Selasa, 22 Oktober 2019

PT Rifan Financindo Berjangka - Makin Panas, AS Ancam Serang Turki dengan Kekuatan Militer

Makin Panas, AS Ancam Serang Turki dengan Kekuatan Militer
(Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)
PT Rifan Financindo Berjangka - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan Presiden Donald Trump siap menggunakan kekuatan militer terhadap Turki jika diperlukan. Ancaman itu dilayangkan setelah Turki melakukan serangan terhadap Kurdi di Suriah utara.

"Kami lebih suka perdamaian daripada perang," kata Pompeo kepada Wilfred Frost dari CNBC dalam sebuah wawancara pada hari Senin (21/10/19). "Tetapi jika tindakan kinetik atau aksi militer diperlukan, Anda harus tahu bahwa Presiden Trump sepenuhnya siap untuk melakukan tindakan itu."

Lebih lanjut, Pompeo mengatakan bahwa saat ini tindakan militer belum dilakukan karena belum ada perintah langsung dari Presiden. Oleh karenanya, AS masih hanya memberlakukan sanksi ekonomi pada Turki.

"Anda menyarankan kekuatan ekonomi yang kami gunakan. Kami pasti akan menggunakannya. Kami akan menggunakan kekuatan diplomatik kami juga. Itu adalah pilihan kami," kata Pompeo.

Serangan militer Turki terhadap Suriah terjadi awal bulan ini setelah Trump memutuskan menarik pasukan AS dari wilayah itu. Hal itu membuat kaum Kurdi, yang biasa memimpin perang darat melawan ISIS, dianggap menjadi lebih rentan. Turki memandang orang Kurdi sebagai teroris.

Akibat serbuan itu, lebih dari 120 warga sipil tewas, menurut Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk lembaga Hak Asasi Manusia.

Setelah memutuskan menarik pasukan militer dari wilayah itu, Trump sendiri mendapat kritikan pedas dari berbagai koleganya di Gedung Putih.

Pada Senin, Trump menyampaikan pembelaannya.

"(AS) tidak pernah setuju untuk melindungi Kurdi selama sisa hidup mereka." Katanya, mengutip CNBC International. "Kami tidak akan ikut bertarung. Biarkan mereka bertarung sendiri,"

Sebelumnya pada 9 Oktober, Trump telah mengirim surat kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dalam surat itu Trump meminta Erdogan untuk bertindak bijaksana. Namun, Erdogan mengabaikannya dan melakukan serangan pada hari itu juga.

Akibatnya, setelah serangan, pekan lalu AS langsung memberlakukan sanksi ekonomi pada Turki. Sanksi tersebut berupa kenaikan tarif baja hingga 50% dan mengakhiri negosiasi perdagangan. (sef/sef)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 21 Oktober 2019

PT Rifan Financindo - Emas Susah Tembus US$ 1.500/Oz, Apa Benar Mulai Ditinggalkan?

Emas Susah Tembus US$ 1.500/Oz, Apa Benar Mulai Ditinggalkan?
Foto: Emas Batangan ditampilkan di Hatton Garden Metals, London pada 21 July 2015 (REUTERS/Neil Hall/File Photo)
PT Rifan Financindo - Harga emas dunia masih belum berhasil menembus level US$ 1.500/Troy Ounce (Oz) pada perdagangan pekan lalu. Pergerakan emas sedang pada fase konsolidasi dalam beberapa pekan ini, setelah menyentuh level tertinggi pada awal September lalu.

Pada penutupa perdagangan pekan lalu, harga emas diberhenti diperdagangkan pada level US$ 1.493,35/Oz di pasar spot berdasarkan data investing.com. Sebelumnya, logam mulia ini menyentuh level terlemah US$ 1.484,40/troy ons, dengan level tertinggi hari ini di US$ 1.493,93/troy ons.

Sejak menembus ke atas level US$ 1.500/troy ons pada 7 Agustus lalu, emas memang berapa kali turun kembali, tapi tidak lebih dari 2 x 24 jam sudah kembali menyentuh level tersebut.

Pada 4 September 2019, harga emas sempat menyentuh level tertinggi pada perdagangan harian selama 2019, pada harga US$ 1.564,70/Oz. Setelah menyentuh level tertinggi tersebut, harga emas terus merosot.

Kali ini emas cukup lama berada di bawah level US$ 1.490/Oz. Kiilau emas mulai redut dan mulai ditinggalkan investor. Padahal isu resesi di AS kembali muncul yang seharusnya bisa mendongkrak lagi harga emas, tapi ternyata tak cukup kuat.

Buruknya data ekonomi AS sejak hari Rabu lalu menjadi penyebab munculnya kembali isu resesi. Departemen perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan September turun 0,3% month-on-month (MoM).Penurunan tersebut merupakan yang pertama dalam tujuh bulan terakhir.

Rilis tersebut berbanding terbalik dengan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi kenaikan 0,3%. Sementara penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan turun 0,1% MoM.

Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelambatan di tersebut, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa di kuartal III-2019 tentunya akan terseret juga.

Sementara itu pada Kamis kemarin, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia turun drastis menjadi 5,6 di bulan ini, dibandingkan bulan September sebesar 12,0. Akibatnya, spekulasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di akhir bulan ini semakin menguat.

Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 85% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,76% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).

Selain itu, masalah Brexit juga masih belum jelas. Anggota parlemen Inggris meragukan rancangan kesepakatan Brexit yang disepakati Inggris dan Uni Eropa. Keraguan timbul akibat perkiraan apakah parlemen Inggris akan mendukung kesepakatan tersebut.

Democratic Unionist Party (DUP), sekutu utama pemerintahan Johnson, menyatakan akan menentang kesepakatan itu karena "bisa merusak" Good Friday Agreement (GFA), gencatan senjata hukum yang memulihkan perdamaian di perbatasan antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia.

Gonjang ganjing Brexit seharusnya jadi katalis harga emas, sekali lagi isu ini rupanya tak membuat harga emas bergerak banyak.

Belum lagi data ekonomi China yang keluar pekan lalu juga tidak terlalu baik. GDP China hanya tumbuh 6,0 persen (YoY), lebih rendah dari perkiraan sebesar 6,1 persen.

China diperkirakan akan segera mempercepat stimulus dalam 1-2 kuartal ke depan jika ingin memenuhi target pertumbuhan ekonomi antara 5,5% dan 6% pada tahun selanjutnya. Perang dagang China dan AS telah membebani perekonomiannya.

Emas seharusnya punya momentum untuk naik dari kecemasan akan terjadinya resesi, serta peluang penurunan suku bunga The Fed. Tetapi nyatanya harga emas tak bergeming di bawah US$ 1.500/troy ons.



Foto: Infografis/Pergerakan HARGA EMAS Sepekan (14 - 18 Oktober 2019)a/Arie Pratama
(hps/hps)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 18 Oktober 2019

Rifan Financindo - Kecemasan Resesi di AS Muncul Kembali, Yen Menguat Lagi

Kecemasan Resesi di AS Muncul Kembali, Yen Menguat Lagi
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Yuriko Nakao/Files)
Rifan Financindo - Mata uang yen Jepang menguat dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin, dan masih berlanjut pada hari ini, Jumat (18/10/19). Tanda-tanda melambatnya ekonomi AS, serta kesepakatan dagang AS-China yang semakin diragukan membuat daya tarik yen sebagai aset aman (safe haven) kembali muncul.

Pada pukul 7:25 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 108,62/US$ menguat 0,03% di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara dalam dua hari sebelumnya, yen menguat 0,08% dan 0,9%.

Tanda-tanda pelambatan ekonomi AS terlihat dari rilis data penjualan ritel Rabu serta aktivitas manufaktur Kamis kemarin.

Departemen perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan September turun 0,3% month-on-month (MoM). Penurunan tersebut merupakan yang pertama dalam tujuh bulan terakhir. Rilis tersebut berbanding terbalik dengan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi kenaikan 0,3%.

Sementara penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan turun 0,1% MoM.

Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelambatan di tersebut, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa di kuartal III-2019 tentunya akan terseret juga.
Sementara Kamis kemarin, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia turun drastis menjadi 5,6 di bulan ini, dibandingkan bulan September sebesar 12,0.
Akibatnya rilis data-data tersebut kecemasan akan resesi di AS kembali muncul dan spekulasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) semakin menguat. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group pagi ini, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 85,% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,76% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).
Tingginya probabilitas tersebut membuat keperkasaan dolar AS di hadapan yen runtuh, dan perlahan melemah kembali.

Sementara itu keraguan akan kesepakatan dagang AS-China terus meningkat. Kali ini yang disoroti adalah janji China membeli produk pertanian AS. CNBC International mengutip Wall Street Journal melaporkan Pemerintah Tiongkok sampai saat ini tidak memberikan detail kapan dan berapa jumlah produk pertanian yang akan dibeli. 

Presiden AS, Donald Trump pada Jumat pekan lalu mengklaim China akan membeli produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar dalam kurang dari dua tahun. Tetapi masih belum jelas apa yang akan dilakukan AS sebagai barter dari pembelian tersebut.

Selain itu, Kamis kemarin, Menteri Perdagangan China Gao Feng menegaskan semua bea masuk baru yang harus dibatalkan agar kedua negara bisa menandatangani kesepakatan fase satu.

Hal tersebut membuat pelaku pasar mulai meragukan kembali kesepakatan dua raksasa ekonomi yang sudah setahun lebih terlibat perang dagang.

TIM RISET CNBC INDONESIA  (pap/pap)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 17 Oktober 2019

PT Rifan - Mengekor Wall Street, Bursa Tokyo Memble Pagi Ini

Mengekor Wall Street, Bursa Tokyo Memble Pagi Ini
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan - Bursa saham Tokyo sedikit melemah pada pembukaan perdagangan Kamis ini (17/10/2019), menyusul penurunan di bursa saham Wall Street AS karena investor masih memantau setiap perkembangan dalam pembicaraan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) di Brussels.
Data perdagangan mencatat, indeks acuan Nikkei 225 turun 0,08% atau 18,91 poin menjadi 22.454,01 pada awal perdagangan, sementara indeks Topix dengan bobot yang lebih luas turun 0,24% atau 3,90 poin pada 1.627,61.

Pelemahan bursa Asia adalah lanjutan efek tergelincirnya bursa saham AS karena data ekonomi yang lemah. Sementara itu perdagangan saham di Eropa juga belum ada pergerakan yang nyata karena investor masih menanti solusi dari negosiasi Brexit.

"Pasar didominasi oleh spekulasi dan berita utama soal Brexit, sementara data ekonomi di AS juga beragam," kata Kishti Sen, analis ANZ Research, dikutip AFP dan CNBC International.

Departemen Perdagangan AS melaporkan terjadi penurunan kontrak penjualan ritel AS pada September dan ini terjadi untuk pertama kalinya dalam 7 bulan terakhir. Kontraksi di sektor manufaktur ini diperkirakan sudah menyebar ke sektor ekonomi lain yang lebih luas

Penjualan ritel secara tak terduga merosot 0,3% pada bulan September. Data yang lemah menambah kekhawatiran atas potensi resesi.

Di bursa Wall Street, tadi pagi, indeks Dow Jones turun 22,82 poin atau 0.08% menjadi 27.001,98. Sedangkan S&P 500 kehilangan 5,99 poin atau 0,20% ke 2.989,69 dan Nasdaq turun 24,52 poin atau 0,3% ke 8.124,18. (tas)

Rabu, 16 Oktober 2019

PT Rifan Financindo Berjangka - Trump Blacklist Perusahaan China, Dapen AS Kena Getahnya

Trump Blacklist Perusahaan China, Dapen AS Kena Getahnya
Foto: Infografis/Saling balas serangan AS VS CHINA/Aristya Rahadian krisabella
PT Rifan Financindo Berjangka - Beberapa lembaga dana pensiun publik terbesar di Amerika Serikat (AS) mengatakan sedang meninjau keputusan Pemerintah Presiden AS Donald Trump yang memasukkan beberapa perusahaan China ke dalam daftar hitam (blacklist). Alasannya, karena mereka ternyata berinvestasi di perusahaan yang masuk daftar hitam itu.

Dimasukkannya perusahaan-perusahaan China ke dalam daftar entitas berarti mereka akan membutuhkan izin dari pemerintah AS untuk membeli perangkat dari perusahaan AS. Alasan dimasukannya perusahaan-perusahaan itu ke daftar blacklist adalah karena masalah pelanggaran HAM yang dilakukan China terhadap etnis Uighur dan Islam minoritas.

Beberapa perusahaan yang masuk daftar hitam di antaranya adalah Hangzhou Hikvision Digital Technology Co dan tujuh perusahaan lain. Mereka diduga terlibat masalah pelanggaran HAM tersebut.

Salah satu lembaga yang berinvestasi di perusahaan China yang di-blacklist adalah Sistem Pensiun Guru California (CalSTRS). Lembaga ini berinvestasi di Hikvision.

"Kami sedang melacak situasi mengingat perkembangan baru ini dengan pengumuman Departemen Perdagangan," kata seorang juru bicara CalSTRS dalam email.

CalSTRS memiliki 4,35 juta saham di Hikvision per 30 Juni 2018, menurut data terakhir yang tersedia. Dari semua bentuk kepemilikan, CalSTRS berarti memiliki aset senilai US$ 24 juta.

STRS Bagian New York juga memiliki saham Hikvision. Kepemilikannya pada akhir Juni adalah sebanyak 81.802 saham, naik dari 26.402 saham pada akhir 2018, kata lembaga itu.

"Kepemilikan kami terutama dipegang berdasarkan bobotnya dalam portofolio pasif yang cocok dengan indeks MSCI ACWI ex-AS, tolok ukur kebijakan kami. Kami sedang memantau situasi," kata juru bicara lembaga itu. Indeks MSCI All Country World Index (ACWI) ex-AS termasuk saham dari 22 pasar maju dan berkembang.

Lembaga dana investasi besar lainnya yang berinvestasi dalam saham Hikvision adalah Sistem Pensiun Florida (FRS), yang memiliki 1,8 juta saham pada akhir Juni.

Seorang juru bicara untuk dana tersebut mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan manajer uang eksternal terkait dengan masalah ini untuk memenuhi semua persyaratan peraturan dan fidusia.

Menanggapi hal itu, konsultan risiko mengatakan otoritas Amerika harus memperhatikan masalah ini karena terkait banyak warga AS.

"Hikvision telah muncul sebagai anak poster perusahaan untuk memungkinkan pelanggaran hak asasi manusia China, di mana kamera pengawasnya terpajang di atas dinding kamp penahanan yang memenjarakan sekitar satu juta atau lebih warga Uighur di Xinjiang," kata Roger Robinson, presiden dan CEO lembaga konsultasi risiko yang berbasis di Washington DC, RWR Advisory Group.

Selain Hikvision, satu perusahaan lain di antara delapan yang masuk daftar hitam, yang menjadi tempat investasi lembaga dana pensiun besar AS, adalah iFlytek Co Ltd. Sahamnya dimiliki oleh lembaga dana di Florida, Negara Bagian New York serta CalSTRS dan Sistem Pensiun Pegawai Negeri California (CalPERS) secara tidak langsung melalui iShares MSCI Emerging Markets ETF pada tanggal pengungkapan terakhir mereka. (sef/sef)