Rabu, 17 Maret 2021

Ada RDG The Fed, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

FILE - In this Nov. 25, 2019, file photo Federal Reserve Board Chair Jerome Powell addresses a round table discussion during a visit to Silver Lane Elementary School, in East Hartford, Conn. On Wednesday, Dec. 11, the Federal Reserve issues a statement and economic projections, followed by a news conference with Powell. (AP Photo/Steven Senne)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Steven Senne)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.400/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Padahal, sepanjang perdagangan Mata Uang Garuda berada di zona hijau, sebelum berbalik melemah di menit-menit akhir perdagangan.

Yield obligasi (Treasury) AS yang berbalik naik membuat rupiah masuk ke zona merah. Pergerakan tersebut menunjukkan besarnya pengaruh yield Treasury ke rupiah.

Kenaikan yield Treasury selain membuat dolar AS perkasa juga berisiko menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.

The Fed pada rapat dewan gubernur (RDG) 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Hasil rapat kebijakan moneter tersebut baru akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia, sehingga pergerakan besar baru akan terjadi besok, tetapi tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi pada hari ini, Rabu (17/3/2021).

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, sebab rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak tipis-tipis sejak awal pekan.

Rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Resisten masih berada di kisaran kini berada di kisaran Rp 14.400 - 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke support yang berada di kisaran Rp 14.330 - 14.280/US$ (kisaran MA 200).

Sementara jika resisten ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 16 Maret 2021

Harga Emas Antam Naik Hari Ini, Sinyal Mau Melesat Tinggi?

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam naik pada perdagangan Selasa (16/3/2021), mengikuti pergerakan harga emas dunia. Di pekan ini, harga emas dunia memang diprediksi akan menanjak, jika prediksi tersebut tepat maka emas Antam tentunya akan terkerek naik.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas satuan 1 gram dibanderol Rp 927.000/batang, naik Rp 3.000 atau 0,32%. Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,35% ke Rp 86.912.000/batang atau Rp 869.120/gram.


Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 513.500 Rp 1.027.000
1 Gram Rp 927.000 Rp 927.000
2 Gram Rp 1.794.000 Rp 897.000
3 Gram Rp 2.666.000 Rp 888.667
5 Gram Rp 4.410.000 Rp 882.000
10 Gram Rp 8.765.000 Rp 876.500
25 Gram Rp 21.787.000 Rp 871.480
50 Gram Rp 43.495.000 Rp 869.900
100 Gram Rp 86.912.000 Rp 869.120
250 Gram Rp 217.015.000 Rp 868.060
500 Gram Rp 433.820.000 Rp 867.640
1000 Gram Rp 867.600.000 Rp 867.600

Harga emas dunia pada perdagangan awal pekan kemarin menguat 0,31% ke US$ 1.731,83/troy ons.

Survei yang dilakukan Kitco terhadap 16 analis di Wall Street yang disurvei Kitco menunjukkan sebanyak 38% memberikan outlook bullish (tren naik) untuk emas, artinya akan kembali menguat pekan ini. Sebanyak 31% memberikan proyeksi bearish (tren turun) dan 31% netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar lebih optimistis lagi. Dari 1.611 partisipan, sebanyak 62% memberikan proyeksi bullish, 23% bearish, dan sisanya netral.

Baik para analis maupun pelaku pasar kompak melihat emas dunia akan menguat di pekan ini. Salah satu penyebabnya ada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter.

The Fed diperkirakan akan bertindak guna meredam kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.

Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Kenaikan yield Treasury tersebut dapat menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS.

Jelang pengumuman kebijakan moneter tersebut, yield Treasury AS kini sudah menurun sejak awal pekan kemarin. Pada perdagangan Senin, yield tersebut turun turun 2,8 basis poin, dan pagi ini turun lagi 1,37 basis poin.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 15 Maret 2021

Maaf Bunda, Harga Emas LM Antam Drop Awal Pekan Ini

Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam turun lagi pada perdagangan Senin (15/3/2021). Dengan demikian, emas Antam sudah membukukan penurunan empat hari beruntun.

Meski demikian, di pekan ini ada potensi kembali menanjak. Sebab harga emas dunia diprediksi akan menguat di pekan ini.

Harga emas ukuran/satuan 1 gram hari ini turun Rp 2.000 atau 0,22% ke Rp 924.000/batang, melansir data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com. Dalam 4 hari perdagangan terakhir, harga emas ini turun 0,65%.

Sementara itu emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan dijual Rp 86.612.000/batang atau Rp 866.120/gram, turun 0,23% dibandingkan harga Sabtu pekan lalu.

Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 512.000 Rp 1.024.000
1 Gram Rp 924.000 Rp 924.000
2 Gram Rp 1.788.000 Rp 894.000
3 Gram Rp 2.657.000 Rp 885.667
5 Gram Rp 4.395.000 Rp 879.000
10 Gram Rp 8.735.000 Rp 873.500
25 Gram Rp 21.712.000 Rp 868.480
50 Gram Rp 43.345.000 Rp 866.900
100 Gram Rp 86.612.000 Rp 866.120
250 Gram Rp 216.265.000 Rp 865.060
500 Gram Rp 432.320.000 Rp 864.640
1000 Gram Rp 864.600.000 Rp 864.600

Harga emas dunia sepanjang pekan lalu berhasil menguat 1,58% ke US$ 1.726,40/troy ons, bangkit dari level terendah dalam 9 bulan terakhir. Di pekan ini, baik analis maupun pelaku pasar melihat emas dunia berpeluang kembali menanjak.

Hal tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan Kitco. Dari 16 analis di Wall Street yang disurvei Kitco, sebanyak 38% memberikan outlook bullish (tren naik) untuk emas, artinya akan kembali menguat pekan ini. Sebanyak 31% memberikan proyeksi bearish (tren turun) dan 31% netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar lebih optimistis lagi. Dari 1.611 partisipan, sebanyak 62% memberikan proyeksi bullish, 23% bearish, dan sisanya netral.

Salah satu sentimen positif yang bagi emas yakni stimulus fiskal di AS senilai US$ 1,9 triliun yang disahkan pada pekan lalu. Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar utama emas untuk menanjak. Pada Maret tahun lalu, pemerintah AS juga menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun, emas pun terus menanjak hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.

Namun, pergerakan emas kali ini setelah stimulus US$ 1,9 triliun disahkan berbeda, belum ada kenaikan yang signifikan. Sebabnya yield obligasi (Treasury) yang terus menanjak.

Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

Kamis pekan ini, The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter dan diperkirakan akan mengaktifkan kembali program Operation Twist, guna meredam kenaikan yield Treasury. Jika hal tersebut benar dilakukan, maka harga emas tentunya akan menanjak di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 12 Maret 2021

Dolar AS Sedang Babak Belur, Saatnya Rupiah Melesat

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan - Rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.395/US$ pada perdagangan Rabu lalu. Sementara pasar keuangan dalam negeri libur pada Kamis kemarin saat dolar AS sedang babak belur.

Kabar baiknya, penurunan dolar AS masih berlanjut hingga hari ini, Jumat (12/3/2021), sehingga berpeluang membawa rupiah melesat, setelah melemah 5 hari beruntun.
Kamis kemarin, indeks dolar AS turun 0,44%, bahkan dalam 2 hari sebelumnya juga turun dengan total 0,53%.

Penurunan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS masih berlanjut pagi ini, meski tipis saja 0,01% di 91,408.

Yield obligasi (Treasury) AS yang turun dari level 1,6% serta inflasi yang masih rendah membuat kecemasan akan taper tantrum mereda, dan dolar AS pun kehilangan keperkasaannya.

Pemerintah AS pada Rabu lalu melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan masih rendah. CPI bulan Februari dilaporkan tumbuh 0,4% (month-to-month/MtM), sementara dibandingkan tahun lalu atau secara year-on-year (YoY) tumbuh 1,7%.

Inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 0,1% MtM,, dan 1,3% YoY, turun dibandingkan bulan sebelumnya 1,4% YoY.
Penurunan inflasi inti secara YoY tersebut menunjukkan kenaikan harga-harga masih belum stabil, dan inflasi masih lemah.

"Data CPI sangat berguna untuk mengingatkan pelaku pasar jika inflasi di AS masih lemah," kata Joe Capurso, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (11/3/2021).

Sebelumnya terus menanjaknya yield Treasury hingga ke level pra pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) membuat dolar AS menguat dan pelaku pasar cemas akan kemungkinan terjadinya taper tantrum. Tidak hanya pasar AS, tapi pasar global juga dibuat cemas.

Kenaikan yield Treasury terjadi akibat ekspektasi perekonomian AS akan segera pulih, dan inflasi akan meningkat. Saat inflasi meningkat, maka berinvestasi di Treasury menjadi tidak menguntungkan, sebab yield-nya lebih rendah. Alhasil pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury, dan yield-nya menjadi naik.

Kenaikan yield akibat ekspektasi pemulihan ekonomi dan kenaikan inflasi tersebut juga membuat pelaku pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering.

Saat tapering terjadi indeks dolar AS menguat tajam, sehingga disebut taper tantrum. Tidak hanya itu, pasar finansial global juga mengalami gejolak, bursa saham mengalami kemerosotan.

Pola Shooting Star Berpotensi Membuat Rupiah Perkasa

Secara teknikal, rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).


idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Resisten masih berada di kisaran kini berada di kisaran Rp 14.400 - 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke support yang berada di kisaran Rp 14.330 - 14.280/US$ (kisaran MA 200). Hanya penembusan di di bawah level tersebut yang dapat mengurangi tekanan bagi rupiah, dan membuka peluang bangkit lebih jauh.


Sementara jika resisten ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 10 Maret 2021

Rupiah Makin Loyo, Pengusaha Mulai Cenat Cenut

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan - Nilai tukar Rupiah pada penutupan perdagangan, Selasa (9/3/2021) tercatat berada di level Rp 14.390/US$. Rupiah melemah 0,28% di pasar spot.

Pelemahan mata uang garuda ini pun mulai membuat dunia usaha tak nyaman. Sebab, ini menimbulkan ketidakpastian dalam kegiatan transaksi pelaku usaha baik impor maupun ekspor.

"Gejolak rupiah yang naik turun tentu menimbulkan ketidakpastian dalam proses membeli dan menjual barang nya," ujar Wakil Ketua Umum (Waketum) Kadin Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/3/2021).

Menurutnya, jika perubahan nilai tukar tidak cepat atau besar dalam hal ini melemah atau menguatnya, maka tidak akan berdampak signifikan ke proses perdagangan pelaku usaha.

Dengan pelemahan nilai tukar Rupiah saat ini, dampak tidak menyenangkannya akan terjadi pada importir karena harga barangnya yang dibeli menjadi mahal. Sedangkan eksportir akan lebih kompetitif karena penjualannya lebih mahal.

Kemudian, dampak lainnya kepada pengusaha yang memiliki utang dolar. Sebab, dengan pelemahan Rupiah, tingkat utangnya akan semakin besar nilainya. "Yang punya utang dolar pendapatan rupiah akan mengalami koreksi cash flow," jelasnya.

Namun, ia meyakini Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas Rupiah sehingga fluktasinya tidak terlalu besar. "Saya percaya BI mampu mengendalikan hal tersebut," kata dia.

Sejalan dengan Benny, Waketum Kadin Shinta Kamdani menjelaskan, pelemahan rupiah akan mendorong ekspor namun di sisi lain memberatkan impor. Ini tentu menyebabkan barang produksi industri domestik yang bahan bakunya impor akan menjadi mahal.

Kondisi ini dinilai akan berdampak bagi daya saing pelaku usaha Indonesia di pasar nasional dan internasional.

"Karena itu kami harap volatilitas nilai tukar bisa dijaga oleh pemerintah agar tidak ada efek samping negatif bagi iklim usaha nasional dan bagi upaya nasional dalam melakukan pemulihan ekonomi," tegasnya. (mij/mij)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan