadi Rp 830.120/gram dari Kamis Rp 829.120/gram. Harga Kamis pun turun 2,01% atau Rp 17.000 dari posisi harga Rabu yakni Rp 846.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs
logammulia milik Antam pada Sabtu lalu, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram ambles 1,45% berada di level Rp 81,812 juta dari harga Jumat lalu Rp 83,012 juta per batang.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

 Khusus emas Antam 1 gram juga melorot Rp 12.000 menjadi Rp 876.000/gram pada Sabtu dari Jumat Rp 888.000/gram.

Jika dihitung dalam sepekan terakhir, atau dari 30 Juni hingga 6 Juni, harga emas turun 4,3% atau Rp 37.000 dari Rp 855.120/gram pada Sabtu 30 Mei menjadi Rp 818.120/gram pada Sabtu lalu 6 Juni. Namun pada pembukaan Selasa (Senin libur Hari Lahir Pancasila 1 Juni) harga emas Antam naik 0,70% atau sebesar Rp 6.000 menjadi Rp 862.120/gram.

Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis, penurunan emas Antam seiring dengan bombardir kabar baik di pekan ini membuat harga logam mulia emas cenderung melorot. Rilis berbagai data semakin menunjukkan bahwa prospek ekonomi kian cerah dan membuat harga emas sebagai aset
safe haven terpangkas.

Harga emas dunia turun nyaris 1,5% pada penutupan perdagangan hari Jumat (5/6/2020). Dalam sepekan terakhir harga bullion turun 2,38% (week on week/wow).
Pada penutupan perdagangan akhir pekan harga emas dibanderol US$ 1.685,2/troy ons turun dari level psikologisnya US$ 1.700/troy ons.

Anjloknya harga emas karena harapan optimisme pulihnya ekonomi global kian terlihat dari berbagai rilis data yang ada. Memasuki bulan Mei, sektor manufaktur negara-negara G20 sudah mulai terlihat membaik walau masih mengalami kontraksi.
Peningkatan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Mei menjadi indikatornya. Semua negara anggota G20 melaporkan adanya peningkatan angka PMI manufaktur.
Bahkan China yang pertama kali mendeklarasikan diri terlepas dari belenggu wabah virus corona sektor manufakturnya sudah terlihat ekspansif tercermin dari angka PMI manufaktur yang sudah berada di atas level 50.
Sentimen lain yang juga membuat harga emas terpuruk adalah rilis data penciptaan lapangan pekerjaan (non-farm payrolls) AS yang lebih kuat dari perkiraan untuk periode Mei lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat penambahan 2,5 juta lapangan kerja baru pada Mei, sehingga angka pengangguran membaik ke 13,3%. Angka ini jauh lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang menduga ada 8 juta lapangan kerja yang hilang dan angka pengangguran naik menjadi 20%.

Sontak kabar tersebut membuat aset-aset berisiko seperti saham melesat. Dini hari tadi Wall Street ditutup menguat signifikan dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami apresiasi sebesar 3,15% sedangkan S&P melompat 2,62%.


"Angka penganggurannya mantap, tingkat partisipasi kerja meningkat. Ini terkonfirmasi sebagai laporan yang solid," tutur Drew Matus, Kepala Perencana Pasar MetLife Investment Management, sebagaimana dikutip CNBC International.
(tas/tas)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 05 Juni 2020

Dolar AS di Bawah Rp 14.000, Rupiah Juara Asia!

ilustrasi uang
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun hijau di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (5/6/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.100. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah juga menguat. Pada pukul 10:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.910 di mana rupiah menguat tajam 1,01%.


Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat tetapi tipis saja di 0,07%. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah semakin menebal dan dolar AS sudah terdorong ke bawah Rp 14.000. 
Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia pun menguat di hadapan dolar AS. Namun apresiasi yang lebih dari 1% sudah cukup untuk membawa rupiah ke puncak 'klasemen' mata uang Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:

Aura Kebangkitan Ekonomi Kian Terlihat
Kemarin, rupiah dan mata uang Asia lainnya cenderung melemah di hadapan greenback karena aksi ambil untung. Harap maklum, rupiah dkk sudah menguat sangat tajam sejak awal kuartal II-2020. Bahkan rupiah jadi mata uang dengan apresiasi paling tinggi di Asia.

Namun investor hanya betah sehari melakukan profit taking. Sebab, sentimen positif yang merebak di pasar terlalu berharga untuk dilewatkan.

Pada pekan yang berakhir 30 Mei, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS turun 249.000 menjadi 1,87 juta. Ini menjadi kali pertama sejak pertengahan Maret klaim tunjangan pengangguran berada di bawah 2 juta.

"Sebelumnya terlihat bahwa jumlah pengangguran melesat di berbagai industri. Sekarang lajunya mulai melambat atau bahkan dalam tren berbalik. Ini adalah sebuah kemajuan," tegas Robert Frick, Ekonom di Navy Federal Credit Union yang berbasis di Virginia, seperti diberitakan Reuters.

Data di Negeri Paman Sam itu semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi dunia sedang menuju pemulihan. Seiring pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) karena perlambatan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), aktivitas masyarakat mulai semarak sehingga roda ekonomi yang sempat mandek kini berputar kembali.

Berbekal optimisme pemulihan ekonomi dunia, investor akan kembali bernafsu memburu aset-aset di pasar keuangan Tanah Air. Hasilnya, rupiah kembali nyaman menapaki jalur hijau. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 04 Juni 2020

Harga Minyak Turun Lagi di Bawah US$ 40/Barel, Ini Pemicunya

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
PT Rifan FinancindoKenaikan stok bensin dan minyak distilat di Amerika Serikat (AS) dibarengi dengan keraguan di pasar bahwa Arab Saudi, Rusia dan aliansinya (OPEC+) akan menggelar pertemuan hari ini membuat harga minyak mentah tertekan.

Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan melemah di bawah US$ 40/barel untuk jenis Brent. Kemarin pada perdagangan intraday untuk harga minyak Brent untuk kontrak Agustus sempat menyentuh level psikologis US$ 40/barel.

Pada 08.15 WIB, minyak Brent dibanderol US$ 39,52/barel atau melemah 0,68%. Sementara di saat yang sama harga minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam dengan koreksi sebesar 1,15% ke US$ 38,86/barel.

Rilis data terbaru Agensi Informasi Energi (EIA) Negeri Paman Sam menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS periode mingguan turun sebesar 2,08 juta barel pekan lalu yang berakhir pada 29 Mei 2020. Penurunan stok dilaporkan setelah pada minggu sebelumnya persediaan naik sebesar 7,93 juta barel.

Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing Oklahoma pun mengalami penurunan sebesar 1,74 juta barel, masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan pekan sebelumnya yang mencapai 3,39 juta barel.

Di saat yang sama stok minyak distilat yang termasuk didalamnya ada minyak diesel dan pemanas justru mengalami kenaikan sebesar 9,94 juta barel setelah membengkak 5,49 juta barel pada pekan sebelumnya. Stok bensin juga naik 2,79 juta barel dari sebelumnya 724 ribu barel.

"Karena permintaan produk tetap lemah, persediaan bensin menunjukkan peningkatan yang solid, sementara untuk minyak distilasi menunjukkan peningkatan besar - besaran meskipun kilang memproses lebih dari 3,6 juta barel per hari (bpd) di bawah level tahun lalu," kata Matt Smith direktur riset komoditas di ClipperData, melansir Reuters.

Arab Saudi dan Rusia dikabarkan telah sepakat untuk memperpanjang penurunan produksi minyak selama satu bulan. Namun terselip kabar kurang mengenakkan karena menurut sumber yang dikutip Reuters, rapat online anggota OPEC+ yang dijadwalkan pada Kamis diragukan akan digelar.

Alih-alih mengurangi pemangkasan produksi pada bulan Juli, OPEC dan sekutunya kini tengah berdiskusi terkait skenario mempertahankan pemotongan tersebut setelah bulan Juni. "Arab Saudi dan Rusia sejalan dengan perpanjangan selama satu bulan," kata satu sumber OPEC, mengutip Reuters.

OPEC+ pada April lalu sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta bpd atau sekitar 10% dari output global untuk Mei dan Juni guna mengangkat harga yang terpukul oleh jatuhnya permintaan akibat lockdown.

OPEC+ saat ini sedang terganjal satu masalah. Hambatan utama yang dihadapi organisasi adalah bagaimana menangani negara-negara yang telah gagal melakukan pemangkasan pasokan sesuai dengan pakta yang disepakati.

"Setiap perjanjian tentang perpanjangan pemotongan tergantung pada negara-negara yang belum sepenuhnya memenuhi [kuota] Mei untuk memangkas lebih dalam output mereka dalam beberapa bulan mendatang demi mengimbangi kelebihan produksi," kata sumber yang tak disebutkan namanya itu.

"Saya tidak berpikir akan ada pertemuan pada hari Kamis. Masih ada banyak tantangan," kata sumber OPEC lainnya.

Anggota OPEC Irak dan Nigeria menunjukkan komitmen yang lemah dengan target pengurangan output pada bulan Mei. Kazakhstan juga gagal memenuhi sepenuhnya kewajibannya.

Dua sumber lain juga mengatakan kepada Reuters bahwa produsen OPEC Teluk Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab tidak membahas perpanjangan pemotongan minyak sukarela mereka sebesar 1,180 juta bpd setelah Juni.

Walau tergelincir di pagi ini, sejatinya harga minyak mentah masih berada dalam tren penguatan. Harga minyak naik dalam beberapa hari terakhir dari posisi terendah April didukung oleh pemulihan ekonomi China serta pelonggaran lokcdown yang mulai diterapkan negara-negara lain.

Bagaimanapun juga tantangan yang dihadapi oleh pasar minyak saat ini ada tiga. Pertama adalah kemungkinan gelombang kedua wabah, kedua adalah seberapa cepat permintaan akan pulih dan ketiga adalah bagaimana mengatasi pasokan yang masih besar di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan