Foto : CNBC Indonesia |
Rifan Financindo - Bitcoin tengah naik daun. Mata uang kripto ini sempat mengalami kenaikan cukup tajam, karena mencapai US$ 53.000 (sekitar Rp 800 juta) per keping.
Namun, ada banyak suara sumbang soal emas digital ini. Bukan sosok 'kacangan', yang memberi penilaian buruk justru sejumlah sosok ekonomi popular, mulai dari 'Dr Doom' Nouriel Roubini hingga Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.
Roubini
Profesor ekonomi Roubini mengatakan secara fundamental bitcoin tak bisa menjadi mata uang. Pernyataan ini diutarakannya dalam wawancara dengan Bloomberg, sebagaimana dikutip Business Insider.
"Secara fundamental, bitcoin bukanlah mata uang. Itu bukan unit akun, juga bukan alat pembayaran yang terukur, dan bukan penyimpan nilai (store of value) yang stabil," kata Roubini dalam wawancara tersebut.
"Menyebut itu mata uang kripto adalah keliru, itu bahkan bukan sebuah aset," tambahnya.
|
Bitcoin, lanjut dia, hanya mampu menyelesaikan lima transaksi per detik. Ini sangat jauh dibandingkan dengan jaringan Visa yang menyelesaikan 24.000 transaksi per detik.
Selain itu, volatilitas ekstrim bitcoin yang dapat menghapus nilainya secara signifikan dalam waktu singkat. Hal tersebut membuat Roubini mengatakan Flintsones bahkan memiliki sistem moneter yang lebih baik dari bitcoin.
Roubini sendiri bukanlah orang sembarangan. Ia adalah sosok yang meramalkan akan terjadi crash di pasar perumahan yang bubble dan memicu krisis di 2006.
Prediksinya kala itu tepat. Pada tahun 2008 terjadi krisis finansial global akibat bubble pasar perumahan di AS.
Ia bahkan mengatakan Flinstones, film kartun yang berkisah tentang jaman batu, memiliki sistem moneter yang lebih baik ketimbang bitcoin. Menurutnya harga bitcoin naik hanya akibat aksi manipulasi yang masif dan bitcoin sudah bubble.
Bank of America dan JPMorgan
Analis dari Bank of America juga menyebut bitcoin aset yang bubble. Bahkan dikatakan sebagai "mother of bubble".
"Reli bitcoin belakangan ini bisa jadi merupakan kasus spekulasi mania lainnya. Bitcoin terlihat seperti 'mother of all bubbles'," kata Michael Hartnett, kepala strategi investasi Bank of America, sebagaimana dilansir CNN Business.
|
Hartnett melihat bitcoin yang melesat sekitar 1.000% sejak awal 2019 jauh lebih besar dari kenaikan aset-aset yang pernah mengalami bubble dalam beberapa dekade terakhir. Harga emas yang melonjak 400% di akhir 1970an misalnya, kemudian bursa saham Jepang di akhir 1980an, hingga dot-com bubble di akhir 1990an.
Aset-aset tersebut melesat tiga digit persentase, sebelum akhirnya crash dan jatuh sedalam-dalamnya. Meski demikan, Hartnett tidak memberikan prediksi harga dan hanya menunjukkan jika bitcoin menjadi contoh meningkatnya aksi spekulasi.
JPMorgan dalam catatannya kepada kliennya memperingatkan harga bitcoin kemungkinan akan merosot dari level saat ini. JP Morgan juga mengatakan, saat harga bitcoin meroket lima bulan terakhir, capital inflow ke bitcoin dari investor institusional relatif kecil.
"Dalam pendapat kami, kecuali volatilitas bitcoin menurun cepat, harga saat ini terlihat tidak akan bertahan lama," tulis analis JP Morgan sebagaimana dilansir Businesss Insider.
Menkeu AS Janet Yellen
Sementara itu, Yellen menyebut masih banyak pertanyaan penting soal legitimasi dan stabilitas bitcoin. Ini membuatnya meragukannya.
"Saya tidak berpikir bahwa bitcoin ... akan banyak digunakan sebagai mekanisme transaksi," katanya dalam sebuah konferensi di AS, dikutip dari CNBC International Selasa (23/2/2021).
"Sejauh ini (bitcoin) digunakan, saya khawatir banyak digunakan untuk 'keuangan gelap' (ilegal). Ini adalah cara yang sangat tidak efisien untuk melakukan transaksi dan jumlah energi yang dikonsumsi untuk memproses transaksi tersebut juga sangat mencengangkan."
Foto: reuters
Janet Yallen |
Penambangan bitcoin mengharuskan pengguna untuk menyelesaikan persamaan matematika yang kompleks menggunakan pengaturan komputer bertenaga tinggi. Menurut Digicomist, konsumsi listrik yang digunakan dalam proses tersebut meninggalkan jejak karbon tahunan yang sama dengan negara Selandia Baru.
Selain masalah konsumsi, bitcoin juga dianggap sebagai alat bagi mereka yang terlibat dalam sejumlah aktivitas ilegal karena penggunaannya yang sulit dilacak. Lalu ada volatilitas, karena harga mata uang kripto bisa riba-tiba menapai 'puncak' dan lalu tiba-tiba turun terjerembab.
"Ini adalah aset yang sangat spekulatif. Anda tahu saya pikir, orang harus sadar bahwa ini bisa sangat tidak stabil. Saya khawatir tentang potensi kerugian yang dapat diderita investor," kata Yellen. (sef/sef)
Info Lowongan Kerja
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan