Senin, 29 Maret 2021

Semangat Awal Pekan, IHSG Siap Bangkit Setelah Merosot 2,5%

Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot lebih dari 2,5% sepanjang pekan lalu. Data pasar mencatat, dalam sepekan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 791,27 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 53,63 triliun.

Lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) secara global, serta di Eropa Khususnya membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Eropa kini dinilai sudah terpukul oleh gelombang serangan ketiga (third wave outbreak) virus corona. Gelombang yang membuat sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing).

Sejak 2 pekan lalu, Prancis memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di tujuh wilayah, termasuk ibu kota Paris. Lockdown akan berlaku selama sebulan. Selain itu, berlaku jam malam secara nasional yaitu pada pukul 19:00.

Di Jerman, Kanselir Angela Merkel memutuskan untuk memperpanjang lockdown hingga 18 April 2021. Warga Negeri Panser diminta untuk tetap di rumah selama libur Hari Paskah.

Akibat lonjakan kasus tersebut, dalam 5 hari perdagangan pekan lalu, IHGS hanya mampu menguat sekali pada Jumat (26/3/2021), dan cukup besar 1,2%. Di hari yang sama, bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) juga melesat lebih dari 1%, indeks S&P 500 bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

Penguatan Wall Street tersebut bisa memberikan sentimen positif ke pasar Asia hari ini, termasuk IHSG. 

Secara teknikal, kemerosotan IHSG pada pekan lalu membuatnya berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang tentunya memberikan tekanan.
Indikator stochastic pada grafik harian bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam stochastic mulai masuk ke wilayah overbought yang berisiko membawa IHSG kembali turun.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Resisten terdekat berada di kisaran 6.210, jika berhasil dilewati, IHSG berpeluang menguat ke 6.250. Target selanjutnya di 6.290.

Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko melemah ke 6.160, sebelum menuju 6.120.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 26 Maret 2021

IHSG Jeblok 3,7% dalam 4 Hari Beruntun, Saatnya Nyerok Saham?

Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,54% ke 6.122,876 pada perdagangan Kamis kemarin. Data pasar mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 333 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,46 triliun.

Hingga Kamis kemarin, IHSG sudah merosot 4 hari beruntun dengan total 3,7%.

Investor sedang mencermati perkembangan pandemi virus corona, utamanya di Eropa. Sepertinya prospek ekonomi Benua Biru tidak akan secerah perkiraan sebelumnya.

Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktor lockdown. Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 sepertinya bakal lumayan berat. "Sekarang kita akan segera masuk ke kuartal II, yang sepertinya akan terasa lama," ujarnya kepada CNBC International.

Pada perdagangan hari ini, Jumat (26/3/2021) IHGS berpeluang bangkit, setelah merosot selama 4 hari beruntun, tentunya bisa memicu aksi bargain hunting. Apalagi, bursa saham Eropa mayoritas menguat pada perdagangan Kamis, begitu juga dengan Wall Street, yang tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia hari ini.

Secara teknikal, kemerosotan IHSG dalam 4 hari beruntun membuatnya makin jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang tentunya memberikan tekanan.

Indikator stochastic pada grafik harian bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

jkse 
Grafik: IHGS Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic pada grafik 1 jam stochastic berada di wilayah oversold yang membuka peluang rebound.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

IHSG meski melemah kemarin tetapi masih bertahan di atas support terdekat kini berada di kisaran 6.120. Jika support tersebut kembali ditembus, IHSG berisiko turun ke 6.090 hingga 6.080. Support selanjutnya, berada di 6.040.

Sementara, jika bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat 6.180. Jika level tersebut dilewati, IHSG berpeluang naik ke 6.210.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 25 Maret 2021

Elon Musk Orang Terkaya Dunia Jadi 'Bandar' Bitcoin?

A Bitcoin (virtual currency) coin is seen in an illustration picture taken at La Maison du Bitcoin in Paris, France, June 23, 2017. REUTERS/Benoit Tessier/
Foto: Bitcoin (REUTERS/Benoit Tessier)

 

Rifan Financindo - Salah satu orang terkaya di dunia, Elon Musk dikenal sebagai salah satu pendukung Bitcoin. Satu aksi di Twitter tentang mata uang digital terpopuler ini bisa mengangkat harga Bitcoin.

Salah satu aksinya adalah ketika mengganti bio Twitter menjadi #bitcoin pada akhir Januari 2021. Tak lama setelah cuitan tersebut, arga dunia berbondong-bondong melakukan transaksi Bitcoin dan cryptocurrency lain. Pada hari itu harga Bitcoin naik 8,43%.

Pertanyaan pun mengemuka, berapa jumlah Bitcoin yang dimiliki Elon Musk? Hingga kini tidak ada pengungkapan berapa banyak Bitcoin yang dimiliki oleh Elon Musk.

Namun Anthony Scaramucci mencoba untuk menebaknya. Mantan direktur komunikasi Gedung Putih era Presiden Donald Trump yang juga pendukung Bitcoin ini menyebut Elon Musk memiliki US$5 miliar lebih Bitcoin atau setara Rp 72 triliun (asumsi Rp 14.400/US$).

Melalui akun Twitter pribadinya, Anthony Scaramucci yang juga pendiri dan hedge fund SkyBridge Capital ini menyebut Elon Musk memiliki Bitcoin sebanyak itu melalui Tesla, SpaceX dan pribadi, seperti dilansir dari Financial Express, Rabu (24/3/2021).

"Elon Musk tak berhenti di Tesla. Saya memahami SpaceX memiliki Bitcoin di balance sheet perusahaan. Elon Musk memiliki US$5 miliar lebih Bitcoin melalui Tesla, SpaceX dan secara pribadi. Tidak ada orang hidup seperti dia yang berbuat lebih banyak untuk melindungi planet bumi dari perubahan iklim," tulis Anthony Scaramucci di akun Twitter pribadinya.

Meski begitu, pernyataan Anthony Scaramucci ini belum mendapat konfirmasi oleh Elon Musk. Bos Tesla ini pertama kali mengumumkan dirinya hanya memiliki 0,25 BTC pada 2018 melalui akun twitternya. Ia mendapatkannya dari seorang teman.

Pada Februari 2021, Tesla mengumumkan berinvestasi di Bitcoin dengan memborong US$1,5 miliar. Alasannya, memaksimalkan return uang tunai milik perusahaan dan menjajaki pembayaran alternatif untuk membeli mobil listrik Tesla.

Atas kebijakan tersebut, Elon Musk meluncurkan rangkaian tweet yang mengatakan bahwa kebijakan yang diambil Tesla [terkait pembelian Bitcoin] bukan cerminan langsung dari pendapat pribadinya dia. Ia juga mengatakan bahwa ia bukanlah investor melainkan insinyur dan tidak memegang saham lain yang diperdagangkan kecuali saham Tesla.

"Tesla's action is not directly reflective of my opinion. Having some Bitcoin, which is simply a less dumb form of liquidity than cash, is adventurous enough for an S&P500 company."

"To be clear, I am *not* an investor, I am an engineer. I don't even own any publicly traded stock besides Tesla. However, when fiat currency has negative real interest, only a fool wouldn't look elsewhere. Bitcoin is almost as bs as fiat money. The key word is 'almost'." (roy/dob)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 24 Maret 2021

Mayday-mayday! IHSG Dibuka Ambruk 1%, Keluar dari 6.200

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka ambruk pada perdagangan pagi ini. Dibuka merah 0,34% ke level 6.231,71. Selang 8 menit perdagangan sesi pertama IHSG masih terdepresiasi 1,13% ke level 6.181,46 pada perdagangan Rabu (24/3/21).

Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 1 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 30 miliar di pasar reguler.

Eropa yang sempat 'adem', kini kembali dibuat kalang-kabut oleh lonjakan kasus baru. WHO mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 23 Maret 2021 adalah 42.870.334 orang. Bertambah 162.860 orang dari hari sebelumnya.

Selama dua pekan terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 198.751 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 162.341 orang per hari.

Oleh karena itu, Eropa kini dinilai sudah terpukul oleh gelombang serangan ketiga (third wave outbreak) virus corona. Gelombang yang membuat sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing).

Mulai akhir pekan lalu, Prancis memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di tujuh wilayah, termasuk ibu kota Paris.Lockdownakan berlaku selama sebulan. Selain itu, berlaku jam malam secara nasional yaitu pada pukul 19:00.

Di Jerman, Kanselir Angela Merkel memutuskan untuk memperpanjanglockdownhingga 18 April 2021. Warga Negeri Panser diminta untuk tetap di rumah selama libur Hari Paskah.

"Kita sedang menghadapi serangan pandemi gelombang baru. Virus mutasi Inggris menjadi dominan," kata Merkel, seperti dikutip dari Reuters.

Pelaku pasar juga perlu mewaspadai ketegangan antara China vs AS dan sekutunya. AS, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada memberlakukan sanksi kepada pejabat pemerintah China yang dituding terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas di Xinjiang.

"Di tengah kecaman internasional, (China) terus melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Xinjiang," tegas Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, dalam keterangan tertulis bersama.

"Sudah banyak bukti yang menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia secara sistemik oleh otoritas China," tambah pernyataan Kementerian Luar Negeri Kanada.

Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada empat orang pejabat pemerintahan China dan satu institusi. Sanksi yang dikenakan adalah larangan masuk dan pembekuan aset.

China tentu tidak terima. Beijing langsung membalas dengan memberlakukan sanksi kepada sejumlah anggota parlemen Uni Eropa, Komite Politik dan Keamanan Uni Eropa, serta dua institusi lainnya.

"Sanksi terhadap kami didasari atas dusta dan tidak dapat diterima," tegas Wang Yi, Menteri Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/trp)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 23 Maret 2021

Jelek Nih, Nasihat The Fed Soal Bitcoin Cs

A Bitcoin (virtual currency) paper wallet with QR codes and coins are seen in an illustration picture taken at La Maison du Bitcoin in Paris July 11, 2014. REUTERS/Benoit Tessier
Foto: Bitcoin (REUTERS/Benoit Tessier)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Ada alasan mengapa bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve System (The Fed) bergerak lambat dalam menyentuh cryptocurrency (mata uang digital). Meski saat ini banyak orang menyambut baik hal tersebut sebagai bagian dari investasi, The Fed tetap bergeming.

Dilansir dari CNBC International, Gubernur The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa cryptocurrency merupakan tempat penyimpan nilai atau investasi yang tidak stabil. Sehingga bank sentral tidak terburu-buru untuk memperkenalkan pesaingnya.

"Mereka sangat mudah berubah dan oleh karena itu tidak benar-benar penyimpan nilai yang berguna dan mereka tidak didukung oleh apa pun," kata Powell, dalam diskusi panel virtual perbankan digital oleh Bank untuk Penyelesaian Internasional pada Senin (22/3/2021).

"Ini lebih merupakan aset spekulatif yang pada dasarnya adalah pengganti emas daripada dolar."

Powell mengatakan hal ini ketika cryptocurrency bitcoin turun di Coinbase, tetapi masih diperdagangkan mendekati masing-masing US$ 57.000 atau setara Rp 819 ribu (asumsi Rp 14.000/US$). Cryptocurrency ini telah melonjak harganya selama tujuh bulan terakhir, di tengah kesibukan dalam aktivitas perdagangan dan penerimaan yang meningkat di industri keuangan.

Selama beberapa tahun terakhir, Fed telah mengerjakan sistem pembayarannya sendiri yang memfasilitasi transfer uang lebih cepat, dengan pengungkapan produk akhir kemungkinan akan terjadi selama dua tahun ke depan. Bersamaan dengan itu, Fed juga telah melakukan penyelidikan lain apakah koin digital bank sentral akan diperlukan atau praktis. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 22 Maret 2021

Alamak! Pekan Lalu Naik, Harga Emas Antam Hari Ini Malah Drop

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Rifan Financindo - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam sepanjang pekan lalu membukukan penguatan 0,68%. Tetapi pada perdagangan hari ini, Senin (22/3/2021) emas Antam malah mengalami penurunan.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia,com, emas Antam satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 931.000/batang, turun 0,32% dibandingkan harga Sabtu pekan lalu.

Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan turun 0,34% ke Rp 87.612.000/batang atau Rp 873.120/gram.


Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 515.500 Rp 1.031.000
1 Gram Rp 931.000 Rp 931.000
2 Gram Rp 1.802.000 Rp 901.000
3 Gram Rp 2.678.000 Rp 892.667
5 Gram Rp 4.430.000 Rp 886.000
10 Gram Rp 8.805.000 Rp 880.500
25 Gram Rp 21.887.000 Rp 875.480
50 Gram Rp 43.695.000 Rp 873.900
100 Gram Rp 87.312.000 Rp 873.120
250 Gram Rp 218.015.000 Rp 872.060
500 Gram Rp 435.820.000 Rp 871.640
1000 Gram Rp 871.600.000 Rp 871.600

Meski melemah di awal pekan ini, tetapi minggu ini ada peluang emas Antam kembali membukukan penguatan. Sebab, harga emas dunia yang diprediksi akan kembali menguat.

Hasil survei yang dilakukan Kitco terhadap 13 analis di Wall Street menunjukkan 6 orang atau 46% memberikan outlook bullish (tren menguat), 4 orang memproyeksikan bearish (tren menurun) dan sisanya netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street, dari 1.698 partisipan sebanyak 65% memprediksi bullish, 21% bearish, dan 14% netral.

Sepanjang pekan lalu, harga emas dunia 1,06% ke US$ 1.744,74/troy ons di pasar spot. Dengan demikian, emas kini sudah membukukan penguatan 2 pekan beruntun.

Harga emas dunia sebenarnya bisa menguat lebih tinggi lagi, sebab bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat.

Tetapi sayangnya, kenaikan yield obligasi (Treasury) AS membuat penguatan emas tertahan. Sepanjang pekan lalu, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 9,7 basis poin ke 1,7320%. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.

Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

Pergerakan yield Treasury tersebut akan menjadi salah satu penentu kemana arah emas di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 19 Maret 2021

Emas vs Bitcoin vs Dolar AS, Mana yang Paling Cuan Bulan Ini?

foto ilustrasi dollar
Foto: Freepik

 

Rifan FinancindoDalam beberapa pekan terakhir, kenaikan yield (obligasi) Treasury Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir menjadi isu pelaku pasar. Kenaikan yield Treasury tersebut tentunya mempengaruhi aset-aset lainnya.

Dolar AS menjadi salah satu yang diuntungkan, sebab kenaikan yield tersebut terjadi akibat ekspektasi pemulihan ekonomi serta kenaikan inflasi di Negeri Paman Sam.

Melansir data Refinitiv, sepanjang bulan Maret hingga Selasa (17/3/2021), dolar AS menguat 1,3% melawan rupiah. Sementara itu, emas menjadi aset yang terpukul di bulan ini. Pada 8 Maret lalu emas dunia sempat merosot ke US$ 1.681,24/troy ons, merosot 3%. Level tersebut merupakan yang terendah dalam 9 bulan terakhir.

Tetapi setelahnya, meski setelahnya perlahan mulai rebound. Pada periode 1 - 17 Maret, emas dunia menguat tipis 0,63%. Sementara itu harga emas Antam pada periode tersebut menguat lebih dari 1%.

Kenaikan harga emas Antam lebih tinggi dari emas dunia, sebab terbantu pelemahan rupiah.

Emas dunia merupakan acuan emas Antam. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, ketika rupiah melemah maka harganya akan lebih mahal ketika dikonversi. Oleh karena itu, harga emas Antam kenaikannya lebih tinggi ketimbang emas dunia.

Sementara itu, bitcoin yang digadang-gadang sebagai emas digital justru melesat di bulan ini, bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 61.780,63/BTC yang dicapai pada Sabtu 13 Maret lalu. Sementara pada periode 1 - 17 Maret, bitcoin meroket lebih dari 33%.

Di sisa bulan ini, penguatan bitcoin masih berpotensi berlanjut, sebab sedang mendapat angin segar yang bisa membuatnya diterima semakin luas. Salah satu bank raksasa Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, dalam layanan wealth management, menawarkan akses ke bitcoin kepada para nasabah yang kaya raya.

Kabar tersebut dilaporkan CNBC International Rabu (17/3/2021) yang mengutip dari seorang sumber yang menolak untuk dipublikasikan indentitasnya.

Meroketnya harga bitcoin memang menarik perhatian bank-bank besar di Negeri Paman Sam. Apalagi setelah investor institusional hingga perusahaan besar semacam Tesla mulai masuk pasar bitcoin.

Namun, Morgan Stanley menjadi bank besar pertama di AS yang memberikan layanan bitcoin ke nasabahnya. Meski tidak semua nasabah, bahkan yang kaya, bisa mendapatkan layanan tersebut. Morgan Stanley baru akan memberikan akses kepada nasabah dengan "toleransi risiko yang agresif" yang memiliki dana yang dikelola perusahaan minimal US$ 2 juta.

Selain itu, Morgan Stanley juga menerapkan aturan yang ketat, investasi di bitcoin dibatasi maksimal 2,5% dari dana yang dimiliki.

Sementara itu, baik dolar AS dan emas pergerakannya masih akan dipengaruhi arah yield Treasury.

The Fed Tak Permasalahkan Kenaikan Yield Treasury

Bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (18/3/2021) dini hari waktu Indonesia menegaskan belum akan merubah kebijakannya dalam waktu dekat, artinya QE senilai US$ 120 miliar masih dipertahankan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.

Dalam konferensi pers, ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui perekonomian Amerika Serikat sudah membaik, bahkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) dinaikkan cukup signifikan.

Di tahun ini, PDB Paman Saham diperkirakan tumbuh 6,5%, jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi yang diberikan bulan Desember lalu 4,2%. Sementara di tahun 2022, diprediksi tumbuh 3,3% naik dari sebelumnya 3,2%.

Sementara itu, The Fed sebelumnya diperkirakan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut. Nyatanya, The Fed malah tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury tersebut.

The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian.

Kenaikan tersebut membuat selisih yield Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) akan menyempit, dan berisiko memicu capital outflow.

Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.

Selain itu, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga tidak mencapai target belakangan ini, menjadi indikasi kurang menariknya yield yang diberikan.

Terbaru, Selasa lalu pemerintah melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp 30 triliun, tetapi yang dimenangkan hanya Rp 19 triliun.

Selain itu, penawaran yang masuk juga terbilang rendah, hanya Rp 40,1 triliun, turun dari lelang sebelumnnya Rp 49,7 triliun.

Jika capital outflow terus terjadi di pasar obligasi, maka nilai tukar rupiah sulit untuk menguat, artinya dolar AS masih akan perkasa.

Sementara kenaikan yield Treasury juga akan menekan emas. Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.

Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 18 Maret 2021

Tak Ada Tapering The Fed, Rupiah Bisa ke Bawah Rp 14.400/US$

Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melemah 0,17% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.425/US$ pada perdagangan Rabu kemarin. Rupiah kini sudah melemah sejak awal pekan ini.

Kenaikan yield obligasi (Treasury) AS terus menekan rupiah. Yield Terasury AS yang berada di level tertinggi sejak Februari 2020 lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.

Kenaikan yield Treasury memicu capital outflow di pasar obligasi Indonesia, sebab selisih dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Alhasil rupiah menjadi tertekan.

Capital outflow di bulan ini cukup besar, yang membuat rupiah sulit menguat. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.

Capital outflow juga kemungkinan terjadi kemarin melihat yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang naik 1,4 basis poin ke 6,761%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat harga turun maka yield akan naik, dan sebaliknya. Saat harga turun, artinya sedang ada aksi jual.

Sementara pada perdagangan hari ini, yield Treasury AS mulai menurun setelah bank sentral AS (The Fed) menegaskan belum akan merubah kebijakannya dalam waktu dekat.
Dalam pidatonya, ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui bahwa inflasi tahun ini bisa menyentuh angka 2,2%, di atas rerata patokan yang biasa mereka pakai untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas (overheated).

Namun, secara bersamaan bank sentral paling powerful di dunia ini menegaskan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya tersebut demi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang membaik. Artinya, The Fed belum akan mengurangi nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering dalam waktu dekat. Tapering menjadi isu yang selama ini ditakutkan pelaku pasar, sebab pengalaman pada 2013 lalu menyebabkan gejolak di pasar finansial global yang disebut taper tantrum

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter mulai pukul 14:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.

Secara teknikal, rupiah meski melemah 3 hari beruntun, tetapi masih tertekan di resisten Rp 14.425/US$.

Rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Seperti disebutkan sebelumnya, rupiah kini berada di resisten Rp 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.400/US$ sebelum menuju support yang berada di kisaran Rp 14.350 - 14.340/US$ (kisaran MA 200).

Sementara jika bergerak konsisten di atas resisten, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$. Resisten selanjutnya berada di kisaran Rp 14.550/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 17 Maret 2021

Ada RDG The Fed, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

FILE - In this Nov. 25, 2019, file photo Federal Reserve Board Chair Jerome Powell addresses a round table discussion during a visit to Silver Lane Elementary School, in East Hartford, Conn. On Wednesday, Dec. 11, the Federal Reserve issues a statement and economic projections, followed by a news conference with Powell. (AP Photo/Steven Senne)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Steven Senne)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.400/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Padahal, sepanjang perdagangan Mata Uang Garuda berada di zona hijau, sebelum berbalik melemah di menit-menit akhir perdagangan.

Yield obligasi (Treasury) AS yang berbalik naik membuat rupiah masuk ke zona merah. Pergerakan tersebut menunjukkan besarnya pengaruh yield Treasury ke rupiah.

Kenaikan yield Treasury selain membuat dolar AS perkasa juga berisiko menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.

The Fed pada rapat dewan gubernur (RDG) 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Hasil rapat kebijakan moneter tersebut baru akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia, sehingga pergerakan besar baru akan terjadi besok, tetapi tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi pada hari ini, Rabu (17/3/2021).

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, sebab rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak tipis-tipis sejak awal pekan.

Rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Resisten masih berada di kisaran kini berada di kisaran Rp 14.400 - 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke support yang berada di kisaran Rp 14.330 - 14.280/US$ (kisaran MA 200).

Sementara jika resisten ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 16 Maret 2021

Harga Emas Antam Naik Hari Ini, Sinyal Mau Melesat Tinggi?

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam naik pada perdagangan Selasa (16/3/2021), mengikuti pergerakan harga emas dunia. Di pekan ini, harga emas dunia memang diprediksi akan menanjak, jika prediksi tersebut tepat maka emas Antam tentunya akan terkerek naik.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas satuan 1 gram dibanderol Rp 927.000/batang, naik Rp 3.000 atau 0,32%. Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,35% ke Rp 86.912.000/batang atau Rp 869.120/gram.


Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 513.500 Rp 1.027.000
1 Gram Rp 927.000 Rp 927.000
2 Gram Rp 1.794.000 Rp 897.000
3 Gram Rp 2.666.000 Rp 888.667
5 Gram Rp 4.410.000 Rp 882.000
10 Gram Rp 8.765.000 Rp 876.500
25 Gram Rp 21.787.000 Rp 871.480
50 Gram Rp 43.495.000 Rp 869.900
100 Gram Rp 86.912.000 Rp 869.120
250 Gram Rp 217.015.000 Rp 868.060
500 Gram Rp 433.820.000 Rp 867.640
1000 Gram Rp 867.600.000 Rp 867.600

Harga emas dunia pada perdagangan awal pekan kemarin menguat 0,31% ke US$ 1.731,83/troy ons.

Survei yang dilakukan Kitco terhadap 16 analis di Wall Street yang disurvei Kitco menunjukkan sebanyak 38% memberikan outlook bullish (tren naik) untuk emas, artinya akan kembali menguat pekan ini. Sebanyak 31% memberikan proyeksi bearish (tren turun) dan 31% netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar lebih optimistis lagi. Dari 1.611 partisipan, sebanyak 62% memberikan proyeksi bullish, 23% bearish, dan sisanya netral.

Baik para analis maupun pelaku pasar kompak melihat emas dunia akan menguat di pekan ini. Salah satu penyebabnya ada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter.

The Fed diperkirakan akan bertindak guna meredam kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.

Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Kenaikan yield Treasury tersebut dapat menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS.

Jelang pengumuman kebijakan moneter tersebut, yield Treasury AS kini sudah menurun sejak awal pekan kemarin. Pada perdagangan Senin, yield tersebut turun turun 2,8 basis poin, dan pagi ini turun lagi 1,37 basis poin.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 15 Maret 2021

Maaf Bunda, Harga Emas LM Antam Drop Awal Pekan Ini

Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam turun lagi pada perdagangan Senin (15/3/2021). Dengan demikian, emas Antam sudah membukukan penurunan empat hari beruntun.

Meski demikian, di pekan ini ada potensi kembali menanjak. Sebab harga emas dunia diprediksi akan menguat di pekan ini.

Harga emas ukuran/satuan 1 gram hari ini turun Rp 2.000 atau 0,22% ke Rp 924.000/batang, melansir data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com. Dalam 4 hari perdagangan terakhir, harga emas ini turun 0,65%.

Sementara itu emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan dijual Rp 86.612.000/batang atau Rp 866.120/gram, turun 0,23% dibandingkan harga Sabtu pekan lalu.

Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 512.000 Rp 1.024.000
1 Gram Rp 924.000 Rp 924.000
2 Gram Rp 1.788.000 Rp 894.000
3 Gram Rp 2.657.000 Rp 885.667
5 Gram Rp 4.395.000 Rp 879.000
10 Gram Rp 8.735.000 Rp 873.500
25 Gram Rp 21.712.000 Rp 868.480
50 Gram Rp 43.345.000 Rp 866.900
100 Gram Rp 86.612.000 Rp 866.120
250 Gram Rp 216.265.000 Rp 865.060
500 Gram Rp 432.320.000 Rp 864.640
1000 Gram Rp 864.600.000 Rp 864.600

Harga emas dunia sepanjang pekan lalu berhasil menguat 1,58% ke US$ 1.726,40/troy ons, bangkit dari level terendah dalam 9 bulan terakhir. Di pekan ini, baik analis maupun pelaku pasar melihat emas dunia berpeluang kembali menanjak.

Hal tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan Kitco. Dari 16 analis di Wall Street yang disurvei Kitco, sebanyak 38% memberikan outlook bullish (tren naik) untuk emas, artinya akan kembali menguat pekan ini. Sebanyak 31% memberikan proyeksi bearish (tren turun) dan 31% netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar lebih optimistis lagi. Dari 1.611 partisipan, sebanyak 62% memberikan proyeksi bullish, 23% bearish, dan sisanya netral.

Salah satu sentimen positif yang bagi emas yakni stimulus fiskal di AS senilai US$ 1,9 triliun yang disahkan pada pekan lalu. Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar utama emas untuk menanjak. Pada Maret tahun lalu, pemerintah AS juga menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun, emas pun terus menanjak hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.

Namun, pergerakan emas kali ini setelah stimulus US$ 1,9 triliun disahkan berbeda, belum ada kenaikan yang signifikan. Sebabnya yield obligasi (Treasury) yang terus menanjak.

Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

Kamis pekan ini, The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter dan diperkirakan akan mengaktifkan kembali program Operation Twist, guna meredam kenaikan yield Treasury. Jika hal tersebut benar dilakukan, maka harga emas tentunya akan menanjak di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 12 Maret 2021

Dolar AS Sedang Babak Belur, Saatnya Rupiah Melesat

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan - Rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.395/US$ pada perdagangan Rabu lalu. Sementara pasar keuangan dalam negeri libur pada Kamis kemarin saat dolar AS sedang babak belur.

Kabar baiknya, penurunan dolar AS masih berlanjut hingga hari ini, Jumat (12/3/2021), sehingga berpeluang membawa rupiah melesat, setelah melemah 5 hari beruntun.
Kamis kemarin, indeks dolar AS turun 0,44%, bahkan dalam 2 hari sebelumnya juga turun dengan total 0,53%.

Penurunan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS masih berlanjut pagi ini, meski tipis saja 0,01% di 91,408.

Yield obligasi (Treasury) AS yang turun dari level 1,6% serta inflasi yang masih rendah membuat kecemasan akan taper tantrum mereda, dan dolar AS pun kehilangan keperkasaannya.

Pemerintah AS pada Rabu lalu melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan masih rendah. CPI bulan Februari dilaporkan tumbuh 0,4% (month-to-month/MtM), sementara dibandingkan tahun lalu atau secara year-on-year (YoY) tumbuh 1,7%.

Inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 0,1% MtM,, dan 1,3% YoY, turun dibandingkan bulan sebelumnya 1,4% YoY.
Penurunan inflasi inti secara YoY tersebut menunjukkan kenaikan harga-harga masih belum stabil, dan inflasi masih lemah.

"Data CPI sangat berguna untuk mengingatkan pelaku pasar jika inflasi di AS masih lemah," kata Joe Capurso, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (11/3/2021).

Sebelumnya terus menanjaknya yield Treasury hingga ke level pra pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) membuat dolar AS menguat dan pelaku pasar cemas akan kemungkinan terjadinya taper tantrum. Tidak hanya pasar AS, tapi pasar global juga dibuat cemas.

Kenaikan yield Treasury terjadi akibat ekspektasi perekonomian AS akan segera pulih, dan inflasi akan meningkat. Saat inflasi meningkat, maka berinvestasi di Treasury menjadi tidak menguntungkan, sebab yield-nya lebih rendah. Alhasil pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury, dan yield-nya menjadi naik.

Kenaikan yield akibat ekspektasi pemulihan ekonomi dan kenaikan inflasi tersebut juga membuat pelaku pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering.

Saat tapering terjadi indeks dolar AS menguat tajam, sehingga disebut taper tantrum. Tidak hanya itu, pasar finansial global juga mengalami gejolak, bursa saham mengalami kemerosotan.

Pola Shooting Star Berpotensi Membuat Rupiah Perkasa

Secara teknikal, rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).


idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Resisten masih berada di kisaran kini berada di kisaran Rp 14.400 - 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke support yang berada di kisaran Rp 14.330 - 14.280/US$ (kisaran MA 200). Hanya penembusan di di bawah level tersebut yang dapat mengurangi tekanan bagi rupiah, dan membuka peluang bangkit lebih jauh.


Sementara jika resisten ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 10 Maret 2021

Rupiah Makin Loyo, Pengusaha Mulai Cenat Cenut

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan - Nilai tukar Rupiah pada penutupan perdagangan, Selasa (9/3/2021) tercatat berada di level Rp 14.390/US$. Rupiah melemah 0,28% di pasar spot.

Pelemahan mata uang garuda ini pun mulai membuat dunia usaha tak nyaman. Sebab, ini menimbulkan ketidakpastian dalam kegiatan transaksi pelaku usaha baik impor maupun ekspor.

"Gejolak rupiah yang naik turun tentu menimbulkan ketidakpastian dalam proses membeli dan menjual barang nya," ujar Wakil Ketua Umum (Waketum) Kadin Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/3/2021).

Menurutnya, jika perubahan nilai tukar tidak cepat atau besar dalam hal ini melemah atau menguatnya, maka tidak akan berdampak signifikan ke proses perdagangan pelaku usaha.

Dengan pelemahan nilai tukar Rupiah saat ini, dampak tidak menyenangkannya akan terjadi pada importir karena harga barangnya yang dibeli menjadi mahal. Sedangkan eksportir akan lebih kompetitif karena penjualannya lebih mahal.

Kemudian, dampak lainnya kepada pengusaha yang memiliki utang dolar. Sebab, dengan pelemahan Rupiah, tingkat utangnya akan semakin besar nilainya. "Yang punya utang dolar pendapatan rupiah akan mengalami koreksi cash flow," jelasnya.

Namun, ia meyakini Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas Rupiah sehingga fluktasinya tidak terlalu besar. "Saya percaya BI mampu mengendalikan hal tersebut," kata dia.

Sejalan dengan Benny, Waketum Kadin Shinta Kamdani menjelaskan, pelemahan rupiah akan mendorong ekspor namun di sisi lain memberatkan impor. Ini tentu menyebabkan barang produksi industri domestik yang bahan bakunya impor akan menjadi mahal.

Kondisi ini dinilai akan berdampak bagi daya saing pelaku usaha Indonesia di pasar nasional dan internasional.

"Karena itu kami harap volatilitas nilai tukar bisa dijaga oleh pemerintah agar tidak ada efek samping negatif bagi iklim usaha nasional dan bagi upaya nasional dalam melakukan pemulihan ekonomi," tegasnya. (mij/mij)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 09 Maret 2021

Begini Prediksi Pelaku Pasar Soal IHSG Hari Ini

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan akan mencoba untuk menguat setelah Senin (8/3/2021) kemarin ditutup melemah.

Reliance Sekuritas menyebutkan masih ada risiko dari kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah Amerika Serikat ke angka 1,6% untuk tenor 10 tahun. Hal ini membayangi di tengah kekhawatiran bahwa program bantuan pemerintah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan imbal hasil ini menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga masih memiliki ruang untuk dilakukan.


Selain itu, investor juga berekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi global karena distribusi vaksin meningkat dan Amerika akan meloloskan stimulus US$ 1,9 triliun.

Dari dalam negeri, Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan pelaku usaha mencermati dampak stimulus dari pemerintah terhadap dunia usaha yang pada kuartal I-2021. Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang masih melemah menjadi dasar ekspansi bisnis pada awal tahun ini belum sesuai harapan.

Sekuritas ini menilai untuk mendorong ekonomi masih dibutuhkan stimulus ekonomi melalui Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021. Sebab dinilai cukup efektif mendorong kembali belanja masyarakat level bawah.

Artha Sekuritas menyebut IHSG diprediksi menguat. Secara teknikal indikator stochastic mulai menyempit mendekati area oversold mengindikasikan trend pelemahan mulai terbatas.

Pergerakan masih dibayangi optimisme dari kesepakatan stimulus Amerika Serikat. Dari dalam negeri masih minim akan sentiment dan data ekonomi.

Dari segi teknikal, MNC Sekuritas mengatakan IHSG sedang berada pada awal dari wave C dari wave (4), yang berarti IHSG akan memulai fase koreksinya dengan koreksi terdekat berada pada area 6.130-6.200 terlebih dahulu.

Namun, apabila IHSG mampu menguat di atas 6.400 atau bahkan di atas 6.505, maka pergerakan IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave 3 dari wave (5).

Hari ini indeks diperkirakan akan bergerak di support 6.184 dan 6.090 serta resisten di 6.400. (hps/hps)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 08 Maret 2021

'Angin Surga' CPO RI, Ada Kabar Bahagia Sawit dari Swiss

Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo - Masyarakat Swiss akhirnya mendukung kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia, Minggu (7/3/2021). Ini membuka pasar potensial yang luas untuk ekonomi RI, termasuk minyak sawit dengan crude palm oil (CPO) salah satunya.

Jejak pendapat menunjukkan 51,7% suara setuju dengan perjanjian tersebut. Ini dar total jumlah pemilih 51%.

Secara general, berdasarkan kesepakatan tersebut, tarif akan dihapus secara bertahap dari hampir semua ekspor terbesar Swiss ke Indonesia. Sementara Swiss akan menghapus bea atas produk industri Indonesia.

Untuk minyak sawit, bea cukai tidak akan dihapus tetapi malah dikurangi antara 20 dan 40% dan volume yang dibatasi hingga 12.500 ton per tahun. Kemudian, siapa pun yang mengimpor minyak sawit harus membuktikan bahwa minyak tersebut memenuhi standar lingkungan dan sosial tertentu.

Sebelumnya perjanjian Indonesia dengan negara European Free Trade Association (EFTA), termasuk Swiss di dalamnya, sudah diteken sejak Desember 2018 dan disetujui parlemen Swiss Desember 2019. Kemitraan tertuang dalam perjanjian Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Namun para penentang sangat mengkritik karena ada persoalan sawit di dalamnya. Sehingga butuh suara publik atas kesepakatan tersebut.

Saat ini, RI adalah mitra ekonomi terbesar ke-44 Swiss dan pasar ekspor terbesar ke-16 di Asia. Pada tahun 2020, ekspor Swiss ke Indonesia berjumlah 498 juta franc Swiss atau sekitar Rp 7,6 triliun (asumsi Rp 15.346/franc Swiss).

Dalam jejak pendapat Februari lalu, sebenarnya 52% mendukung perjanjian bebas sementara sisanya menolak. Swiss adalah negara EFTA bersama Norwegia, Liechtenstein dan Islandia. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 05 Maret 2021

Di Kurs Tengah BI, Rupiah Sudah Rp 14.371/US$!

valas
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun lemas di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (5/3/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada d Rp 14.371. Rupiah melemah 0,5% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, sebenarnya rupiah dibuka stagnan, tidak melemah tetapi juga tidak menguat. Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk jalur merah dan pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.300 di mana rupiah melemah 0,28%.

Rupiah tidak sendiri, hampir seluruh mata uang Asia pun kerepotan menghadapi dolar AS. Sejauh ini hanya yen Jepang, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.

Dolar AS Kelewat Kuat

Ternyata tidak cuma di Asia, dolar AS juga digdaya di tataran global. Pada pukul 09:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 0,05%.

Boleh dikata 2021 sampai saat ini adalah tahunnya dolar AS. Sejak awal tahun, Dollar Index sudah melesat hampir 2%.

Penguatan dolar AS masih ditopang oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Pada pukul 09:19 WIB, yield surat utang pemerintahan Joseph 'Joe' Biden tenor 10 tahun naik 2,3 basis poin menjadi 1,5757%.

Untuk mengendalikan laju kenaikan yield, investor berharap Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal lebih agresif dalam memborong US Treasury Bonds. Sebab ketika permintaan meningkat, harga obligasi akan naik sehingga yield bergerak turun.

Namun dalam sebuah forum yang digelar Wall Street Journal, Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell menegaskan kebijakan yang saat ini ditempuh masih layak (appropriate). Artinya, The Fed belum akan menambah nilai pembelian aset berharga (quantitative easing) yang saat ini adalah US$ 120 miliar per bulan.

"Kenaikan yield memang terlihat dan membuat saya menaruh perhatian. Namun kami belum menilainya sebagai pergerakan yang kebablasan. Posisi (stance) kebijakan kami yang sekarang masih layak," tegas Powell, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Tanpa tambahan gelontoran duit dari The Fed, yield obligasi pemerintah AS lebih leluasa untuk naik. Kenaikan yield ini membuat investor terpana dan mengalihkan pandangan ke sana. Tidak ada waktu untuk mengurus aset lainnya.

"Pasar mengartikan pernyataan Powell bahwa The Fed tidak mencoba menghambat kenaikan yield sehingga investor melihat ada sinyal yield bisa terus naik. Ternyata kejadian," ujar Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James yang berbasis di Florida (AS), seperti diwartakan Reuters.

Perkembangan ini membuat aset- aset lain seperti saham ditinggalkan. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup anjlok. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambruk 1,11%, S&P 500 ambes 1,34%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,11%.

Rontoknya Wall Street menular ke Asia, arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Benua Kuning seret. Akibatnya, mata uang utama Asia ramai-ramai melemah, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 
 

Kamis, 04 Maret 2021

New York Jatuh, Ulangi New York Jatuh! Selanjutnya Rupiah?

A Balinese man makes a Hindu offering outside a shop which offers currency exchange services in Kuta, on the resort island of Bali, Indonesia  April 30, 2018. REUTERS/Johannes P. Christo
Ilustrasi Money CHanger (REUTERS/Johannes P. Christo)

 

PT Rifan - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko memang sedang rendah sehingga arus modal yang mengalir masuk ke negara berkembang menjadi seret, termasuk Indonesia.

Pada Kamis (4/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.230 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk zona merah. Pada pukul 09:04 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.245 di mana rupiah melemah 0,04%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,42% di hadapan dolar AS. Ini menjadi apresiasi pertama bagi mata uang Tanah Air setelah empat hari beruntun gagal menguat, paling banter stagnan. Selama empat hari tersebut, rupiah terdepresiasi 1,56%.

Namun ternyata penguatan kemarin hanya riak belaka, karena ternyata hari ini rupiah kembali melanjutkan tren pelemahan. Sekarang giliran sentimen eksternal yang membuat rupiah sulit bertahan di jalur hijau.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York 'karam'. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,39%, S&P 500 anjlok 1,31%, dan Nasdaq Composite ambruk 2,7%. Nasdaq mengalami koreksi harian terdalam sejak awal Januari 2021.

"Hari ini menggambarkan tema besar yang mendominasi dalam beberapa bulan terakhir. Vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) berjalan lancar, ekonomi semakin membaik, yang kemudian mendorong ekspektas inflasi," kata Ross Mayfield, Investment Strategist di Baird yang berbasis di Kentucky (AS), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Ekonomi Membaik, Inflasi Naik

Ya, AS adalah negara dengan laju vaksinasi anti-virus corona tercepat di dunia. Per 2 Maret 2021, total vaksin yang disuntikkan ke lengan rakyat Negeri Paman Sam mencapai 78.631.601 dosis. Rata-rata tujuh harian berada di 1.942.788 dosis per hari.

Perlahan tetapi pasti, sepertinya vaksin mulai membentuk kekebalan tubuh warga AS dalam melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Mengutip catatan Organisasi Kesehatan Dunia, rata-rata penambahan pasien positif baru pada 14 hari terakhir (18 Februari-3 Maret 2021) adalah 65.133 orang per hari. Jauh berkurang ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 98.443 orang setiap harinya.

Pandemi yang mulai terkendali membuat warga AS lebih percaya diri terhadap prospek ekonomi Negeri Adidaya. Geliat ekonomi pun semakin terasa, tidak lagi 'mati suri'.

Pada pekan yang berakhir 26 Februari 2021, pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 0,5% dibandingkan pekan sebelumnya. Ini menjadi kenaikan pertama setelah tiga pekan beruntun mengalami kontraksi (tumbuh negatif).

Kemudian aktivitas sektor jasa semakin membaik, tercermin dari angka Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Februari 2021, PMI sektor jasa AS versi IHS Markit berada di 59,8. Ini adalah yang tertinggi sejak Juli 2014.

Kebangkitan ekonomi berarti permintaan akan naik. Saat permintaan naik, maka inflasi akan terakselerasi.

Peningkatan ekspektasi inflasi mendorong imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ke atas. Pada pukul 08:07 WIB, yield US Treasury Bonds tenor 10 tahun berada di 1,4808%, naik 1,1 basis poin (bps).

"Jika yield kembali menyentuh kisaran 1,5%, maka investor pasti akan mengalihkan pandangan ke sana. Tidak akan ada ruang bagi pasar saham dan instrumen berisiko lainnya," tegas Michael Strich, Chief Investment Officer di BMO Wealth Management, seperti diberitakan Reuters.

Selepas New York 'jatuh', kini sepertinya giliran pasar keuangan Asia. Fokus investor yang mengarah ke pasar obligasi pemerintah AS tidak menyisakan banyak ruang untuk Benua Kuning. Minimnya aliran modal membuat mata uag Asia ramao-ramai melemah, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 03 Maret 2021

Arab 'Ribut' Lagi sama Rusia, Meeting OPEC+ Bagaimana?

Saudi Arabia's Crown Prince Mohammed bin Salman speaks with Russia's President Vladimir Putin during the opening of the G20 leaders summit in Buenos Aires, Argentina November 30, 2018. REUTERS/Sergio Moraes     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama pembukaan KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Sergio Moraes

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Kelompok negara-negara produsen minyak terbesar di dunia akan menggelar pertemuan paling penting pada Kamis mendatang untuk membahas persoalan langkah pemotongan produksi yang sempat dilakukan tahun lalu guna menstabilkan harga minyak dunia di pasar internasional.

Organisasi negara produsen minyak yakni OPEC dan mitra non-OPEC, atau aliansi energi yang biasa disebut sebagai OPEC+, akan bersidang melalui konferensi video guna mencapai konsensus tentang cara mengelola pasokan minyak di tengah mulai pulihnya aktivitas ekonomi dunia.

Tahun lalu OPEC+ setuju untuk membatasi jumlah produksi minyak guna menopang harga karena langkah pencegahan pandemi termasuk lockdown di sejumlah negara terjadi bersamaan dengan permintaan bahan bakar yang ambles terendah sepanjang sejarah.

Keputusan menjaga pasokan minyak pada minggu ini datang pada saat harga minyak dunia telah pulih ke level sebelum virus corona mendera. Sebelumnya produksi minyak di AS juga terpukul akibat badai yang membekukan stok dan pandemi virus corona juga terus mengaburkan prospek permintaan.

Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC secara terbuka mendorong mitra sekutunya untuk tetap "sangat berhati-hati" pada kebijakan produksi, memperingatkan OPEC agar tidak berpuas diri saat berusaha menavigasi krisis Covid-19 yang sedang berlangsung. Artinya ada kemungkinan Arab meminta pemotongan produksi lagi.

Di sisi lain, pemimpin non-OPEC Rusia, justru mengindikasikan keinginannya untuk terus maju dengan meningkatkan pasokan minyaknya.

Analis pun mengharapkan OPEC + bisa menaikkan produksi atau output dari level saat ini, tetapi pertanyaan tetap mengenai seberapa banyak produksi dan negara mana yang akan terpengaruh belum mendapatkan jawabannya.

Pada acara industri bulan lalu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dilaporkan mengatakan kepada para pihak yang mencoba meramalkan langkah aliansi energi selanjutnya. "Jangan mencoba memprediksi hal yang tidak terduga," katanya, dikutip CNBC International.

Baik Saudi maupun Rusia "akan mendapatkan apa yang mereka inginkan", kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates, mengatakan kepada CNBC International melalui telepon bahwa dia yakin OPEC dan mitra non-OPEC telah melakukan "pekerjaan luar biasa" dalam menyeimbangkan kembali pasar minyak dunia.

Namun, di tengah mulai pulihnya permintaan minyak global, dia memperingatkan bahwa pemulihan pasar minyak dunia masih "sangat, sangat rapuh".

"Yang penting di sini adalah Rusia dan Arab Saudi. Harga impas [breakeven] bagi anggaran Rusia jauh lebih rendah daripada Arab Saudi, jadi Anda akan melihat semacam celah dalam pandangan antara kedua negara ini," kata Varga.

OPEC + awalnya setuju untuk memangkas produksi minyak dengan rekor 9,7 juta barel per hari tahun lalu, sebelum mengurangi pemotongan menjadi 7,7 juta dan akhirnya 7,2 juta dari Januari.

Negara pemimpin OPEC, Arab Saudi, juga melakukan pemotongan produksi secara sukarela sebesar 1 juta dari awal Februari hingga Maret.

Namun Alexander Novak, Wakil Perdana Menteri Rusia, tampaknya mengisyaratkan niat Moskow untuk meningkatkan pasokan pada bulan lalu. Alasannya, Rusia mengklaim bahwa pasar energi mulai seimbang.

"Rusia ingin kembali ke produksi normal secepat mungkin sementara Arab Saudi ingin menikmati harga tinggi sedikit lebih lama dan lebih memilih menjaga pasar pada sisi yang ketat daripada sisi yang longgar. Kami pikir keduanya akan mendapatkan apa yang mereka inginkan," kata Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB Group, dalam risetnya.

Dia menambahkan, Rusia kemungkinan akan meningkatkan produksi lebih lanjut, sementara Arab Saudi tetap melakukan pemotongan secara sepihak, "sebagian atau mungkin semua" dari 1 juta barel per hari.

Analis juga memperkirakan OPEC+ akan membahas adanya kemungkinan minyak 1,3 juta barel per hari bisa masuk lagi ke pasar, pada pertemuan Kamis mendatang.

"Rusia akan membangun momentum dalam pandangan pasar mereka, tetapi kami tidak melihat peralihan sepenuhnya. Pernyataan dari Arab Saudi menunjukkan bahwa mereka berada di sisi yang berhati-hati," kata Schieldrop.

"Alih-alih mempertahankannya [pemangkasan produksi] sedikit terlalu lama ketimbang mengalami kelebihan pasokan, sebelum vaksin Covid-19 benar-benar membuat keajaiban pada aktivitas ekonomi global dan permintaan minyak," katanya

"Pertemuan OPEC+ mendatang dengan demikian tidak mungkin merusak 'aliansi minyak' sehubungan dengan pasokan pada April mendatang karena hasil total kemungkinan akan membuat pasar sedikit lebih pendek daripada surplus."

Mengacu data CNBC, harga minyak untuk patokan internasional yakni Brent diperdagangkan pada level US$ 63,01 per barel pada Selasa pagi (2/3), hampir 1,1% lebih rendah, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS di level US$ 60,02/barel, turun lebih dari 1%.

"Harapan kami, mereka akan naik sejalan dengan kesepakatan kebijakan sebelumnya yang diumumkan pada Desember 2020. Dan itu tidak meningkatkan produksi lebih dari 500.000 barel per hari. Kami berharap kebijakan itu tetap berlaku," Louise Dickson, analis di Rystad Energy. (tas/tas)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 02 Maret 2021

Berhasil Sentuh 6.300, Pegangan...IHSG Siap Tembus 6.400!

Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin membukukan penguatan 1,55% ke 6.338,513, yang merupakan level tertinggi sejak 22 Januari. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 128,62 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 13,99 triliun.

Pasar obligasi Amerika Serikat (AS) yang mulai kalem, tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) memberikan sentimen positif ke pasar saham. Bursa saham Asia melesat kemarin, termasuk IHSG.

Kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun turun 2,7 basis poin ke 1,4290%. Pada perdagangan Jumat lalu, yield ini juga menurun 5,9 basis poin. Penurunan tersebut masih berlanjut pagi ini, Selasa (2/3/2021), yield Treasury turun 1,5 basis poin. 

Banyak analis melihat kenaikan yield Treasury masih akan tertahan di kisaran 1,5%, sebab jika terus menanjak, maka akan memicu kecemasan terjadi taper tantrum yang dapat memicu gejolak di pasar keuangan global.

Dengan penurunan yield tersebut, kecemasan akan tarjadinya taper tantrum kini menurun, apalagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan melancarkan Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu saat terjadi krisis utang Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Alhasil, pasar saham global melesat pada perdagangan awal pekan kemarin, termasuk bursa saham AS (Wall Street).

Melesatnya Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia tentunya memberikan sentimen positif ke Asia pada hari ini, Selasa (2/3/2021).

Sentimen positif lainnya datang dari dalam negeri, pemerintah memberikan insentif tambahan ke sektor properti. Sebelumnya Bank Indonesia (BI) menetapkan kebijakan DP 0% untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kini pemerintah menetapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 0% atau PPN ditanggung pemerintah. Kebijakan yang berlaku 1 Maret 2021 sampai 31 Agustus 2021.

Secara teknikal, IHSG yang mampu menembus ke atas 6.300 tentunya memberikan momentum penguatan tambahan.

IHSG kini semakin jauh dari rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang menjadi penahan koreksi IHSG dalam beberapa pekan terakhir.
Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian sudah keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).

jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv 

Stochastic pada grafik 1 jam juga berada di dekat wilayah overbought, yang berisiko memicu koreksi.

Resisten terdekat kini berada di 6.340, jika mampu ditembus secara konsisten IHSG berpeluang menguat ke 6.370, sebelum menuju 6.400. Peluang menuju 6.450 akan terbuka jika level tersebut juga dilewati.

Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko terkoreksi ke 6.300. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa IHSG turun ke 6.260.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 01 Maret 2021

Waspada! Ada Risiko Rupiah ke Rp 14.350/US$ Pekan Ini

Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Rifan FinancindoNilai tukar rupiah merosot tajam 1,28% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.240/US$. sepanjang pekan ini. Dengan pelemahan tersebut, rupiah mencatat kinerja mingguan terburuk dalam 7 bulan terakhir. Rupiah kini juga berada di level terlemah tahun ini, bahkan jika melihat lebih ke belakang sejak awal November lalu.

Pemicu utama pelemahan rupiah di pekan ini adalah kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.

Sepanjang pekan lalu, yield Treasury AS sempat naik 17 basis poin ke 1,515% yang merupakan level tertinggi sejak awal Februari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan sebelum bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.

Kenaikan tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, sebab selisih yield dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Ketika terjadi capital outflow, maka nilai tukar rupiah akan tertekan.

Sementara di pekan ini, risiko tekanan yang dihadapi rupiah masih cukup besar. Selain dari pergerakan yield Treasury, dari dalam negeri beberapa data ekonomi akan mempengaruhi kemana rupiah melangkah.

Sayangnya di awal pekan ini, Senin (1/3/2021), sudah ada kabar kurang bagus. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur mengalami pelambatan di bulan Februari yang tentunya mengirim sentimen negatif ke rupiah. 

Aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 50,9 untuk periode Februari 2021. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, jika di atas 50 maka dunia usaha masih melakukan ekspansi.

Akan tetapi, skor PMI manufaktur Tanah Air melorot dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 52,2. Pencapaian Januari 2021 adalah yang terbaik dalam 6,5 tahun terakhir.

Selain itu, Badan Pusat Statistik hari ini akan merilis dirilis data inflasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Februari 2021 adalah 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) adalah 1,36%.

Jika konsensus tersebut tepat, artinya inflasi di Indonesia akan semakin melambat, sebab di bulan sebelumnya tercatat sebesar 0,26% MtM, dan 1,55% YoY. Melambatnya inflasi berarti daya beli masyarakat yang masih rendah. Lagi-lagi hal tersebut akan menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah cukup besar setelah menembus ke atas (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye).
Selama tertahan di atas dua MA tersebut, rupiah cenderung masih tertekan.

Sementara itu, indikator stochastic sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic sudah memasuki wilayah overbought membuka ruang bangkitnya rupiah.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.200/US$, jika berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.160/US$ (kisaran MA 100).

Rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.030 (kisaran MA 50) di pekan ini jika mampu menembus dan bertahan di bawah MA 100.

Sementara seperti yang disebutkan sebelumnya, selama tertahan di atas MA 100, tekanan rupiah masih cukup besar. Rupiah berisiko melemah ke Rp 14.350/US$ (kisaran MA 200) di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan