Rifanfinancindo - Palembang – Masyarakat di wilayah Jawa seperti Jawa
Timur (Jatim), Jawa Tengah, maupun Jawa Barat diminta tidak resah dengan
informasi yang berkembang mengenai stok beras sebab stok beras di wilayah Jawa dinyatakan aman.
Di Jatim, misalnya, pada akhir 2017 lalu surplus 200.000 ton.
“Untuk produksi Januari 2018 sebanyak 295.000 ton dengan konsumsi
297.000 ton atau minus 2.000 ton atau terdapat stok 198.000 ton,” ujar
Gubernur Jatim Soekarwo pada acara Rapat Kerja Gubernur dengan Kepala
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pada Februari 2018 Jatim akan panen 990.000 ton dan Maret 1,7
juta ton. Karena itu, masyarakat tidak ada alasan untuk panik. Kenaikan
harga di pasaran, kata Pakde Karwo sapaan akrab gubernur Jatim ini,
terjadi sesuai dengan hukum ekonomi, supply and demand.
Karena harga beras di Jatim lebih murah, beras akan ditarik oleh
daerah di luar Jatim yang minus. Sementara itu, Kantor Perwakilan Daerah
(KPD) Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Surabaya menyebutkan,
untuk mengatasi gejolak harga beras saat ini, diperlukan peran Badan
Urusan Logistik (Bulog) agar harganya terkendali.
”Langkah dari Bulog harus bisa menjadi penyeimbang dalam upaya
menekan kenaikan harga beras di pasaran,” kata Kepala KPD KPPU Surabaya
Dendy Rakhmad di sela-sela operasi mendadak (sidak) di Pasar Wonokromo,
Jalan Wonokromo, Surabaya.
Dari sidak diketahui, harga beras premium yang dijual para
pedagang di Pasar Wonokromo berkisar Rp11.000 hingga Rp13.000. Artinya,
ada kenaikan sekitar Rp2.000 dibanding harga beras yang dijual pada saat
harga normal. Sedangkan beras medium yang digelontorkan Bulog melalui
operasi pasar dijual para pedagang dengan harga Rp9.000. “Pada dasarnya
masyarakat menerima pasokan berasa dari Bulog. Hanya, mereka berharap
kualitas berasnya ditingkatkan,” tandas Dendy.
Sementara itu, Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah telah melakukan operasi pasar (OP) dengan menyalurkan 17.200 ton beras dari target 30.000 ton hingga akhir Januari ini. Dari operasi pasar di 15 pasar, penyerapan tertinggi berada di Kota Semarang.
Sementara itu, Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah telah melakukan operasi pasar (OP) dengan menyalurkan 17.200 ton beras dari target 30.000 ton hingga akhir Januari ini. Dari operasi pasar di 15 pasar, penyerapan tertinggi berada di Kota Semarang.
Kepala Bulog Divre Jateng Djoni Nur Ashari mengatakan, OP beras
dilakukan karena situasi harga beras di pasaran yang terus mengalami
kenaikan harga. Pihaknya berharap melalui operasi pasar ini harga beras
bisa dikendalikan agar tidak terus merangkak naik.
”Di Semarang OP di Pasar Johar kemarin harganya masih tinggi, namun di Pasar Karangayu, ada penurunan yang cukup signifikan antara Rp500-Rp800 turunnya,” ungkap Djoni di Semarang, kemarin. Dia mengakui operasi pasar telah menjangkau 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Dalam operasi pasar tersebut, pihaknya juga bekerja sama dengan pedagang di luar pasar yang dijadikan sasaran OP beras untuk mencegah ada aksi penimbunan beras. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya sudah meminta pada Bulog agar saat cadangan beras masih cukup supaya tidak perlu menunggu dan segera melakukan operasi pasar.
”Di Semarang OP di Pasar Johar kemarin harganya masih tinggi, namun di Pasar Karangayu, ada penurunan yang cukup signifikan antara Rp500-Rp800 turunnya,” ungkap Djoni di Semarang, kemarin. Dia mengakui operasi pasar telah menjangkau 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Dalam operasi pasar tersebut, pihaknya juga bekerja sama dengan pedagang di luar pasar yang dijadikan sasaran OP beras untuk mencegah ada aksi penimbunan beras. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya sudah meminta pada Bulog agar saat cadangan beras masih cukup supaya tidak perlu menunggu dan segera melakukan operasi pasar.
Meski demikian, Ganjar memastikan cadangan beras untuk Jateng masih mencukupi, bahkan telah swasembada sehingga saat masih mencukupi dia menyatakan tak perlu impor beras untuk Jateng. “Kita dorong daerah di luar Jateng yang butuh, silakan saja untuk di penuhi, namun saran saya kalau Jateng sudah swasembada beras sehingga masih cukup, enggak usah lah impor beras,” imbuhnya.
Sementara itu, Kabid Operasional Bulog Divre Jabar Sri Emilia mengatakan, Jabar memiliki ketersediaan beras yang cukup melimpah. Ketersediaan beras kualitas medium dan standar masih bisa untuk tiga hingga empat bulan ke depan. Selain itu, Bulog pun masih melakukan serapan untuk sisa panen tahun ini. Perum Bulog Divisi Regional Jawa Barat akan terus melakukan operasi pasar (OP) beras hingga tiga bulan ke depan atau Maret 2017.
(kmj)
Sumber : Okezone
PT RIFAN FINANCINDO, PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA, PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA (CABANG), RIFAN FINANCINDO, PT RIFAN, RIFANFINANCINDO, RIFAN FINANCINDO BERJANGKA, RIFAN, PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA, PT. RIFAN, RIFAN BERJANGKA, PT. RIFAN FINANCINDO, PT RIFANFINANCINDO, PT RFB, PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA, RFB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar