Rifanfinancindo Palembang - Indeks dolar Amerika Serikat
(AS) masih melemah pada perdagangan Senin (24/6/19), setelah mengalami
penurunan tajam dalam tiga hari berturut-turut pada pekan lalu.
Sikap dovish Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih menjadi penekan utama Mata Uang Paman Sam.
Pada pukul 20:50 WIB, indeks dolar berada di level 96,13 atau melemah sekitar 0,9%, mengutip data dari Refinitiv. Sementara dalam tiga hari terakhir indeks yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar ini anjlok 1,47%.
Sikap dovish Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih menjadi penekan utama Mata Uang Paman Sam.
Pada pukul 20:50 WIB, indeks dolar berada di level 96,13 atau melemah sekitar 0,9%, mengutip data dari Refinitiv. Sementara dalam tiga hari terakhir indeks yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar ini anjlok 1,47%.
Saat
mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (20/6/19) lalu, The Fed
membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
Pasca-pengumuman
kebijakan tersebut, pelaku pasar semakin yakin Jerome Powell, sang
pimpinan, akan memangkas suku bunga di tahun ini. Hal tersebut tercermin
dari perangkat FedWatch milik CME Group yang menunjukkan hingga akhir
tahun probabilitas suku bunga 2,25% - 2,50% ditahan sebesar 0% alias
tidak ada.
The Fed diprediksi akan memangkas FFR sebanyak 25 basis poin
menjadi 2,00% - 2,25% pada bulan Juli. Probabilitas terjadinya
pemangkasan suku bunga tersebut sebesar 63,6%, berdasarkan perangkat
FedWatch.
Di sisa tahun 2019, The Fed diramal akan memangkas FFR lagi di bulan September dan Desember.
Meski mayoritas bank sentral utama dunia juga akan melonggarkan kebijakan moneter, namun The Fed diprediksi menjadi yang paling agresif. Hal ini tentunya berkebalikan dengan tahun 2018 lalu, saat bank sentral paling powerful di dunia ini menaikkan suku bunga sebanyak empat kali.
Kebijakan The Fed mengalami u-turn jika pada akhirnya benar-benar memangkas suku bunga.
Bank sentral lainnya yang juga berancang-ancang akan melonggarkan moneter adalah European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ). Namun, kedua bank sentral itu sepertinya akan menggunakan instrumen selain suku bunga untuk pelonggaran moneter, misalnya dengan program pembelian aset seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
Hanya Bank of England (BOE) yang belum bersikap dovish, malah bank sentral Inggris ini membuka peluang kenaikan suku bunga jika Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan atau soft Brexit. (pap/pap)
Di sisa tahun 2019, The Fed diramal akan memangkas FFR lagi di bulan September dan Desember.
Meski mayoritas bank sentral utama dunia juga akan melonggarkan kebijakan moneter, namun The Fed diprediksi menjadi yang paling agresif. Hal ini tentunya berkebalikan dengan tahun 2018 lalu, saat bank sentral paling powerful di dunia ini menaikkan suku bunga sebanyak empat kali.
Kebijakan The Fed mengalami u-turn jika pada akhirnya benar-benar memangkas suku bunga.
Bank sentral lainnya yang juga berancang-ancang akan melonggarkan moneter adalah European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ). Namun, kedua bank sentral itu sepertinya akan menggunakan instrumen selain suku bunga untuk pelonggaran moneter, misalnya dengan program pembelian aset seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
Hanya Bank of England (BOE) yang belum bersikap dovish, malah bank sentral Inggris ini membuka peluang kenaikan suku bunga jika Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan atau soft Brexit. (pap/pap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar