|
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger) |
Rifan Financindo - Nilai tukar poundsterling
melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (24/6/2020) setelah menguat
2 hari beruntun. Isu Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa
menjadi penekan utama mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini.
Pada pukul 19:08 WIB, poundstreling melemah 0,5% melawan rupiah ke Rp 17.576,06/GBP di pasar
spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, poundsterling melemah 0,28% ke US$ 1,2483.
Inggris saat ini dalam masa transisi hingga 31 Desember nanti untuk
keluar dari Uni Eropa. Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi
untuk hubungan dagang setelah masa transisi berakhir. Jika sampai 31
Desember nanti tidak ada kesepakatan, maka Inggris akan keluar dari
pasar tunggal, artinya akan ada tarif ekspor-impor yang akan dikenakan.
Jika hal ini sampai terjadi, maka perekonomian Inggris terancam
merosot lebih dalam. Apalagi saat ini pandemi penyakit akibat virus
corona sudah membuat perekonomian global nyungsep.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kemarin mengumumkan pelonggaran kebijakan karantina (
lockdown)
lebih lanjut. Mulai 4 Juli, pub, restoran, dan bar diizinkan beroperasi
kembali. Hal itu memberikan setimen positif ke poundsterling hingga
mencatat penguatan 2 hari beruntun.
Selain itu, perekonomian Inggris juga sudah menunjukkan tanda-tanda
kebangkitan. Markit kemarin melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI)
manufaktur dan jasa yang lebih tinggi dari prediksi. PMI manufaktur
Inggris bahkan kembali berekspansi di bulan ini, setelah mengalami
kontraksi dalam 3 bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.
Markit melaporkan PMI manufaktur di bulan Juni sebesar 50,1, naik
dari bulan sebelumnya 40,7 dan jauh lebih tinggi dari prediksi 45,2 di
Forex Factory. Sementara itu PMI jasa dilaporkan sebesar 47, meski masih
berkontraksi tetapi jauh lebih baik dari bulan sebelumnya 29, juga
lebih tinggi dari prediksi 39,1.
Namun sekali lagi, isu Brexit yang terkait dengan masa depan Inggris
untuk jangka panjang, membuat poundsterling belum mampu menguat lebih
jauh. "Melonggarkan
lockdown tidak akan merubah penggerak utama
poundsterling, yakni ketidakpastian kesepakatan dagang antara Inggris
dengan Uni Eropa," tulis ahli strategi ING, dilansir
Reuters.
"Poundsterling masih akan menjadi mata uang
underperformer ketimbang mata uang Eropa kainnya," tambah ahli strategi tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan