Nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran Rp15.890 hingga Rp15.970 per dolar AS hari ini. Pelemahan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal dan internal, termasuk sentimen global terkait kebijakan proteksionis AS dan indikator ekonomi domestik seperti inflasi dan kinerja sektor manufaktur.
Pergerakan Rupiah dan Mata Uang Asia
Pada penutupan perdagangan Senin (2/12/2024), rupiah melemah 0,37% menjadi Rp15.905 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Kinerja ini sejalan dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia lainnya:
- Yen Jepang: Turun 0,31%.
- Won Korea Selatan: Melemah 0,50%.
- Yuan China: Merosot 0,35%.
- Peso Filipina: Turun 0,50%.
- Rupee India: Melemah 0,24%.
- Baht Thailand: Turun 0,51%.
Hanya dolar Hong Kong yang mencatat penguatan tipis sebesar 0,01%.
Sentimen Eksternal: Kebijakan Donald Trump
Pelemahan rupiah tidak terlepas dari pengaruh kebijakan global, khususnya ancaman proteksionis dari Presiden terpilih AS, Donald Trump. Trump mengisyaratkan akan mengenakan tarif hingga 100% pada blok BRICS, serta tambahan tarif pada China, Kanada, dan Meksiko.
- Dampak Ancaman Tarif: Kebijakan ini berpotensi menghidupkan kembali ketegangan perang dagang global, yang mendorong penguatan dolar AS sebagai aset aman.
- Ekspektasi Inflasi dan Suku Bunga Tinggi: Ketidakpastian atas kebijakan Trump juga meningkatkan ekspektasi inflasi jangka panjang, yang dapat memaksa The Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Indikator Ekonomi Domestik
Dari sisi domestik, beberapa indikator ekonomi turut membebani performa rupiah:
1. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur
PMI manufaktur Indonesia berada di level 49,2 pada Oktober 2024, menandakan kontraksi selama empat bulan berturut-turut.
- Faktor Utama: Melemahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu penyebab stagnasi di sektor manufaktur. Tren ini juga terlihat di negara-negara ASEAN lain yang mengalami kontraksi serupa.
2. Inflasi November 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi November sebesar 0,30%, naik dari 0,08% pada Oktober, tetapi masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
- Kelompok Penyumbang Inflasi:
- Makanan, Minuman, dan Tembakau: Memberikan kontribusi terbesar dengan inflasi 0,78% dan andil sebesar 0,22%.
- Komoditas Utama: Bawang merah dan tomat masing-masing menyumbang 0,10% terhadap inflasi bulan ini.
Prospek Rupiah ke Depan
Pelemahan rupiah mencerminkan kombinasi tekanan eksternal dan domestik. Dari sisi global, kebijakan proteksionis AS dan sentimen perang dagang menjadi faktor dominan yang memicu penguatan dolar. Sementara itu, lemahnya kinerja sektor manufaktur dan inflasi yang meningkat secara moderat memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar.
Pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap perkembangan kebijakan global dan data ekonomi domestik yang dapat memengaruhi pergerakan rupiah dalam beberapa hari mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar