Rabu, 29 November 2023

Wall Street Berakhir Moderat, Sinyal Campuran dari Pejabat The Fed


Perhatian: Penutupan Moderat Wall Street

Bursa saham Wall Street di New York mengalami penutupan moderat pada hari Selasa (28/11/2023). Kondisi moderat ini dapat diatribusikan kepada investor yang berjuang dengan pernyataan yang bertentangan dari pejabat Federal Reserve seiring dengan data konsumen AS terkini.

Menurut data Bloomberg pada Rabu (29/11/2023), Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,24% atau 83,51 poin menjadi 35.416,98. S&P 500 naik 0,10% atau 4,46 poin menjadi 4.554,89, sementara Nasdaq mengapresiasi sebanyak 0,29% atau 40,73 poin menjadi 14.281,76.

Meskipun kehilangan momentum selama sesi, ketiga indeks saham utama AS berhasil mengakhiri sesi perdagangan dalam kisaran tertentu di zona hijau.


Minat: Menganalisis Sinyal Campuran dari The Fed

Bahkan pelari maraton paling berpengalaman pun perlu berhenti sejenak, mengambil napas, dan minum air. Perumpamaan ini dengan baik menggambarkan situasi saat ini di Wall Street. November telah menjadi bulan yang kuat, memberikan investor banyak alasan untuk optimisme menjelang akhir tahun. Oliver Pursche, Wakil Presiden Senior di Wealthspire Advisors, dikutip oleh Reuters mengatakan, "Ini telah menjadi November yang kuat, dan investor memiliki banyak alasan untuk optimis seiring kita menuju akhir tahun."

Peserta pasar saat ini dengan cermat memperhatikan pernyataan dari pembuat kebijakan moneter menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan depan.

Gubernur Fed, Christopher Waller, menyatakan pada Selasa bahwa ia yakin tingkat suku bunga kebijakan saat ini sudah cukup membatasi dan bahkan mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika inflasi terus turun mendekati target The Fed sebesar 2%.

Di sisi lain, Gubernur Fed, Michelle Bowman, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga mungkin diperlukan untuk mengendalikan inflasi pada waktu yang tepat. Pursche mengomentari, "Pesan yang beragam dari The Fed cukup normal dan terjadi setiap kali The Fed mendekati akhir suatu siklus."

Berdasarkan indikator FedWatch CME, pasar keuangan memperkirakan kemungkinan sebesar 98,9% bahwa FOMC akan mempertahankan suku bunga The Fed pada level 5,25%-5,50% saat pertemuan bulan depan.


Keinginan: Belanja Liburan dan Indikator Ekonomi

Musim belanja liburan yang penting kini semakin meningkat, dengan survei dari National Retail Federation menunjukkan bahwa konsumen AS berencana untuk mengeluarkan sekitar 5% lebih banyak tahun ini. Ini sejalan dengan data kepercayaan konsumen Conference Board yang dirilis pada Selasa pagi, menunjukkan perbaikan dalam ekspektasi jangka pendek.

Pada minggu ini, Departemen Perdagangan AS akan merilis perkiraan kedua untuk Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga, dan laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang mencakup pendapatan, pengeluaran, dan yang terpenting, inflasi.


Aksi: Langkah Korporat di Wall Street

Di ranah korporat, saham Boeing naik 1,4% setelah RBC Capital Markets meningkatkan rekomendasi sahamnya menjadi "outperform" dari "sector perform". Sementara itu, saham perusahaan e-commerce Tiongkok PDD Holdings, yang terdaftar di AS, melonjak 18,1% setelah melampaui perkiraan pendapatan.

Saham Affirm Holdings naik 11,5%, memperpanjang kenaikannya dari Cyber Monday, sementara saham perusahaan pembuat chip Micron Technology turun 1,8% setelah perusahaan memproyeksikan biaya operasional kuartal pertama lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Saat Wall Street menavigasi sinyal beragam dari The Fed, investor tetap waspada dan optimis, mengantisipasi hasil pertemuan FOMC mendatang, dan dengan cermat mengamati indikator ekonomi yang membentuk arah pasar.

Senin, 27 November 2023

Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS: Mata Uang Asia Memukul Balik


Rupiah Indonesia memulai pekan dengan catatan positif, menguat terhadap Dolar AS pada Senin, 27 November 2023. Pada sesi perdagangan pagi, nilai tukar mengalami peningkatan sebesar 0,16%, naik 25 poin menjadi Rp15.540 per Dolar AS, menurut data Bloomberg.

Dinamika Pasar: Mata Uang Asia Bangkit

Tren positif ini tidak hanya dialami oleh Rupiah, karena beberapa mata uang Asia menunjukkan ketahanan terhadap Dolar AS. Pada pukul 09:02 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), Yen Jepang menguat sebesar 0,19%, Dolar Taiwan mengapresiasi sebesar 0,12%, Won Korea Selatan melonjak sebesar 0,25%, Yuan China mengalami kenaikan tipis sebesar 0,04%, dan Ringgit Malaysia menguat sebesar 0,15%.

Josua Pardede, seorang ekonom di Bank Permata, mengaitkan pelemahan Dolar AS dengan kelanjutan pelemahan dalam pasar global. Trend pelemahan ini dipicu oleh data Indeks Manufaktur PMI AS yang lebih lemah dari perkiraan pada November 2023, menurut S&P Global. PMI Manufaktur AS turun menjadi 49,4, lebih rendah dari perkiraan 49,9, dan juga lebih rendah dari periode sebelumnya yang sebesar 50,0. PMI di bawah 50 mengindikasikan adanya kontraksi dalam sektor manufaktur AS.

Josua menjelaskan, "Melemahnya kinerja sektor manufaktur AS telah meningkatkan ekspektasi terhadap puncak Fed Funds Rate (FFR), sehingga mendorong depresiasi Dolar AS."

Indikator Ekonomi Global

Sementara sektor manufaktur AS menunjukkan tanda-tanda kontraksi, PMI Jasa AS, menurut S&P Global, meningkat menjadi 50,8 dari 50,6, melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 50,3. Namun, meskipun data positif, S&P Global melaporkan penurunan lapangan kerja di sektor jasa, yang merupakan penurunan pertama sejak April 2020. Data ketenagakerjaan ini memiliki dampak minimal pada sentimen pasar secara keseluruhan.

Josua memprediksi bahwa nilai tukar Rupiah akan berada dalam kisaran Rp15.500 hingga Rp15.600 per Dolar AS pada hari ini. Sementara itu, sebagian besar obligasi yang dinyatakan dalam Rupiah diperdagangkan datar di tengah tren kenaikan obligasi AS pasca libur Thanksgiving.

Faktor Domestik: Kinerja Fiskal Pemerintah

Mengamati faktor-faktor domestik, pemerintah mengumumkan pekan lalu bahwa per tanggal 23 Oktober, anggaran negara mencatat defisit sebesar Rp0,7 triliun, setara dengan 0,003% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit yang lebih rendah ini disebabkan oleh realisasi belanja yang lebih lambat.

Volume perdagangan obligasi pemerintah Indonesia rata-rata mencapai Rp13,14 triliun pekan lalu, turun dari rata-rata pekan sebelumnya sebesar Rp17,70 triliun.

Secara keseluruhan, kinerja positif Rupiah terhadap Dolar AS dipengaruhi oleh kombinasi faktor global, seperti pelemahan Dolar AS dan indikator ekonomi positif di kawasan Asia, serta faktor-faktor domestik, termasuk kebijakan fiskal pemerintah dan dinamika pasar obligasi.

Kesimpulan: Navigasi Pasar Valuta Asing

Saat kita menyaksikan ketahanan Rupiah terhadap Dolar AS, para pelaku pasar sebaiknya tetap waspada terhadap indikator ekonomi global, khususnya yang terkait dengan AS, dan memonitor kebijakan fiskal domestik yang memengaruhi kinerja mata uang.

Sebagai kesimpulan, dinamika pasar saat ini memberikan peluang bagi investor dan bisnis untuk membuat keputusan yang terinformasi dalam menjelajahi lanskap kompleks pertukaran mata uang.

Kamis, 23 November 2023

Perhatian: Memahami Keputusan OPEC+ dan Dampaknya pada Harga Minyak


Dalam peristiwa yang mengejutkan pada Rabu (22/11/2023), harga minyak mengalami penurunan hampir 1% setelah OPEC+ tiba-tiba menunda pertemuan mengenai pemotongan produksi. Langkah yang tidak terduga ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang pasokan minyak mentah global dan meninggalkan para pedagang serta analis meragukan jalur masa depan harga minyak.

Minat: Reaksi Pasar dan Keputusan OPEC+

Selama sesi perdagangan yang bergejolak pada Rabu, kontrak berjangka Brent ditutup 49 sen lebih rendah menjadi $81,96 per barel, turun lebih dari 4% ke level terendah $78,41 di awal sesi. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) ditetapkan 67 sen lebih rendah pada $77,10, setelah turun lebih dari 5% ke sesi terendah $73,79 pada sesi sebelumnya.

OPEC+ memutuskan untuk menunda pertemuan yang semula dijadwalkan pada 26 November 2023, mendorongnya menjadi 30 November 2023. Penundaan yang tak terduga ini membuat pasar terkejut, memicu penurunan tajam harga minyak di awal perdagangan. Agenda utama pertemuan yang ditunda tersebut diperkirakan berkisar pada diskusi apakah akan memperpanjang pemotongan produksi minyak.

Pasar melihat pemulihan ketika berita muncul, menunjukkan bahwa ketidaksepakatan yang menyebabkan penundaan tersebut terkait dengan negara-negara Afrika, produsen kecil dalam kelompok tersebut, bukan eksportir minyak utama.

Beberapa pedagang juga mengaitkan pelemahan tersebut dengan likuiditas yang rendah menjelang liburan Thanksgiving di Amerika Serikat.

Keinginan: Kekhawatiran dan Kemungkinan Hasil

Penundaan ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi peningkatan produksi minyak dari anggota OPEC+ dalam beberapa bulan mendatang. Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, menyoroti bahwa penundaan tersebut dapat menyebabkan peningkatan produksi, menekan harga.

Selain itu, lonjakan persediaan minyak mentah AS sebanyak 8,7 juta barel pada minggu sebelumnya, yang dipicu oleh impor yang lebih tinggi, menambah tekanan pada harga, menurut Badan Informasi Energi (EIA).

Penguatan Dolar AS pada hari Rabu juga berperan membuat minyak lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lain, ikut berkontribusi pada penurunan harga minyak.

Aksi: Tantangan OPEC+ dan Masa Depan Harga Minyak

Agar harga minyak mendapatkan dukungan, OPEC dan sekutunya tidak hanya perlu mempertimbangkan perpanjangan pemotongan produksi, tetapi juga meningkatkan kedalaman pemotongan tersebut, menurut John Evans dari pialang minyak PVM. Panel teknis OPEC sebelumnya menyajikan pandangan bearish untuk pasar minyak dalam presentasi kepada dealer pasar keuangan terkemuka, menunjukkan masa-masa sulit di depan.

Bahkan jika negara-negara OPEC+ memutuskan untuk memperpanjang pemotongan produksi ke tahun depan, ada kekhawatiran bahwa pasar minyak global dapat mengalami surplus pasokan yang sedikit pada tahun 2024, seperti yang disebutkan oleh kepala divisi pasar minyak Badan Energi Internasional (IEA) pada Selasa (22/11).

Sebagai kesimpulan, penundaan mendadak dalam pertemuan OPEC+ telah menyuntikkan ketidakpastian ke dalam pasar minyak, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam harga. Pasar sekarang dengan cermat mengamati bagaimana OPEC+ menghadapi tugas yang sulit untuk seimbang antara pemotongan produksi dan potensi kelebihan pasokan, dengan implikasi untuk jalur harga minyak hingga ke depan. Investor dan analis sama-sama akan memperhatikan perkembangan untuk mengukur arah pasar di tengah-tengah masa sulit ini. 

Selasa, 21 November 2023

Perhatian: Memahami Dinamika Harga Komoditas



Dalam dunia komoditas yang sibuk, fluktuasi terkini dalam harga batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), dan minyak mentah telah menarik perhatian para pelaku pasar dan analis. Saat kita menjelajahi skenario saat ini, jelas terlihat bahwa batu bara dan CPO mengalami tren pelemahan yang berlanjut, sementara minyak mentah berhasil memperkuat posisinya.

Teka-teki Batu Bara

Pasar batu bara, khususnya kontrak ICE Newcastle untuk Desember 2023 dan Januari 2024, telah menyaksikan penurunan berturut-turut selama tiga hari. Menurut data Bloomberg, kontrak Desember melemah sebesar -1,20%, ditetapkan pada US$124 per ton metrik, sementara kontrak Januari mengalami penurunan sebesar -0,98%, mencapai US$126,35 per ton metrik. Salah satu faktor kontribusi terhadap penurunan ini adalah penurunan impor batu bara China dari Rusia, mencapai titik terendah delapan bulan pada Oktober 2023. Permintaan restocking yang lemah dari perusahaan utilitas China, dipadu dengan harga yang kurang kompetitif, memengaruhi pembelian.

Bukan hanya Rusia yang menghadapi penurunan dalam ekspor batu bara; Mongolia mengalami penurunan dari 6,71 juta ton menjadi 5,01 juta ton pada September 2023, dipengaruhi oleh libur nasional selama seminggu pada Oktober 2023. Pengiriman batu bara Indonesia juga turun dari 18,06 juta ton pada September menjadi 15,78 juta ton pada Oktober. Namun, impor batu bara Australia naik sedikit menjadi 4,99 juta ton pada Oktober 2023, yang disebabkan oleh penghapusan larangan perdagangan batu bara dengan Australia oleh China. Meskipun demikian, menurut sumber pasar dan analis, batu bara Australia sejak itu menjadi kurang menarik karena harganya meningkat dibandingkan dengan pasokan domestik.

CPO Berjuang di Tengah Daya Pasar

Beralih perhatian ke sektor minyak kelapa sawit, harga crude palm oil (CPO) untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah sebesar -4 poin menjadi 3.805 ringgit per ton metrik. Sementara itu, untuk kontrak Januari 2024 juga mengalami pelemahan sebesar -1 poin menjadi 3.890 ringgit per ton metrik. Meskipun pengaruh positif dari harga minyak kedelai di Chicago, kinerja ekspor minyak kelapa sawit yang sedikit negatif dan penguatan ringgit Malaysia membatasi kenaikan kontrak berjangka minyak sawit dalam mata uang ringgit.

India, sebagai konsumen besar batu bara, menyatakan keyakinan terhadap pasokan batu bara kokas dari Australia, sekitar 70 juta ton metrik per tahun. Namun, di Eropa, upaya memenuhi tujuan energi bersih menghadapi hambatan akibat keputusan pengadilan yang membatalkan pendanaan di luar anggaran sebesar 60 miliar euro untuk proyek-proyek energi bersih dan industri.

Kekuatan Tahan Minyak Mentah

Di sisi lain, harga minyak mentah terus menguat. West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2023 ditutup menguat 2,3% pada level US$77,6 per barel, menandai kenaikan sebesar 2,1%. Begitu pula dengan harga minyak Brent yang ditutup menguat 2,1% pada level US$82,32 per barel. Spekulasi pasar menunjukkan bahwa OPEC+ mungkin akan campur tangan untuk mendukung harga minyak, dengan Saudi Arabia dan sekutunya diharapkan memperdalam pemangkasan produksi dalam pertemuan 26 November mendatang. Antisipasi ini telah memicu aktivitas pembelian, seiring pembeli mencari keuntungan dari pergerakan pasar potensial.

Di Timur Tengah, perhatian tertuju pada penyitaan kapal yang disewa oleh Jepang oleh pemberontak Houthi di Laut Merah, menambah dimensi geopolitik pada pertimbangan pasar minyak.

Minat: Faktor Global Bermain

Dinamika Internasional Batu Bara

Penurunan impor batu bara dari Rusia dan pemain kunci lainnya mencerminkan permainan faktor yang kompleks. Perubahan permintaan China, libur nasional yang memengaruhi rantai pasokan, dan pergeseran geopolitik dalam hubungan perdagangan turut berkontribusi pada volatilitas dalam pasar batu bara.

Keseimbangan Delikat CPO

Keseimbangan delikat harga CPO, dipengaruhi oleh dinamika global minyak kedelai, kinerja ekspor, dan pergerakan mata uang, menyoroti keterkaitan komoditas di pasar internasional.

Minyak Mentah dan Ketegangan Geopolitik

Keuletan minyak mentah di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah menggarisbawahi posisinya sebagai barometer global yang dipengaruhi tidak hanya oleh dinamika pasokan dan permintaan tetapi juga oleh peristiwa geopolitik yang dapat membentuk sentimen pasar.

Keinginan: Menavigasi Lanskap Komoditas

Saat bisnis dan investor menavigasi lanskap komoditas yang dinamis ini, tetap informasi tentang kompleksitas masing-masing pasar menjadi sangat penting. Memahami faktor-faktor global yang memengaruhi harga batu bara, CPO, dan minyak mentah memberdayakan pemangku kepentingan untuk membuat keputusan strategis.

Aksi: Merumuskan Strategi untuk Masa Depan

Untuk berkembang dalam pasar yang selalu berubah ini, bisnis harus menyesuaikan strategi mereka dengan nuansa dinamika batu bara, CPO, dan minyak mentah. Memantau perkembangan internasional, pergeseran rantai pasokan, dan peristiwa geopolitik akan menjadi kunci untuk membuat keputusan yang terinformasi di dunia komoditas global.

Untuk kesimpulan, situasi saat ini di pasar komoditas memberikan tantangan dan peluang. Baik itu penurunan harga batu bara, keseimbangan delikat CPO, atau ketahanan minyak mentah, pendekatan yang cermat untuk memahami dan menavigasi dinamika ini akan menjadi kunci kesuksesan dalam lanskap komoditas global.

Jumat, 17 November 2023

Indeks Berjangka AS Stagnan Karena Investor Berharap Perpanjang Kenaikan di Bulan November



Indeks saham berjangka AS berayun mendekati garis datar pada hari Jumat (17/11) karena investor berupaya mempertahankan kenaikannya bulan ini.

Kontrak berjangka yang terkait dengan Dow Jones Industrial Average berdetak lebih tinggi sebesar 21 poin, atau 0,06%. S&P 500 berjangka menguat 0,06%, sedangkan Indeks Nasdaq 100 berjangka tergelincir 0,09%.

Dalam aksi setelah jam kerja, saham Gap melonjak 15% karena perusahaan membukukan hasil yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal ketiga. Saham Jaringan pengisian kendaraan listrik ChargePoint turun 29% setelah mengumumkan perombakan di C-suite dan memangkas perkiraan pendapatan kuartal ketiga.

Selama perdagangan reguler, 30 saham Dow mengakhiri sesi lebih rendah sebesar 0,13%, menghentikan kenaikan empat sesi. S&P 500 bertambah 0,12%, dan Indeks Nasdaq Composite ditutup lebih tinggi 0,07%.

Ketiga rata-rata saham tersebut berada pada laju kenaikan mingguan -“ dan itu akan menandai minggu positif ketiga berturut-turut. S&P 500 dan Nasdaq naik lebih dari 2% hingga penutupan hari Kamis, sementara Dow bersiap untuk kenaikan 1,9%. (knc)

Sumber : CNBC

Rabu, 15 November 2023

Harga Minyak Mentah Mereda di Tengah Ketegangan Palestina-Israel

Minyak, Oselote / Shutterstock

Pasar minyak global mengalami fluktuasi ringan pada dini hari Rabu, 15 November 2023, dengan tanda-tanda bahwa ketegangan antara Palestina dan Israel mungkin mereda.

Perhatian: Dampak Ketegangan pada Harga Minyak Mentah

Di tengah ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah, khususnya antara Palestina dan Israel, pasar minyak mentah mengalami pergeseran kecil pada awal Rabu. Antisipasi potensi de-eskalasi konflik Palestina-Israel dan ketidakpastian mengenai pasokan minyak AS memainkan peran dalam perubahan ini.

Minat: Faktor Utama yang Mempengaruhi Harga Minyak

  1. Jaminan Biden: Presiden Joe Biden memberikan jaminan kepada publik dengan diskusi harian untuk memastikan pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok militan Hamas. Optimismenya berkontribusi pada suasana stabilitas.

  2. Pergerakan Harga: Kontrak berjangka Brent turun 5 sen menjadi $82,47 per barel, melorot di bawah $84,58 pada 6 Oktober, sehari sebelum serangan Hamas terhadap Israel. Dalam beberapa minggu berikutnya, kontrak berjangka Brent diperdagangkan setinggi $93,79 per barel pada 20 Oktober.

  3. Stabilitas WTI: Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari AS tetap stabil di $78,26 per barel, mencerminkan sentimen pasar yang hati-hati.

Keinginan: Harapan Pasar dan Faktor yang Mempengaruhi

  1. Dampak Potensial Perdamaian: Premi perang mungkin akan hilang karena tampaknya tidak akan ada gangguan pasokan di Timur Tengah. Sentimen ini muncul ketika penasihat Gedung Putih, Brett McGurk, melakukan misi diplomatik untuk berbicara dengan pejabat di Israel, Tepi Barat, Qatar, Arab Saudi, dan negara-negara lainnya.

  2. Dampak Perdagangan Awal: Jam perdagangan awal melihat kedua harga minyak mentah acuan melonjak lebih dari $1 per barel. Kenaikan ini disebabkan oleh revisi ke atas oleh Badan Energi Internasional (IEA) terhadap perkiraan pertumbuhan permintaan dan pelemahan dolar AS, menunjukkan perlambatan inflasi di ekonomi terbesar.

  3. Ketidakpastian atas Laporan Penyimpanan: Harga minyak menunjukkan kenaikan awal pada hari Selasa tetapi mundur kemudian karena pasar tidak yakin tentang apa yang akan ditunjukkan oleh laporan penyimpanan minyak AS oleh Administrasi Informasi Energi (EIA). American Petroleum Institute (API) menggegerkan pasar minggu lalu dengan melaporkan peningkatan stok minyak mentah sebesar 11,9 juta barel.

Aksi: Proyeksi Masa Depan dan Dinamika Pasar

  1. Antisipasi Laporan EIA: Laporan inventaris minyak EIA yang akan datang sangat dinantikan setelah dua minggu vakum karena pembaruan sistem. Analis memperkirakan penambahan sekitar 1,8 juta barel ke stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 10 November.

  2. Outlook Permintaan Global: Meskipun ada perlambatan ekonomi yang diantisipasi, IEA meningkatkan proyeksinya untuk pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun depan. OPEC juga meningkatkan proyeksinya untuk permintaan minyak global pada 2023 sambil mempertahankan harapan yang relatif tinggi untuk 2024.

  3. Pengaruh Fed: Para pedagang berspekulasi bahwa Federal Reserve AS mungkin memulai pemotongan suku bunga pada bulan Mei, bertujuan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak. Harapan akan pemotongan suku bunga telah melemahkan dolar AS terhadap mata uang lainnya, yang berpotensi meningkatkan permintaan minyak dengan membuat minyak mentah lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar.

Sebagai kesimpulan, pasar minyak sedang berlayar melalui ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran penyimpanan, dan proyeksi permintaan. Saat upaya diplomatik terus berlanjut dan faktor ekonomi berkembang, lintasan masa depan harga minyak mentah tetap bergantung pada interaksi kompleks peristiwa global.

Senin, 13 November 2023

Rupiah Melemah Saat The Fed Memberikan Sinyal Sikap Hawkish: Menavigasi Badai Ekonomi


Rupiah Indonesia menghadapi awal pekan yang menantang dengan melemahnya menjadi Rp15.705 per dolar AS pada Senin, 13 November 2023. Penurunan ini sejalan dengan isyarat dari Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Gambaran Pasar

Di tengah jam perdagangan awal, data dari Bloomberg pada pukul 09:00 WIB menunjukkan depresiasi sebesar 0,07%, dengan Rupiah turun 10,5 poin terhadap dolar AS. Secara bersamaan, indeks dolar menunjukkan pelemahan sebesar 0,02%, berada pada level 105,677 pada hari perdagangan tersebut.

Tren ini tidak hanya memengaruhi Rupiah, tetapi juga mayoritas mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,03%, Dolar Hong Kong tergerus 0,02%, Won Korea melemah 0,41%, Peso Filipina melemah 0,15%, Rupee India melemah 0,07%, Yuan China turun 0,09%, dan Ringgit Malaysia melemah 0,33%. Sementara itu, Baht Thailand berhasil menguat sebesar 0,13%, dan Dolar Singapura naik 0,01%.

Proyeksi Pakar dan Faktor Global

Antisipasi terhadap fluktuasi Rupiah pada hari tersebut, dengan perkiraan kisaran penutupan antara Rp15.680 hingga Rp15.770, berasal dari kecenderungan Federal Reserve untuk meningkatkan suku bunga lebih lanjut sebagai respons terhadap tingginya tingkat inflasi.

Pelebaran kesenjangan antara imbal hasil berisiko tinggi dan berisiko rendah diidentifikasi sebagai pertanda buruk bagi mata uang Asia, menambah tekanan tambahan. Ditambah dengan kompleksitas ekonomi, kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi China mengurangi sentimen di Asia, seiring rangkaian data lemah pada Oktober 2023. Meskipun data tersebut meningkatkan harapan akan langkah-langkah stimulus tambahan dari Beijing, ketidakpastian tetap ada.

Pertimbangan Dalam Negeri dan Ketahanan Ekonomi

Di dalam negeri, pentingnya bagi Indonesia untuk menjaga momentum pemulihan permintaan domestik pasca-pandemi, mengingat ketidakpastian global yang dipicu oleh konflik di Timur Tengah, diungkapkan. Meskipun menghadapi tantangan ini, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan pada kuartal III/2023, didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,06% year-on-year (yoy).

Faktor-faktor yang berkontribusi pada pertumbuhan ini termasuk mobilitas yang berkelanjutan, daya beli konsumen yang stabil, dan kepercayaan konsumen yang tetap tinggi. Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara tersebut untuk seluruh tahun 2023 tetap berada dalam kisaran 4,5% hingga 5,3%.

Attention: Membongkar Respons Rupiah

Penurunan Rupiah menjadi Rp15.705 per dolar AS menuntut perhatian karena The Fed memberikan sinyal sikap hawkish. Ini mencerminkan tren lebih luas di mata uang Asia, memperkuat kerumitan ekonomi di wilayah tersebut.

Interest: Dinamika Pasar dan Wawasan Ekonomi

Dinamika pasar menunjukkan depresiasi sebesar 0,07% pada Rupiah dan pelemahan sebesar 0,02% pada indeks dolar. Antisipasi pakar menekankan dampak keputusan suku bunga The Fed terhadap mata uang Asia, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh ekonomi regional.

Desire: Menavigasi Tantangan Ekonomi

Saat badai ekonomi global semakin intens, Indonesia menghadapi tantangan ganda dari faktor eksternal, termasuk arah kebijakan The Fed, dan pertimbangan internal seperti menjaga permintaan domestik di tengah ketidakpastian global.

Action: Langkah Proaktif dan Ketahanan Ekonomi

Menanggapi tantangan ini, Indonesia harus proaktif menavigasi ketidakpastian ekonomi. Fokus pada pemeliharaan permintaan domestik, sebagaimana tercermin dari indikator ekonomi Q3/2023, menunjukkan ketahanan negara ini di tengah fluktuasi ekonomi global.

Kesimpulan

Pembukaan Rupiah pada level Rp15.705 terhadap dolar AS, bersamaan dengan sinyal hawkish dari The Fed, menciptakan nada kompleks dalam lanskap ekonomi. Menyeimbangkan faktor global dan domestik menjadi sangat penting bagi Indonesia, menyoroti perlunya langkah-langkah proaktif untuk memastikan ketahanan ekonomi di tengah tantangan yang terus berkembang. Seiring dengan kemajuan negara ini, pendekatan strategis dalam pengelolaan ekonomi akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan.

Rabu, 08 November 2023

Pergerakan Harga Emas Hari Ini Masih dalam Trend Bearish

Harga emas/Reuters

Harga emas global masih berada dalam tren bearish akibat ekspektasi melunaknya kebijakan hawkish The Fed.

Dunia perdagangan emas saat ini terbungkus dalam sentimen bearish, dan tren ini tidak menunjukkan tanda-tanda untuk membebaskan diri dalam waktu dekat. Para investor sedang menghadapi tingkat keyakinan yang tinggi, berkisar sekitar 90%, bahwa The Federal Reserve, yang umumnya dikenal sebagai The Fed, akan menjaga suku bunga tetap pada bulan Desember. Hal ini pada gilirannya berarti bahwa kebijakan moneter ketat atau kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dapat memengaruhi harga emas, karena akan meningkatkan biaya kesempatan untuk memegang aset yang tidak menghasilkan pendapatan, seperti logam mulia.

Untuk mendorong harga emas melewati level $2.000 per ons secara berkelanjutan, sebuah sinyal yang lebih jelas dari Federal Reserve yang menunjukkan pemotongan suku bunga yang segera diperlukan. Selain itu, kembalinya investor ke Exchange-Traded Funds (ETF), dana yang mewakili emas dan diperdagangkan di bursa saham, juga dapat memengaruhi pergerakan jangka panjang harga emas.

Dalam konteks ini, para peserta pasar dan investor perlu tetap waspada dalam memantau perkembangan ekonomi global, perubahan kebijakan The Fed, dan faktor geopolitik yang bisa berdampak besar pada harga emas di masa depan.

Di sisi lain, berkurangnya korelasi antara dana yang diperdagangkan di bursa saham (ETF) terkait emas dan saham pertambangan emas telah membuat para investor untuk mengkaji berbagai penyebab potensial, termasuk pembelian besar-besaran oleh bank sentral global dan penurunan produksi emas.

"Belum ada sinyal dari candlestick yang menunjukkan potensi pembalikan besar dalam waktu dekat. Hal ini memperkuat pandangan bahwa harga emas akan terus mengalami penurunan," kata Andrew Fischer, Analis di Deu Calion Futures (DCFX), pada Rabu, 8 November 2023.

Para investor masih menantikan pidato "The Fed Chairman Powell" yang dijadwalkan akan berlangsung malam ini. Pidato ini diprediksi akan memperkuat nilai dolar Amerika Serikat, yang pada gilirannya bisa menimbulkan tekanan pada harga emas. "The Fed dapat memperkuat nilai dolar Amerika Serikat ketika konflik di Timur Tengah mulai mereda, sehingga ini menjadi faktor tambahan yang memberikan tekanan pada harga emas," ujarnya.

Sebagai kesimpulan, pasar emas tetap berada dalam tren bearish, yang utamanya dipicu oleh harapan hawkish dari The Fed. Para investor harus terus memantau perkembangan ekonomi global, perubahan kebijakan The Fed, dan faktor geopolitik untuk mendapatkan wawasan mengenai masa depan harga emas. Meskipun kembali ke level $2.000 per ons tampak sulit saat ini, sinyal yang jelas dari Federal Reserve dan minat yang meningkat pada ETF terkait emas dapat berpotensi mengubah tren menjadi lebih menguntungkan bagi emas.

Jumat, 03 November 2023

Wall Street Berkembang Pesat Berkat Spekulasi Suku Bunga AS dan Laba yang Kuat


Dalam dunia keuangan yang selalu berfluktuasi, Wall Street muncul dengan kemenangan gemilang pada hari Kamis, 2 November. Tiga indeks saham utama mengalami kenaikan signifikan, didorong oleh keyakinan bahwa Federal Reserve AS telah mencapai akhir dari kampanye kenaikan suku bunganya. Selain itu, serangkaian pembaruan keuangan triwulanan yang optimis turut memantapkan sentimen bullish.

Minat: Sikap Federal Reserve dan Dampak Imbal Hasil Obligasi

Peran Federal Reserve dalam membentuk dinamika pasar tidak bisa dianggap sepele. Pada hari Rabu, Fed memutuskan untuk menjaga suku bunga tetap stabil, sesuai dengan ekspektasi. Meskipun keputusan ini sudah diantisipasi, komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menciptakan gelombang di dunia keuangan. Powell, sambil membuka peluang untuk pelonggaran lebih lanjut, mengakui lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini dan dampaknya terhadap ekonomi.

Komentar Powell banyak diinterpretasikan sebagai tanda bahwa bank sentral telah menyelesaikan siklus kenaikan suku bunganya. Hal ini membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat terus menurun, memberikan dukungan penting bagi pasar saham.

Hasrat: Laba Melebihi Ekspektasi

Kekuatan penggerak utama di balik reli Wall Street akhir-akhir ini adalah laporan laba yang melebihi ekspektasi. Meskipun panduan untuk kuartal saat ini sedikit lebih lemah daripada perkiraan sebelumnya, para analis tetap optimistis tentang prospek pertumbuhan.

Menurut data terbaru dari London Stock Exchange Group (LSEG), Wall Street kini memperkirakan pertumbuhan laba kuartal keempat sebesar 7,2%, sedikit turun dari perkiraan 11% yang dibuat pada 1 Oktober sebelum musim pelaporan laba dimulai. Untuk kuartal ketiga, 80,9% perusahaan yang telah melaporkan laba mereka melebihi ekspektasi analis, sementara hanya 14,9% yang mengecewakan.

Tindakan: Telaah Lebih Lanjut Angka-Angka

Mari kita telaah angka-angka yang telah mendorong indeks Wall Street ke puncak yang luar biasa.

  • S&P 500: Indeks ikonik ini mengalami kenaikan impresif sebesar 80,30 poin atau 1,89%, ditutup pada 4.317,77 poin. S&P 500 telah mengalami kenaikan yang signifikan, mencerminkan optimisme yang lebih luas terhadap ekonomi AS.

  • Nasdaq Composite: Tidak ingin kalah, Nasdaq Composite naik 233,40 poin atau 1,79% menjadi 13.294,87. Perusahaan teknologi dan inovator terus memainkan peran penting dalam mendorong kinerja Nasdaq.

  • Dow Jones Industrial Average: Dow Jones Industrial Average mencatat kenaikan luar biasa sebesar 566,04 poin, setara dengan 1,70%, ditutup pada 33.840,62. Saham blue-chip, yang merupakan bagian dari Dow, juga telah mendapatkan manfaat dari dinamika pasar saat ini.

Sebagai kesimpulan, kinerja mengesankan Wall Street pada 2 November mencerminkan tarian halus antara keputusan Federal Reserve dan laporan laba perusahaan. Prospek lingkungan suku bunga yang stabil telah memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan bagi pasar saham, sementara laba yang melebihi ekspektasi telah menanamkan kepercayaan pada para investor.

Seiring berlanjutnya perjalanan, sangat penting untuk tetap memantau perkembangan pasar dengan cermat. Lanskap keuangan selalu berubah, dan bahkan pergeseran kecil dapat memiliki dampak yang mendalam. Investor dan peserta pasar harus tetap fleksibel dan tetap terinformasi saat kita menjelajahi masa yang seru, meskipun tidak dapat diprediksi.

Rabu, 01 November 2023

Yen Berhenti Meluncur Setelah Peringatan Eskalasi Intervensi Resmi

Ilustrasi yen Jepang. (FOTO 123rf)

Yen Jepang yang telah terus mengalami penurunan, menemukan sedikit stabilitas pada hari Rabu seiring ancaman yang kembali muncul terkait intervensi dari Jepang dan pergeseran fokus ke pertemuan kebijakan Federal Reserve nanti dalam hari ini.

Perhatian

Yen yang terpukul mengalami penurunan yang signifikan, turun sebesar 1,7% pada hari Selasa hingga mencapai level terendah dalam setahun di 151,74 per dolar. Namun, dalam perdagangan Asia, yen berhasil mendapatkan kembali sebagian posisinya dan stabil di 151,32. Perubahan ini menyusul pernyataan penting dari Masato Kanda, diplomat mata uang puncak Jepang, yang menandakan potensi intervensi.

Minat

Kanda menekankan bahwa pergerakan mata uang belakangan ini sebagian besar dipicu oleh perdagangan spekulatif. Di Tokyo, ia menyatakan bahwa pihak berwenang Jepang siap untuk merespons fluktuasi ini. Pernyataan ini menegaskan keprihatinan Jepang terhadap depresiasi cepat yen.

Di sisi lain, Bank of Japan, tidak melakukan perubahan pada tingkat kebijakan. Secara mencolok, bank tersebut mendefinisikan batas 1% pada imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun sebagai tingkat referensi, bukan sebagai batasan yang kaku.

Keinginan

Meskipun ada penyesuaian dalam kebijakan ini, peserta pasar tidak menganggapnya cukup untuk menyusutkan selisih tingkat bunga yang signifikan antara Jepang dan negara-negara lain, yang telah menjadi pendorong utama di balik penurunan yen sebesar 13% tahun ini.

Mata uang utama lainnya juga mengalami fluktuasi. Poundsterling turun menjadi $1,2125, sementara euro, dipengaruhi oleh pertumbuhan Eropa yang sedikit mengecewakan pada hari Selasa, turun 0,1% menjadi $1,0567.

Selain itu, indikator aktivitas pabrik di Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan menunjukkan kontraksi dalam aktivitas, yang memberikan tekanan pada mata uang yang terpapar pada perdagangan internasional. Dolar Australia turun 0,1% menjadi $0,6630, dan yuan China mengalami penurunan ringan menjadi 7,3190 per dolar.

Aksi

Dalam perkembangan yang agak mengejutkan, pembatasan likuiditas di pasar uang menyebabkan tingkat suku bunga antarbank untuk lembaga non-bank melonjak hingga 50% pada hari Rabu, menyusul lonjakan sebesar 6% pada hari Selasa. Pergerakan dramatis ini telah meningkatkan kekhawatiran pasar dan memerlukan pemantauan yang cermat.

Indeks dolar AS naik tipis menjadi 106,75, mencerminkan fluktuasi yang berkelanjutan di pasar mata uang.

Seiring berjalannya hari, investor dengan cermat memantau pertemuan kebijakan Federal Reserve untuk mendapatkan wawasan tentang rencana masa depan bank sentral. Berhentinya penurunan yen, disertai dengan potensi intervensi, telah menambahkan unsur ketidakpastian dalam lanskap forex.