Senin, 15 Februari 2021

Ada Sinyal BI Pangkas Bunga, Rupiah ke Atas Rp 14.000/US$?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan FinancindoNilai tukar rupiah menguat 0,36% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 13.970/US$ pada pekan lalu. Mata Uang Garuda akhirnya bisa kembali lagi ke bawah level psikologis Rp 14.000/US$, Meski demikian, risiko rupiah kembali tertekan dan kembali ke atas Rp 14.000/US$ cukup besar di pekan ini.

Sejak awal tahun ini, rupiah sudah 3 kali menembus level psikologis tersebut, tetapi selalu tidak tahan lama.

Melansir data Refinitiv, rupiah hari ini menguat 0,18% ke Rp 13.995/US$ di pasar spot. Sebelumnya, menembus Rp 14.000/US$, bahkan mencapai Rp 13.885/US$ pada 4 Januari lalu. Tetapi 5 hari perdagangan setelahnya kembali ke atas Rp 14.000/US$.

Rupiah berhasil menembus lagi level psikologis tersebut pada 21 Januari lalu, tetapi hanya berumur sehari saja. Baru pada Senin (8/2/2021) rupiah kembali ke bawah Rp 14.000/US$, dan bertahan hingga akhir perdagangan terakhir pekan lalu.

Pergerakan tersebut menunjukkan jika rupiah kesulitan bertahan lama di bawah Rp 14.000/US$. Pergerakan di pekan lalu juga mengindikasikan hal yang sama, seandainya dolar AS tidak tertekan ekspektasi stimulus fiskal, rupiah tentunya tidak akan mampu membukukan penguatan beruntun.

Apalagi, ada sinyal kemungkinan BI akan kembali memangkas suku bunga. Artinya jika benar dipangkas, spread suku bunga dengan The Fed akan menipis, hal tersebut tentunya tidak akan menguntungkan rupiah, sehingga kemungkinan besar rupiah masih akan berada di atas Rp 14.000/US$.

Gubernur BI Perry Warijyo memberi petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, orang nomor satu di MH Thamrin itu menyiratkan kekecewaan terhadap kinerja perekonomian nasional.

Pada kuartal IV-2020, ekonomi Indonesia tumbuh -2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). BI sempat memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air bisa tumbuh positif pada kuartal pamungkas tahun lalu.

"Sejujurnya ini di bawah ekspektasi. Memang arahnya ada perbaikan, tetapi tidak secepat yang kami perkirakan," tutur Perry, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, Perry mengungkapkan bahwa bank sentral membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun apakah ruang itu akan dimanfaatkan atau tidak, tergantung dinamika nilai tukar rupiah.

Untuk saat ini, nilai tukar rupiah cenderung bergerak stabil melawan dolar AS. 

"Jika ditanya apakah kami punya ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, kami punya ruang. Namun kami akan melihat berbagai kemungkinan, termasuk menjaga stabilitas khususnya stabilitas nilai tukar rupiah dan bagaimana kami bisa lebih efektif dalam membantu pemulihan ekonomi," jelas Perry.

Saat ini BI 7 Day Reverse Repo Rate ada di 3,75%. BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2021 di pekan ini.

Risiko Rupiah Kembali ke Atas Rp 14.000/US$ Cukup Besar 

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.


Sementara itu, indikator stochastic sudah masuk wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Masuknya stochastic ke wilayah oversold tentunya memperbesar risiko pelemahan rupiah.

Level psikologis Rp 14.000/US$, jika kembali ke atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$. Jika area tersebut juga dilewati, rupiah berisiko melemah ke 14.165/US$, sebelum menuju Rp 14.200 hingga Rp 14.260/US$ di pekan ini.

Sementara selama bertahan di bawah level psikologis, rupiah berpeluang menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$.

Peluang penguatan lebih jauh di pekan ini akan terbuka cukup lebar jika rupiah mampu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 13.900/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 09 Februari 2021

Lanjut Reli, IHSG Memulai Perdagangan dengan Menguat 1% Lebih

Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada pembukaan perdagangan Selasa (9/2/21), menyusul bursa Paman Sam yang baru saja kembali memecahkan rekor.

Indeks acuan bursa nasional tersebut dibuka menguat 0,37% ke 6.232,10. Selang 7 menit IHSG terpantau masih menghijau 1,02% ke level 6.273,66.

Nilai transaksi pagi ini sebesar sebesar Rp 1,4 triliun dan terpantau investor asing merangsek masuk dengan pembelian bersih Rp 100 miliar di pasar reguler.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa setelah Partai Demokrat merilis detail rencana stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun. Salah satu program dalam paket stimulus tersebut adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 1.400.

Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, optimistis stimulus ini bakal berdampak besar bagi rakyat AS. Eks ketua bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) itu memperkirakan stimulus akan merangsang penciptaan lapangan kerja hingga ke titik optimal (full employment) dalam waktu setahun.

"Tidak ada alasan kita harus melalui masa pemulihan ekonomi yang terlampau lama. Dengan paket stimulus ini, saya perkirakan kita akan menuju full employment pada tahun depan," tegas Yellen, sebagaimana diwartakan CNBC International.

Selain itu, investor juga mengapresiasi kecepatan pemerintah AS dalam mendistribusikan vaksin anti-virus corona. US Centers of Disease Control dan Prevention (CDC) mencatat sudah 31,59 juta orang menerima satu dosis vaksin dan 9,15 juta orang sudah disuntik dosis kedua.

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/hps)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 05 Februari 2021

RI Belum Bisa Lepas dari Jerat Resesi, Rupiah Bakal Jeblok?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan FinancindoNilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.010/US$ pada perdagangan Kamis kemarin. Belum stabilnya sentimen pelaku pasar, yang terindikasi dari merosotnya bursa saham utama Asia kemarin membuat dolar AS kembali menjadi target investasi.

Kabar buruk bagi rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (5/2/2021), indeks dolar AS kemarin melesat 0,4% ke 91,529 yang merupakan level tertinggi sejak awal Desember. Dan pagi ini masih stagnan, sehingga rupiah berisiko tertekan.

Sementara itu dari dalam negeri akan dirilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 pagi ini.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air masih akan dihiasi oleh angka negatif. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 terhadap kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ) diperkirakan -0,395%.

Kemudian pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) diperkirakan -2,145%. Dengan demikian, Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) PDB selama tiga kuartal beruntun, artinya belum mampu lepas dari resesi. Meski kabar baiknya, kontraksi tersebut melandai.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas Rp 14.000/US$.

Mata Uang Garuda masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu, indikator stochastic mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.050/US$. Jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.

Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 04 Februari 2021

'Lockdown' Cuma Weekend, IHSG Berpotensi Melaju Tipis

Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

Rifan Financindo - Bursa saham domestik berhasil keluar dari tekanan dan berbalik menguat (rebound) pada perdagangan Rabu kemarin sebesar 0,56% ke posisi 6.077,74 poin di tengah wacana penerapan pembatasan sosial masyarakat yang lebih ketat dan berskala mikro.

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi mencapai Rp 20,57 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,41 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi pembelian yang cukup massif yakni Rp 4,76 triliun termasuk transaksi crossing PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

Pengamat pasar saham PT MNC Asset Management, Edwin Sebayang berpendapat, laju IHSG pada Kamis ini diproyeksikan akan bergerak sideways dalam kisaran terbatas menyusul penutupan indeks di Wall Street.

Di sisi lain, beberapa harga komoditas juga menunjukkan penurunan seperti emas, -0,10%, timah -0,25%, nikel -0,63% serta penurunan cukup tajam harga batu bara sebesar 2,93% sehingga sudah berada di bawah US$80 dan kejatuhan harga CPO sebesar -4,74% berada di bawah RM3230.

Dari dalam negeri, pelaku pasar juga akan menantikan pengumuman BPS pada Jumat besok mengenai data pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020/ "PDB diperkirakan akan terkoreksi -2,1% sampai dengan -2,2%," kata Edwin Sebayang.

Tidak hanya itu, saat ini juga muncul wacana pemerintah yang akan melakukan pengetatan PPKM dengan skala mikro. Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto usai rapat terbatas, Rabu (3/2) mengatakan Presiden Joko Widodo mendorong optimalisasi PPKM dengan pendekatan berskala mikro. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas PPKM demi mencegah penularan Covid-19.

Dengan akumulasi berbagai sentimen tersebut, MNC Asset Management memperkirakan 6.026 - 6.118.

Sementara itu, NH Korindo Sekuritas mencermati, Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu kemarin (3/2/2021), di tengah rilis laporan keuangan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa yang cukup menggembirakan.

Namun, kabar rencana pengunduran diri Jeff Bezos sebagai CEO Amazon justru menyebabkan harga sahamnya ditutup melemah. Sementara itu, otoritas AS akan melakukan investigasi untuk potensi fraud pada pergerakan saham Gamestop.

Dari bursa domestik, IHSG terlihat masih bergerak dalam rentang konsolidasi wajar. Investor mencermati perkembangan wacana akan diberlakukannya lockdown pada akhir pekan di wilayah Jakarta.

"Untuk hari ini, rentang pergerakan IHSG diperkirakan berada antara 6.000-6.157," tulis NH Korindo Sekuritas. (hps/hps)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 03 Februari 2021

Indeks Ketakutan & Dolar Turun, Rupiah Tembus Rp 14.000/US$?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika (AS) ke Rp 14.020/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Dolar AS kemarin sedang menjadi favorit pelaku pasar sebab aset-aset berisiko sedang tidak stabil.

Namun, pada perdagangan hari ini, Rabu (3/2/2021), kondisinya akan berbeda. Rupiah berpeluang menguat, bahkan menembus ke bawah Rp 14.000/US$ melihat setiman pelaku pasar yang mulai bagus. Hal tersebut terlihat dari menguatnya bursa saham global dalam 2 hari terakhir, serta menurunnya indeks volatilitas (volatility index/VIX), atau yang dikenal dengan indeks yang mencerminkan ketakutan pelaku pasar.

Selasa kemarin, volatility index, turun tajam hingga lebih dari 15%. Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko. Dalam kondisi tersebut, rupiah tentunya akan diuntungkan.

Selain itu, indeks dolar AS meski kemarin mencatat penguatan, tetapi pagi ini langsung turun 0,22% ke 90,994. Indeks tersebut merupakan tola ukur kekuatan dolar AS, sehingga ketika menurun peluang rupiah untuk menguat cukup besar.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas Rp 14.000/US$.

Mata Uang Garuda masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

idr 
Foto: Refinitiv
idr

Sementara itu, indikator stochastic mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.050/US$. Jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.

Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan