PT Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.943 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot, Rabu (26/9) pagi. Posisi ini melemah 25 poin atau 0,17 persen dibanding Selasa (25/9) sore yang masih berada di
level Rp14.918 per dolar AS.
Di kawasan Asia, rupiah tak melemah
sendirian. Mata uang garuda melemah bersama baht Thailand dan dolar Hong
Kong. Mata uang tersebut masing-masing melemah 0,06 persen dan 0,04
persen.
Tapi, mayoritas mata uang di kawasan Asia
justru menguat. Ringgit Malaysia menguat 0,01 persen, yen Jepang 0,04
persen, dolar Singapura 0,04 persen, peso Filipina 0,11 persen, dan won
Korea Selatan 0,17 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru melemah dari dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,07 persen, euro Eropa minus 0,06 persen, franc Swiss minus 0,06 persen, dolar Kanada minus 0,06 persen, dan rubel Rusia minus 0,03 persen. Hanya dolar Australia yang menguat 0,04 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru melemah dari dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,07 persen, euro Eropa minus 0,06 persen, franc Swiss minus 0,06 persen, dolar Kanada minus 0,06 persen, dan rubel Rusia minus 0,03 persen. Hanya dolar Australia yang menguat 0,04 persen.
Analis Monex Investindo Dini
Nurhadi Yasyi mengatakan pelemahan dipicu sentimen kenaikan tingkat suku
bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve. Ia memperkirakan
pelemahan akan berlanjut sampai sore.
"Proyeksinya, rupiah bergerak di rentang Rp14.845-14.945 per dolar AS dengan kecenderungan melemah," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/9).
Dini mengakui, pasar sebenarnya sudah memperhitungkan dampak dari kenaikan bunga acuan The Fed. Meskipun demikian, pengaruh kenaikan suku bunga acuan terhadap rupiah tetap sama seperti kenaikan sebelumnya.
"Pasar sudah merespons lebih dulu kenaikan suku bunga The Fed dan jadi sentimen pelemahan rupiah. Meski nanti ketika The Fed sudah menaikkan suku bunga, ada kondisi di mana rupiah bisa saja overbought dan bakal menguat," pungkasnya.
"Proyeksinya, rupiah bergerak di rentang Rp14.845-14.945 per dolar AS dengan kecenderungan melemah," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/9).
Dini mengakui, pasar sebenarnya sudah memperhitungkan dampak dari kenaikan bunga acuan The Fed. Meskipun demikian, pengaruh kenaikan suku bunga acuan terhadap rupiah tetap sama seperti kenaikan sebelumnya.
"Pasar sudah merespons lebih dulu kenaikan suku bunga The Fed dan jadi sentimen pelemahan rupiah. Meski nanti ketika The Fed sudah menaikkan suku bunga, ada kondisi di mana rupiah bisa saja overbought dan bakal menguat," pungkasnya.
Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar