Rifanfinancindo -- Nilai tukar rupiah
berada di posisi Rp14.855 per dolar Amerika Serikat (AS) pada
perdagangan pasar spot hari ini, Rabu (12/9). Posisi ini menguat 20 poin
dari penutupan Senin kemarin (10/9) di Rp14.865 per dolar AS.
Bersama rupiah, yen Jepang dan peso Filipina turut menguat terhadap dolar AS, masing-masing 0,07 persen dan 0,09 persen. Namun, mayoritas mata uang negara di kawasan Asia justru melemah. Ringgit Malaysia minus 0,11 persen, won Korea Selatan minus 0,09 persen, dolar Singapura minus 0,08 persen, dan baht Thailand minus 0,04 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Dolar Australia melemah 0,26 persen, franc Swiss minus 0,12 persen, euro Eropa minus 0,09 persen, poundsterling Inggris minus 0,09 persen, dan dolar Kanada minus 0,05 persen. Sedangkan rubel Rusia bergerak stagnan.
Bersama rupiah, yen Jepang dan peso Filipina turut menguat terhadap dolar AS, masing-masing 0,07 persen dan 0,09 persen. Namun, mayoritas mata uang negara di kawasan Asia justru melemah. Ringgit Malaysia minus 0,11 persen, won Korea Selatan minus 0,09 persen, dolar Singapura minus 0,08 persen, dan baht Thailand minus 0,04 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Dolar Australia melemah 0,26 persen, franc Swiss minus 0,12 persen, euro Eropa minus 0,09 persen, poundsterling Inggris minus 0,09 persen, dan dolar Kanada minus 0,05 persen. Sedangkan rubel Rusia bergerak stagnan.
Kendati diperdagangkan menguat pagi ini, Analis Senior CSA Research
Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan kembali ke zona
merah pada hari ini dan bergerak di kisaran Rp14.847-14.861 per dolar
AS. Sentimen eksternal diperkirakan masih terus membayangi rupiah.
Kali ini, menurutnya, tekanan datang dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang akan kembali menaikkan tarif bea masuk impor bagi produk asal China.
"Trump menyatakan siap memberlakukan tarif impor asal China senilai US$267 miliar, melebihi rencana yang diusulkan sebelumnya senilai US$200 miliar," katanya, Rabu (12/9).
Selain itu, tekanan dari rencana kenaikan bunga acuan bank sentral
AS, The Federal Reserve juga semakin besar lantaran data perekonomian
Negeri Paman Sam yang cukup positif.
"Kemudian, langkah bank sentral China yang siap mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk melemahkan mata uang China dapat berimbas pada kembali melemahnya laju rupiah," tambahnya.
Kendati begitu, ia melihat pelemahan rupiah bisa tak terlalu dalam bila paparan anggaran pemerintahan Italia positif, sehingga bisa menguatkan euro Eropa dan menahan penguatan dolar AS. (agi)
Kali ini, menurutnya, tekanan datang dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang akan kembali menaikkan tarif bea masuk impor bagi produk asal China.
"Trump menyatakan siap memberlakukan tarif impor asal China senilai US$267 miliar, melebihi rencana yang diusulkan sebelumnya senilai US$200 miliar," katanya, Rabu (12/9).
"Kemudian, langkah bank sentral China yang siap mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk melemahkan mata uang China dapat berimbas pada kembali melemahnya laju rupiah," tambahnya.
Kendati begitu, ia melihat pelemahan rupiah bisa tak terlalu dalam bila paparan anggaran pemerintahan Italia positif, sehingga bisa menguatkan euro Eropa dan menahan penguatan dolar AS. (agi)
Info Lowongan Kerja
Sumber : CNN Indonesia
Sumber : CNN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar