Selasa, 31 Maret 2020

Cukup Sudah! Emas Global Merosot, Harga Emas Antam Melorot

Cukup Sudah! Emas Global Merosot, Harga Emas Antam Melorot
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada perdagangan Selasa (31/3/2020) turun 0,23% sebesar Rp 2.000 menjadi Rp 875.000/gram, dari hari sebelumnya Rp 877.000/gram.
Harga emas Antam terkoreksi seiring dengan harga emas spot dunia pada penutupan Senin tadi malam turun 0,6% di level US$ 1,618/troy ons.
Sementara emas berjangka AS turun 0,2% menjadi US$ 1.622/troy ons. Harga emas berjangka berakhir lebih rendah pada 30 Maret setelah dibebani oleh lonjakan pasar saham AS dan menguatnya indeks dolar AS.

Harga emas berjangka untuk pengiriman Juni di Bursa Comex turun US$ 10,90, atau 0,7% di level US$ 1.643.20/troy ons. Harga emas berjangka di Bursa Comex adalah kontrak paling aktif di pasar.

Penurunan harga emas terjadi ketika para pedagang fokus pada perkembangan cepat dari pandemi coronavirus. Para trader juga mencermati perpanjangan langkah Presiden AS Donald Trump dalam mengurangi penyebaran virus mematikan COVID-19.

Edward Moya, seorang analis pasar senior di perusahaan forex, Oanda, mengatakan "rantai pasokan emas sebagai logam fisik sudah terganggu dalam 10 hari terakhir, tetapi saat ini menghilangkan momentum apa pun untuk harga emas yang lebih tinggi," katanya dikutip dari cryptovibes.com.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini (31/3/2020), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah 0,23% berada di Rp 87,5 juta dari harga kemarin Rp 87,7 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini turun 0,36% atau Rp 3.000 ditetapkan pada Rp 832.000/gram, dari posisi kemarin Rp 835.000/gram.
Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut. Untuk jenis lain, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.


Di tengah penurunan harga emas,  Aneka Tambang juga resmi menutup sementara operasional seluruh Butik Emas Logam Mulia, mulai 30 Maret - 4 April 2020 seiring dengan upaya perusahaan untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di Tanah Air.
Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 30 Maret 2020

Corona Menggila, Bursa Utama Asia Merah Semua

Corona Menggila, Bursa Utama Asia Merah Semua
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia lagi-lagi melemah pada perdagangan pagi ini. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah virus corona.

Pada Senin (30/3/2020) pukul 08:43 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Investor di pasar saham Asia balik kanan karena cemas terhadap penyebaran virus corona yang semakin masif. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:22 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 721.584 orang. Dari jumlah tersebut, 33.958 orang tutup usia.

Untuk meredam penyebaran virus corona, sejumlah negara di Asia melakukan kebijakan karantina wilayah alias lockdown. Misalnya di India, yang melakukan lockdown total.

Seluruh penduduk India dilarang keluar rumah kecuali untuk hal-hal mendesak. Transportasi publik pun tidak beroperasi.

Kebijakan lockdown bertujuan untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus dan menyelamatkan nyawa. Namun tidak bisa dipungkiri, laju perekonomian menjadi melambat signifikan.

"Kami masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada semester I-2020 di teritori negatif seiring dampak ekonomi dari virus corona yang semakin parah dan meluas. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada semester I-2020 sebesar -10,5%," kata Bruce Kasman, Ekonom JPMorgan, sebagaimana diberitakan Reuters.

Sebelumnya, Economist Intelligence Unit (IEU) memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara G20 pada 2020 adalah -2,2%. Jauh memburuk ketimbang proyeksi sebelumnya yakni 2,3%.

Berbagai proyeksi menyeramkan itu gara-gara penyebaran virus corona yang semakin masif. Akibatnya, investor belum berani untuk bermain agresif sehingga aset-aset berisiko di pasar saham Asia sepi peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 27 Maret 2020

Banjir Stimulus, Bursa Saham Asia Anteng di Zona Hijau

Banjir Stimulus, Bursa Saham Asia Anteng di Zona Hijau
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)
Rifan Financindo - Bursa saham Asia pada perdagangan Jumat pagi (27/3/2020) sebagian besar kembali diperdagangkan di zona hijau karena langkah-langkah stimulus tambahan digelontorkan sejumlah negara untuk memerangi pandemi virus corona (COVID-19). Stimulus ini berhasil mengangkat sentimen positif bagi investor.
Pasar saham di Asia bergerak lebih tinggi pada perdagangan Jumat pagi setelah Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak semalam (tadi pagi) ke lonjakan terbesarnya dalam 3 hari terakhir sejak 1931.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 1,07% di perdagangan pagi sementara indeks Topix naik 1,7%. Kospi Korea Selatan naik 1,51% sementara indeks Kosdaq naik 2,46%.

Bursa saham China Daratan naik lebih tinggi pada awal perdagangan, dengan indeks Shanghai naik sekitar 0,6% sementara komposit indeks Shenzhen naik 0,665%.

Sementara pasar saham Australia memperpanjang kenaikan ke hari keempat pada awal perdagangan Jumat ini setelah kenaikan bursa Wall Street. Bursa saham AS naik setelah Senat AS akhirnya memilih untuk menyetujui paket stimulus mencapai US$ 2 triliun sebagai tanggapan terhadap pandemi virus corona.

Indeks acuan S&P/ASX 200 pada awal perdagangan sempat naik 66,90 poin atau 1,31% menjadi 5.180,20, setelah naik ke level tertinggi 5,236.70 sebelumnya. Namun selang berjalan pukul 09:30 WIB, indeks S&P/ASX 200 turun 2,49% pada 4.987,10.
Di antara pemicu kenaikan awal saham-saham di Australia dari emiten sektor pertambangan, saham Rio Tinto naik lebih dari 1% dan Fortescue Metals naik 0,2%, sementara saham BHP merosot 0,1%.

Sementara di sektor energi saham Oil Search naik lebih dari 9%, saham Woodside Petroleum naik lebih dari 1% dan Santos naik 0,5%.

Di Wall Street, saham ditutup naik tajam pada Kamis tadi malam atau pagi waktu Indonesia. Kenaikan ini terjadi kendati Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan soal klaim tunjangan pengangguran yang melonjak untuk pertama kali menjadi 3,28 juta pada pekan lalu dari 282.000 klaim pada minggu sebelumnya. Kenaikan ini karena ekonomi AS terdampak virus corona.

Sentimen negatif ini tampaknya telah diimbangi oleh berita bahwa Senat memilih menyetujui paket stimulus US$ 2 triliun dalam menanggapi pandemi virus corona.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 26 Maret 2020

Harga Emas Merosot 1% Lebih, Pegang Tunai atau ke Saham?

Harga Emas Merosot 1% Lebih, Pegang Tunai atau ke Saham?
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Rifan Financindo - Harga emas merosot pada perdagangan hari ini setelah reli dalam tiga hari perdagangan terakhir. Emas kembali dilikuidasi setelah melesat signifikan sembari menunggu paket stimulus Amerika Serikat (AS) untuk meredam dampak wabah corona (COVID-19).

Pada perdagangan Kamis (26/3/2020), harga emas dunia di pasar spot turun 0,96% ke level 1.597,8/troy ons. Sejak 20 Maret lalu hingga perdagangan kemarin, harga emas meroket 9,76%.

Harga emas meroket setelah bank sentral AS, The Fed mengumumkan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas. Pada QE kali ini, The Fed tak hanya membeli obligasi pemerintah dan efek beragun aset (EBA) properti saja, tetapi juga akan membeli obligasi korporasi dengan rating 'investment grade' dan exchang traded fund (ETF)-nya.

Langkah The Fed ini merupakan terobosan baru yang diambil guna meredam dampak wabah COVID-19 yang kini terus merebak terhadap perekonomian Paman Sam. Langkah The Fed ini membuat dolar yang tadinya perkasa jadi loyo.

Keperkasaan dolar tercermin dari indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar di hadapan enam mata uang lainnya. Pada 20 Maret 2020, indeks dolar berada di level 102,81. Namun setelah The Fed mengumumkan program QE dengan nilai tak terbatas pada Senin (23/3/2020), indeks dolar langsung jatuh dan hari ini berada di level 100,86.

Pelemahan dolar jadi sentimen yang bagus untuk harga emas. Logam mulia emas memang dibanderol dalam dolar, sehingga pelemahan dolar membuat harga emas menjadi lebih murah. Kebetulan harga emas juga terus anjlok dan terkulai, jadi investor mulai berburu emas lagi dan membuat harga meroket.

Namun, setelah menyentuh level psikologis US$ 1.600/troy ons, kali ini emas kembali dilikuidasi sembari menunggu keputusan stimulus AS senilai US$ 2 triliun untuk melawan COVID-19.

Pemerintah AS saat ini tengah memperjuangkan proposal paket stimulus sebesar US$ 2 triliun, dan kini kongres sudah semakin dekat untuk mengesahkannya. Berikut adalah rincian proposal stimulus yang diajukan pemerintah Negeri Adidaya:
  1. 
Bantuan tunai US$ 1.200 per kepala bagi mereka yang membutuhkan. Untuk keluarga yang memiliki anak, jumlahnya bisa meningkat menjadi US$ 3.000. Anggarannya adalah US$ 500 miliar.

  2. Bantuan kepada usaha kecil-menengah. Anggarannya adalah US$ 350 miliar.

  3. Bantuan likuiditas kepada maskapai penerbangan. Anggarannya adalah US$ 500 miliar.

  4. Bantuan kepada rumah sakit dan sektor kesehatan. Anggarannya adalah US$ 75 miliar.

  5. Perluasan program tunjangan pengangguran. Anggarannya adalah US$ 250 miliar.
6. Pengembangan obat serta pengadaan masker, sarung tangan, dan ventilator. Anggarannya adalah US$ 4 miliar.
Di tengah kondisi dengan penuh ketidakpastian tinggi seperti ini, apalagi wabah COVID-19 masih terus merebak, investor masih memilih cash untuk berjaga-jaga. Volatilitas yang tinggi di pasar saham telah membuat harga emas juga berfluktuasi tinggi.

Emas yang diyakini sebagai aset safe haven ini, sekarang lebih berperan dalam menyediakan likuiditas untuk menutup kerugian pada investasi lain. Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi, harga emas bergerak liar.

Pada periode 11-26 Maret, harga emas bergerak di rentang US$ 1.469,8/troy ons di level terendah dan US$ 1.634,52/troy ons di level tertinggi. Rentang pergerakan harga emas mengacu pada posisi penutupan ini jauh lebih lebar dari perdagangan periode sebelumnya saat COVID-19 belum disahkan jadi pandemi.

Kini wabah terus merebak. Hampir semua negara di dunia sudah terjangkit. Data teranyar John Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah kasus COVID-19 kini sudah mencapai 470.973 dengan total angka kematian mencapai 21.276.  
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 24 Maret 2020

Investor Berburu 'Barang Diskonan', Bursa Saham Asia Hijau

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (AP Photo/Koji Sasahara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia menghijau pada perdagangan hari ini. Koreksi yang begitu parah dalam beberapa hari terakhir membuat harga aset di bursa saham Benua Kuning kini sudah murah sehingga mendorong minat pelaku pasar untuk mengoleksi.

Pada Selasa (24/3/2020) pukul 08:53 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Maklum saja, bursa saham Asia memang sudah terkoreksi sangat dalam. Sejak awal Maret, indeks Shanghai Composite melemah 6,16%. Sementara Hang Seng -13.9%, Straits Times -23.39%, dan KOSPI -21,18%.

Jadi sekarang memang saatnya berburu 'barang diskonan'. Harga aset di bursa saham Asia sudah terpangkas sehingga menarik untuk kembali dikoleksi.

Dari Wall Street, bursa saham AS memang masih merah. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 3,04%. Sementara S&P 500 terkoreksi 2,93% dan Nasdaq Composite minus 0,27%.

Walau melemah, tetapi koreksi di Wall Street sebenarnya agak mereda. Akhir pekan lalu, DJIA ditutup amblas 4,55%, S&P 500 anjlok 4,34%, dan Nasdaq jatuh 3,79%.

Wall Street sejatuh-sejatuhnya pada perdagangan 16 Maret. Kala itu DJIA ambrol 12,93%, S&P 500 jeblok 11,98%, dan Nasdaq terpangkas 12,32%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987.

Jadi, koreksi Wall Street dini hari tadi agak mendingan lah. Ini menunjukkan tekanan mulai berkurang, karena investor bersemangat membeli aset-aset yang harganya sudah diskon besar-besaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 23 Maret 2020

Bursa Hong Kong -5%, Seoul -5%, Singapura -6%, Apa-apaan Ini?

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham Asia bergerak variatif pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar sepertinya masih berhati-hati mengingat isu virus corona yang semakin 'liar'.

Pada Senin (23/3/2020) pukul 08:43 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Investor masih terus memonitor perkembangan penyebaran virus corona. Per pukul 07:43 WIHB, jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 335.974 di mana 14.641 orang meninggal dunia, mengutip data satelit pemetaan ArcGis.

Di China, lokasi awal penyebaran virus corona, kondisi semakin membaik. Kota Wuhan (ground zero kasus corona) sudah mengendurkan aturan karantina wilayah alias lockdown. Transportasi publik sudah kembali berfungsi dan karyawan diperbolehkan bekerja.

"Sekarang saya rasa pendemi ini sudah terkontrol, tetapi bukan berarti sudah selesai. Saya sudah keluar rumah, tetapi masih merasa takut," kata seorang warga Beijing bermarga He, seperti dikutip dari Reuters.

Namun di negara-negara lain, situasinya malah memburuk terutama di Eropa dan AS. Kasus corona di Italia kian bertambah menjadi 59.138 dengan korban jiwa 5.476 orang. Korban meninggal akibat corona di Italia adalah yang tertinggi di dunia, sudah melampaui China.

AS menjadi negara dengan kasus corona terbanyak ketiga di dunia dengan 33.276 pasien. Dari jumlah tersebut, 417 orang tutup usia.

Sejumlah negara bagian di Negeri Paman Sam telah menetapkan status lockdown. Terbaru, Ohio, Louisiana, dan Delaware melakukan hal yang sama dengan New York California, Illinois, Connecticut, dan New Jersey.

Jumlah penduduk di negara-negara bagian tersebut adalah sekitar 101 jiwa. Artinya, hampir satu dari tiga warga AS kini harus tinggal di rumah. Tidak bisa sekolah, kerja, apalagi pelesiran.

Akibatnya, ekonomi Negeri Adidaya terancam melambat. Roda ekonomi yang tertahan membuat pengangguran di AS meningkat. Jumlah klaim tunjangan pengangguran atau unemployment benefits pada pekan yang berakhir 14 Maret tercatat 281.000. Melonjak 70.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak September 2017.
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 20 Maret 2020

Indahnya Bursa Saham Asia yang Ijo Royo-Royo

Indahnya Bursa Saham Asia yang Ijo Royo-Royo
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Kebangkitan pasar saham sudah terlihat kala Wall Street ditutup hijau.

Pada Jumat (20/2/2020) pukul 08:57 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York akhirnya ditutup di jalur hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,95%, S&P 500 bertambah 0,47%, dan Nasdaq Composite melonjak 2,3%.

Investor berburu saham murah karena Wall Street memang sudah melemah parah. Secara year-to-date, DJIA anjlok 29,61%, S&P 500 ambles 25,56%, dan Nasdaq ambrol 20,41%.

"Investor menggunakan kesempatan ini untuk membeli saham murah. Sebab memang tidak ada yang tahu berapa valuasi yang benar saat ini," kata Robert Pavlik, Chief Investment Strategist di SlateStone LLC yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.

Selain itu, investor lega karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan mendesak US Food and Drug Administration (FDA) untuk mempercepat proses inovasi pembuatan obat virus corona. Sudah ada eksperimen dari Gilead Sciences Inc untuk anti-virus corona dan obat anti-malaria bernama hydroxychloroquine. Trump meminta agar proses administrasi izin edar obat ini dipercepat.

"Kita harus menghilangkan segala hambatan. Sebab ini bisa mengubah peta permainan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.

Kemudian, pelaku pasar sepertinya mulai merasakan dampak stimulus dari bank sentral. Belum lama ini, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) menyatakan bakal masuk ke pasar dengan membeli obligasi pemerintah dan surat berharga lainnya dengan nilai total sekitar US$ 700 miliar.

Tidak hanya The Fed, bank sentral Uni Eropa (ECB) juga menggelontorkan likuiditas ke pasar. Bank sentral pimpinan Christine Lagarde itu berkomitmen membeli surat utang pemerintah senilai EUR 750 miliar hingga akhir 2020.

Gelontoran likuiditas dalam jumlah besar itu tentu membuat pasar semarak. Mentalitas 'beli, beli, beli' kembali muncul sehingga Wall Street berhasil menguat.

Hijaunya Wall Street menjadi pelecut semangat pelaku pasar di Asia. Optimisme datang lagi dan investor bergairah masuk ke bursa saham Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 19 Maret 2020

Stimulus ECB, Bursa Asia Pasrah di Zona Merah

Stimulus ECB, Bursa Asia Pasrah di Zona Merah
Foto: Shanghai Stock Exchange ( REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia pada perdagangan Kamis ini (19/3/3030) berjuang untuk menemukan pijakan baru dan keluar dari zona merah di tengah volatilitas perdagangan karena adanya stimulus Bank Sentral Eropa (ECB). ECB akan membeli obligasi senilai 750 miliar euro (US$ 820 miliar) guna meredam gejolak ekonomi di tengah corona (COVID-19).

Saham-saham di bursa utama di Asia Pasifik kehilangan momentum kenaikan karena kekhawatiran dampak virus corona terhadap ekonomi membebani sentimen investor.

Kamis pagi ini, Dow Jones ditutup minus hingga 6,30%, juga S&P 500 minus 5,18% dan Nasdaq turun 4,70%. Penurunan bursa saham Wall Street juga menjadi pemicu penurunan bursa saham Asia selain pandemi virus corona.

Di Australia S&P/ASX 200, pukul 19:21 WIB turun 1,72% ke 4.866,70, meski data pekerjaan yang dirilis Kamis ini oleh Biro Statistik Australia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran bulan Februari turun ke level 5,1% dari 5,3%.
Di Jepang, Nikkei 225 pukul 09:30 turun 0,97% menjadi 16.572,70, sementara indeks Topix justru naik 1,92%% pada 1.295,29.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 3,94% menjadi 21.404,4, indeks Shanghai (SSEC) terkoreksi 1,43% pada 2.692,22, sedangkan indeks Straits Time Index Singapore (STI) anjlok 3,69% menjadi 2.335,35.

Perkembangan seputar wabah virus corona (COVID-19) cenderung terus mendominasi sentimen investor global pada hari Kamis.

Virus ini telah menewaskan lebih dari 8.700 orang di seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 212.000 orang dan memicu lockdown dalam sejumlah negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 18 Maret 2020

IHSG Sempat di Bawah 4.400, Terendah Sejak Desember 2015

Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor terendah barunya. Saat ini bahkan IHSG sudah keluar dari level psikologis 4.400.

Pada 09.55 WIB, IHSG berada di level 4.385,5 atau terkoreksi 1,66% dibanding posisi penutupan kemarin. Ini merupakan level terendah IHSG sejak 15 Desember 2015 lalu. Pada 14 Desember 2015, IHSG ditutup di level 4.374,191. Kemudian sehari setelahnya IHSG berhasil ditutup menguat ke level 4.409,172.

IHSG memang terus mengalami koreksi sejak awal tahun. Dengan koreksi yang terjadi hari ini, artinya IHSG sudah anjlok lebih dari 30%. Sampai dengan kemarin IHSG masih jadi the laggard jika dibandingkan dengan performa bursa saham kawasan Asia lainnya.

Ya mau bagaimana lagi, situasi memang sedang tidak kondusif gara-gara pandemi COVID-19 yang sudah menginfeksi cari 200 ribu orang di 152 negara dan teritori. Indonesia pun juga sudah kemasukan.

Per kemarin (17/3/2020) Indonesia sudah melaporkan total 172 kasus infeksi COVID-19. Sebanyak 7 orang terenggut jiwanya akibat infeksi virus ganas ini.

Sebenarnya jumlah pertambahan kasus di China sudah sangat turun. Namun lonjakan kasus signifikan justru terjadi di luar China. Sejak awal pekan ini jumlah kasus di luar China sudah mengungguli total kasus di China. Total kasus di luar China sudah mencapai 100 ribu lebih.

Walau pagi tadi Trump mengumumkan rencananya untuk memberikan stimulus fiskal sebesar US$ 1 triliun, pasar masih belum benar-benar tenang. Volatilitas masih sangat tinggi. Investor masih risk off.

Sebenarnya yang ingin didengar pasar bukan hanya seberapa besar stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan untuk meredam dampak COVID-19, tetapi investor juga ingin mendengar kabar yang lebih menggembirakan yakni pertumbuhan jumlah kasus baru yang drop.

Di Indonesia sendiri, wabah ini diperkirakan oleh Badan Inteligen Negara (BIN) akan mencapai puncaknya pada Mei nanti saat bulan Ramadhan. Artinya pertambahan jumlah kasus di dalam negeri berpotensi besar untuk bertambah.

Selagi musuh tak kasat mata itu masih ada di pasar, maka teror masih akan terus ditebar dan kepanikan masih akan melanda pasar. Arah pergerakan saham bisa kita tebak bersama ke mana. Yang jelas bergerak dengan volatilitas tinggi seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :
 

Selasa, 17 Maret 2020

Corona Menggila, Investor Masih 'Alergi' Masuk Bursa Asia

Ilustrasi Bursa Saham Hong Kong (Reuters/Tyrone Siu)
PT Rifan - Bursa saham Asia masih cenderung melemah di perdagangan pagi ini. Penyebaran virus corona yang bisa berujung ke resesi ekonomi membuat pelaku pasar emoh masuk ke aset berisiko di pasar keuangan Asia.

Pada Selasa (17/3/2020) pukul 08:45 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia: 


Bursa saham Asia mengekor Wall Street yang terkoreksi dalam. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 12,93%, S&P 500 ambles 11,98%, dan Nasdaq Composite ambrol 12,32%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987.
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 16 Maret 2020

Usai Anjlok 9%, The Fed Pompa Harga Emas Melesat 1%

Usai Anjlok 9%, The Fed Pompa Harga Emas Melesat 1%
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga logam mulia emas menguat pada perdagangan pagi ini setelah sepekan lalu jatuh dalam. Salah satu sentimen positif yang mendongkrak harga emas pada perdagangan pagi ini adalah kebijakan bank sentral AS yang kembali menurunkan suku bunga acuannya.

Pada perdagangan hari pertama awal pekan ini, Senin (16/3/2020) harga emas di pasar spot mencatatkan penguatan sebesar 1,01% ke level US$ 1.544,81/troy ons. Sejak Selasa pekan lalu (10/3/2020) harga emas terus melorot. Sepekan kemarin harga emas tercatat melemah 8,95% dari level tertingginya pada Senin (9/3/2020).

Pekan kemarin pasar saham global rontok setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi. Kejatuhan bursa saham global membuat emas yang sedang berada di level tertingginya juga harus dilikuidasi untuk mengcover margin calls.

"Ketika pasar saham berada dalam tekanan dan ada dorongan kebutuhan likuiditas di setiap pasar, tak menutup kemungkinan bahwa emas juga akan mendapat tekanan jual" kata Suki Cooper analis Standard Chartered Bank seperti yang diwartakan Reuters.

"Kita sedang berada di fase di mana emas dilikuidasi...beberapa orang mungkin kaget bahwa (harga) emas jatuh dan berkata (emas) bukan lagi aset safe haven. Namun dalam konteks ini, emas membantu menyediakan likuiditas ketika kita membutuhkan" kata Giovanni Staunovo seorang analis komoditas UBS.

Pagi ini harga emas berhasil menguat dipicu oleh sentimen positif yang datang dari bank sentral AS, The Federal Reserves. Secara mengejutkan The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Level suku bunga acuan tersebut merupakan level terendah sejak 2015.

The Fed memberikan kejutan di pasar dengan memutuskan kebijakan moneter lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Semestinya, Komite Pengambil Kebijakan The Fed (FOMC) baru mengadakan rapat pada 17-18 Maret. Namun sepertinya bank sentral AS tersebut melihat kondisi saat ini sangat genting sehingga memutuskan untuk melonggarkan kebijakan moneternya dengan segera.

"Wabah corona telah membahayakan komunitas dan mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai negara" kata The Fed, mengutip CNBC Internasional.

Rendahnya suku bunga terutama di AS membuat memegang instrument investasi tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih dilirik. Karena biaya yang ditanggung alias opportunity cost memilih aset ini menjadi lebih rendah dan emas menjadi intstrumen yang menarik.

Selain itu penurunan suku bunga membuat dolar melemah. Pada pukul 08.25 indeks dolar yang mengukur mata uang dolar dengan mata uang lain melemah 0,43%.

Pelemahan dolar membuat harga emas yang sudah anjlok jadi semakin murah bagi pemegang mata uang lain. Maklum emas dibanderol dalam mata uang dolar AS.  Sehingga hal ini dimanfaatkan para investor untuk membeli emas.

Harga emas masih memiliki peluang untuk menguat mengingat investor masih cenderung risk off di saat-saat seperti ini, walau sudah ada indikasi juga orang-orang mulai beralih untuk menyimpan aset mereka dalam bentuk cash.

"Kami memperkirakan harga akan tetap didukung oleh sentimen risk-off dalam beberapa bulan mendatang karena ketidakpastian seputar pertumbuhan global berlanjut dengan pandemi COVID-19 yang sekarang menyebar di seluruh dunia," kata Fitch Solutions dalam sebuah catatan.

Berdasarkan data teranyar hasil kompilasi John Hopkins University CSSE, saat ini sudah ada 167.811 kasus di lebih dari separuh negara di penjuru dunia. Jumlah korban meninggal sudah mencapai hampir 6.500 orang. Saat ini wabah COVID-19 memang menjadi salah satu risiko terbesar yang mengancam perekonomian global. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Jumat, 13 Maret 2020

Panic Selling, Bursa Saham Asia Hancur-Hancuran

Panic Selling, Bursa Saham Asia Hancur-Hancuran
Foto: REUTERS/Thomas Peter
PT Rifan Financindo - Pasar saham Asia Jumat (13/3/2020) pada perdagangan sesi pagi dibuka kembali di zona merah. Seiring aksi jual besar-besaran investor pasar saham global, karena kekhawatiran atas wabah global virus corona terus membebani sentimen investor.

Bursa saham Asia juga menerima sentimen negatif dari anjloknya indeks futures Wall Street dengan Dow Jones industrial Average ditutup turun 2.352,69.
Bursa saham Jepang menjadi yang terburuk di kawasan Asia, indeks Nikkei 225 anjlok 9,56% menjadi 16.745,45. Pasar saham Australia S&P/ASX 200 kehilangan 7,2%, indeks Hang Seng Hong Kong terjun 5,69% ke 22.925,75. Sementara saham Shanghai anjlok 3,51% berada di 2820,94.

Kolaborasi dari pandemi virus corona, perang harga minyak antara Arab Saudi versus Rusia dan stimulus pemerintahan Trump yang tidak terinci, menjadi pemicu kekecewaan investor pasar saham.

Faktor lainnya, yaitu pelaku pasar juga kecewa dengan sikap Gedung Putih, dimana sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengusulkan Pajak Penghasilan (PPh) nol persen hingga akhir tahun. Tetapi rincian ini juga masih sebatas wacana yang belum terealisasikan.

Investor sekarang masih memperhatikan upaya pembuat kebijakan global untuk memperpanjang langkah-langkah kebijakannya. Sehingga tren penurunan (bearsih) masih ada, kecuali ada berita kuat tentang penyembuhan pandemi virus corona serta langkah dan rincian konkrit stimulus.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 12 Maret 2020

ECB Umumkan Kebijakan Moneter, Euro Kembali Menguat

ECB Umumkan Kebijakan Moneter Besok, Euro Kembali Menguat
Foto: Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB) Yves Mersch, mempresentasikan uang kertas 100- dan 200-euro baru di ECB
Rifan FinancindoNilai tukar euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (11/3/2020) jelang pengumuman kebijakan moneter European Central Bank (ECB) Kamis besok.

Pada pukul 20:07 WIB, euro menguat 0,52% ke US$ 1,1338 di pasar spot, melansir data Refinitiv. ECB akan mengumumkan kebijakan moneter di tengah aksi bank sentral lainnya yang memberikan stimulus guna meredam dampak virus corona ke perekonomian.

Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) siang tadi mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.

 Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi Inggris. Selain memangkas suku bunga, BoE juga mengumumkan skema pembiayaan baru untuk perusahaan kecil dan menengah, serta untuk industri perbankan.

Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan The Fed yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat.

Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengejutkan pasar dengan pemangkasan suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 50 basis poin (bps) ke 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak sebesar itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial. Kala itu The Fed memangkas suku bunga 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG pekan depan. Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi bahkan lebih agresif saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti.

Berdasarkan data piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 66,4% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 bps menjadi 0,5-0,75%. Selain itu pelaku pasar melihat 33,6% suku bunga akan dipangkas 100 bps menjadi 0-0,25%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 50 adan 25 bps atau dipertahankan.

Sementara itu kebijakan yang bisa diterapkan oleh ECB sepertinya lebih terbatas dibandingkan The Fed.

Pada September lalu, ECB sudah menggelontorkan stimulus guna memacu ekonomi zona euro yang melambat. Saat itu ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Bank sentral yang saat itu masih dipimpin Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun 2018.

Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November 2019 dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.

Suku bunga ECB sudah rendah bahkan minus, sementara QE sudah diterapkan, sehingga kebijakan ECB kemungkinan tidak akan seagresif The Fed, euro pun berhasil menguat melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 11 Maret 2020

Dear Investor, Jadi Saatnya Beli atau Jual Emas nih?

PT Rifan - Harga emas dunia melesat hingga melewati level US$ 1.700/troy ons untuk pertama kalinya sejak tahun 2012 pada Senin pekan ini (9/3/2020).

Sayangnya, setelah mencapai level tersebut harga emas justru melorot hingga 1% ke US$ 1.657,36/troy ons, sebelum mengakhiri perdagangan Senin di level US$ 1.679,6/troy ons, menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refintiv.

Penurunan harga emas masih berlanjut pada Selasa kemarin (10/3/2020) pukul 13:50 WIB, di mana harga emas dunia justru melemah 1,06% di level US$ 1.661,4/troy ons.

Aksi jual di bursa saham menjadi pemicu penguatan tajam harga emas tersebut, sebelum terpangkas akibat aksi profit taking.

Kecemasan akan pelambatan ekonomi global akibat wabah virus corona terus memicu aksi jual di bursa saham global. Senin kemarin indeks Nikkei Jepang jeblok lebih dari 5%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4% dan Shanghai Composite China lebih dari 3%.

Kemudian dari Eropa, DAX 30 Jerman, FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Perancis, ambles lebih dari 7%. Sementara itu FTSE MIB Italia anjlok lebih dari 11%.

Sementara itu, bursa saham AS (Wall Street) lebih parah lagi, kiblat bursa saham dunia tersebut perdagangannya dihentikan hanya hitungan menit setelah dibuka pada Senin (9/3/2020).

Seperti dikutip dari Reuters, penghentian perdagangan dilakukan karena indeks karena S&P 500 turun 7% dan memicu penghentian otomatis perdagangan selama 15 menit. Ini merupakan penghentian perdagangan pertama sejak krisis 2008-2009.

Di akhir perdagangan, indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing merosot lebih dari 7%.

Patut diingat penyebab utama anjloknya bursa saham global adalah wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global. Emas yang merupakan aset aman (safe haven) akhirnya menjadi buruan pelaku pasar, dan harganya pun melesat naik.

Wabah virus corona yang berasal dari kota Wuhan China tersebut kini meluas ke berbagai negara. Di daerah asalnya, penyebaran virus corona mulai melambat, tetapi justru melonjak drastis di negara-negara lain.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini hingga Selasa kemarin, virus corona sudah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus lebih dari 114.000 orang. Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 4.026 orang meninggal dunia.

Pertanyaannya, dengan tekanan corona ini, sampai kapan harga emas naik, lalu apa yang harus dilakukan investor? 

Kondisi global saat ini membuat banyak analis memprediksi harga emas akan terus melaju naik di tahun ini.

Analis dari bank investasi ternama, Goldman Sachs, memprediksi harga emas bisa menuju US$ 1.750/troy ons jika wabah virus corona terjadi hanya di kuartal I-2020. Tetapi jika wabah tersebut berlanjut hingga kuartal II-2020, Goldman memprediksi emas akan melesat ke US$ 1.850/troy ons.

 Sementara itu dalam survei tahunan London Bullion Market Association (LBMA) yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.

 James Stell, analis dari HSBC, yang disurvei LBMA memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons.

Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut.

 Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.

 Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.

 Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550/troy ons dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.

 Bagaimana analisis teknikal harga emas?
Jika dilihat secara Teknikal, pada pertengahan tahun lalu Tim Riset CNBC Indonesia memberikan proyeksi harga emas berpeluang naik ke US$ 1.800/troy ons bahkan lebih tinggi lagi setelah menembus resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1.433/troy ons.

 Sejak saat itu, Tim Riset CNBC Indonesia memberikan outlook bullish bagi emas dalam jangka panjang. Artinya selama tidak kembali ke bawah US$ 1.433/troy ons, harga emas masih berpeluang terus menguat.

 Emas Sudah Cicipi US$ 1.700/oz, Waktunya Beli atau Jual? 

Grafik: Emas (XAU/USD) Mingguan
Sumber: Refinitiv

 
Melihat grafik mingguan, harga emas saat ini bergerak di atas rerata pergerakan 50 pekan (moving average/MA 50), MA 100 dan MA 200. Posisi emas di atas ketiga MA tersebut menjadi sinyal peluang berlanjutnya penguatan emas. Sementara itu, indikator Stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka harga suatu instrumen berisiko melemah.

Level US$ 1.700/troy ons yang merupakan level psikologis menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Jika kembali ditembus, dan bertahan di atas level tersebut, harga emas berpeluang terus naik menuju US$ 1.755/troy ons. Peluang ke US$ 1.800 menjadi terbuka jika emas juga melewati level tersebut.

Sementara selama tertahan di bawah US$ 1.700/troy ons, emas berisiko terkoreksi turun melihat indikator Stochastic yang overbought. Support (tahanan bawah) terdekat berada di kisaran US$ 1.545/troy ons, menjadi target penurunan emas. Jika dilewati, emas berisiko melemah ke US$ 1.450/troy ons.
Namun, selama bertahan di atas support US$ 1.545/troy ons, emas berpeluang kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)

Selasa, 10 Maret 2020

Yakin Harga Emas Bakal Meredup Usai Cetak Rekor?

FOTO : CNBC Indonesia
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas dunia berbalik melemah pada perdagangan Senin tadi malam (9/3/2020) setelah sempat melewati level level US$ 1.700/troy ons pada Senin pagi.

Data Refinitiv mencatat, begitu perdagangan awal pekan dibuka, harga emas langsung melesat 1,2% ke US$ 1.694/troy ons. Tidak perlu waktu lama, harga logam mulia ini langsung mencapai level US$ 1.702,56/troy ons atau menguat 1,72% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2012.

Namun setelah mencapai level tersebut, harga emas justru melorot hingga 1% ke US$ 1.657,36/troy ons.

Meski demikian bukan berarti harga emas akan terus merosot, mengingat penguatan tajam hingga melewati US$ 1.700/troy ons untuk pertama kalinya tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harganya turun.

Ketika profit taking mereda, harga emas tentunya bisa bangkit lagi, apalagi bursa saham global sedang mengalami aksi jual, yang tentunya membuat emas menjadi investasi alternatif terfavorit. Emas merupakan aset yang dianggap aman (safe haven) dan menjadi buruan pelaku pasar ketika terjadi gejolak di pasar finansial.

Terbukti, menjelang dibukanya perdagangan sesi AS, harga emas berhasil menipiskan pelemahan hingga 0,05% saja, di level US$ 1.673/troy ons pada pukul 19:35 WIB, tadi malam.

Bursa saham Asia pada perdagangan Senin kemarin merosot. Data perdagangan mencatat, indeks Nikkei Jepang jeblok lebih dari 5%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4% dan Shanghai Composite China lebih dari 3%.

Sementara itu bursa Eropa lebih parah lagi, DAX 30 Jerman, FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Perancis, ambles lebih dari 7%. Sementara itu FTSE MIB Italia anjlok lebih dari 10%.

Tadi malam, perdagangan di bursa saham Wall Street AS dihentikan hanya hitungan menit setelah dibuka pada Senin (9/3/2020). Seperti dikutip dari Reuters, penghentian perdagangan dilakukan karena indeks karena S&P 500 turun 7% dan memicu penghentian otomatis perdagangan selama 15 menit. Ini merupakan penghentian perdagangan pertama sejak krisis 2008-2009.

Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) ke 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial 2008. Kala itu The Fed memangkas suku bunga 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG. Pemangkasan itu sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG pekan mendatang.

Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti.

Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 77,5% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,5-0,75%.

Selain itu pelaku pasar melihat 22,5% suku bunga akan dipangkas 75 bps menjadi 0,25%-0,5%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 25 bps ataupun dipertahankan.

Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)

Senin, 09 Maret 2020

Astaga! Bursa Saham Asia Membara, Tokyo Anjlok 5%

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia merah membawa pada perdagangan pagi ini. Koreksi yang terjadi begitu dalam, bahkan ada yang sampai 5%!

Pada Senin (9/3/2020) pukul 08: WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Risk appetite pelaku pasar memang sedang sangat rendah. Ini tidak lepas dari perkembangan penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 08:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia tercatat 109.965. Sementara korban meninggal adalah 3.824 orang.

Virus mematikan yang bergentayangan membuat aktivitas masyarakat terpaksa dibatasi. China memulai dengan menutup akses Kota Wuhan di Provinsi Hubei, yang merupakan asal mula kasus virus corona. Selepas itu, beberapa daerah mengalami nasib yang sama.

Tidak hanya di China, langkah serupa juga dilakukan negara lain. Pemerintah Italia sudah mengambil langkah tegas dengan menutup daerah Lombardy, dan 14 provinsi lainnya yaitu Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, Rimini, Pesaro, Urrbino, Alessandria, Asti, Novara, Vebano-Cusio-Ossola, Vercelli, Padua, Treviso, dan Venesia. Total jumlah penduduk di daerah-daerah yang ditutup itu sekira 16 juta orang.

Dampaknya tentu sangat terasa di sektor ekonomi. Pabrik-pabrik berhenti produksi karena karyawan tidak bisa bekerja, pariwisata lesu karena pelancong takut tertular virus. Oleh karena itu, pelambatan ekonomi global sudah pasti tidak bisa dihindari.

Moody's Analytics memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota G20 pada tahun ini adalah 2,1%. Melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 2,4%.

Dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, tidak luput dari perlambatan ekonomi. Moody's Analytics memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada 2020 adalah 1,5%, sebelumnya diramal 1,7%. Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu direvisi ke bawah dari 5,2% menjadi 4,8%. 



Moody's Analytics
Akibat Corona, Risiko Resesi Meninggi
"Sulit untuk memperkirakan sampai seberapa jauh dampak ekonomi dari penyebaran virus corona. Ketakutan akan penularan membuat konsumen dan dunia usaha mengurangi aktivitas mereka. Semakin lama rumah tangga dan pebisnis kembali bergerak normal, dampaknya akan semakin besar," sebut riset Moody's Analitics.

Bahkan Moody's Analitics mulai bicara soal kemungkinan resesi. Ketika aktivitas ekonomi terhambat semakin lama, maka pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan dan risiko resesi semakin tinggi.
"Saat konsumsi sudah terpukul, dibarengi dengan pabrik-pabrik yang masih ditutup, maka pemutusan hubungan kerja massal akan menjadi sentimen yang dominan. Kondisi seperti ini akan meningkatkan persepsi terhadap resesi. Volatilitas harga aset akan sangat tinggi dan memperburuk situasi," tulis riset Moody's Analytics.

Volatilitas harga aset sudah terlihat saat ini, di mana indeks saham Asia melemah begitu dalam setelah pekan lalu menguat. Selama masalah virus corona belum teratasi, sepertinya investor masih harus sport jantung melihat kondisi yang parah seperti ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Jumat, 06 Maret 2020

The Fed Diprediksi Pangkas Bunga 75 Bps Lagi, Euro Melesat

The Fed Diprediksi Pangkas Bunga 75 Bps Lagi, Euro Melesat
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Rifan FinancindoNilai tukar euro kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi kembali memangkas suku bunga secara agresif.

Pada pukul 20:45 WIB, euro menguat 0,4% ke US$ 1,118 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang 19 negara ini kini berada di level tertinggi 2 bulan.

Seperti diketahui sebelumnya, Selasa malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan yang mendadak sebesar itu merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial . Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.

"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian" kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG dua pekan mendatang.

Kini, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Tidak cukup sampai di situ, The Fed juga diprediksi akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 bps di bulan April mendatang, sebagaimana dilansir CNBC International.

 Akibatnya prediksi tersebut, dolar AS kembali tertekan melawan mata uang utama, termasuk euro.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :
 

Kamis, 05 Maret 2020

Usai Rekor, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles Rp 5.000/gram

Usai Rekor, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles Rp 5.000/gram
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan - Harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 5.000 menjadi Rp 822.000 per gram pada perdagangan Kamis ini (5/3/2020), dari Rp 827.000 per gram pada Rabu kemarin untuk harga emas Antam 1 gram.
Sementara itu, berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram yang menjadi acuan pasar melemah menjadi Rp 77,3 juta (Rp 773.000 per gram) dari harga kemarin Rp 77,8 juta (Rp 778.000 per gram) per batang.

Harga emas Antam pada Rabu kemarin itu melesat Rp 12.000 (1,56%) menjadi Rp 778.000 per gram dari Selasa Rp 766.000/gram dan membuat harga emas Antam mencetak rekor harga tertinggi baru saat itu. 

Naiknya harga emas Antam itu tidak sejalan dengan harga emas di pasar spot global yang sempat naik kemarin akibat pemangkasan suku bunga The Fed, meski demikian pada akhir perdagangan, emas spot bertahan stabil dengan sentimen risiko membatasi kenaikan emas batangan.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga turun Rp per gram hari ini menjadi Rp 744.000 per gram.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Terkait dengan harga emas di pasar spot global, kemarin harga logam mulia ini sudah mencapai US$ 1.638,15/troy ounce, turun 0,08%.

Hari ini, harga emas di pasar spot masih melanjutkan penguatan naik sebesar 0,11% menjadi US$ 1638,35/troy ons.

Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.
 TIM RISET CNBC INDONESIA (har/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 04 Maret 2020

'Doping' dari The Fed Manjur, Rupiah Terkuat di Asia!

PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor eksternal kental mempengaruhi keperkasaan rupiah.

Pada Rabu (4/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin perkasa. Pada pukul 08:04 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.190 di mana rupiah menguat 0,6%.
Rupiah tidak sendiri di zona hijau. Hampir seluruh mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar AS. Namun rupiah spesial, karena apresiasi 0,6% membuatnya menjadi mata uang terkuat di Asia.

Tidak cuma di Asia, dolar AS memang sedang lesu di tataran global. Pada pukul 07:41 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,21%.

Pelemahan mata uang Negeri Paman Sam adalah respons keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Malam tadi waktu Indonesia, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) ke 1-1,25%. 

Biasanya The Fed hanya menurunkan 25 bps dalam sekali rapat. Penurunan lebih dari 25 bps kali terakhir terjadi pada 2008, kala AS tengah bergulat dengan krisis ekonomi.

Sedianya rapat The Fed baru akan terjadi pada 17-18 Maret waktu Washington. Namun ternyata ada keputusan yang bersifat mendesak dan tidak bisa menunggu sampai waktu rapat yang sudah terjadwal.

"Fundamental ekonomi AS tetap kuat. Namun, virus corona menciptakan risiko bagi aktivitas ekonomi. Dengan risiko ini dan tujuan untuk mencapai penciptaan lapangan kerja yang maksimal serta menjaga stabilitas harga. Federal Open Market Committee memutuskan untuk menurunkan Federal Funds Rate sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1-1,25%.

Komite akan memantau dengan saksama seluruh perkembangan yang ada dan implikasinya terhadap prospek ekonomi. Komite juga akan menggunakan berbagai instrumen untuk mendukung perekonomian," sebut keterangan tertulis The Fed, Selasa (3/3/2020).

Corona Menggila 
Ya, penyebaran virus corona memang membuat dunia ketar-ketir. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:33 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia tercatat 92.860. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 3.162 orang.

Penyebaran virus mematikan membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Pabrik-pabrik di berbagai negara belum berproduksi optimal karena pekerja dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut.


Akibatnya, aktivitas manufaktur menjadi loyo. Di China, angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur versi Caxin/Markit pada Februari 2020 tercatat 40,3. Jauh di bawah bulan sebelumnya yaitu 51,1 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai pada 2004.

Kemudian PMI manufaktur di Singapura pada Februari berada di 47. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,4 dan seperti di China, menjadi yang terendah sepanjang sejarah.

Ada lagi PMI manufaktur Jepang yang pada Februari adalah 47,8. Turun dibandingkan Januari yang sebesar 48,8 dan menyentuh titik terendah sejak Mei 2016.

Aktivitas manufaktur yang mengendur berarti pasokan barang di pasar global menjadi berkurang. Rantai pasok rusak, prospek pertumbuhan ekonomi menjadi suram.

Ini yang membuat The Fed memutuskan menurunkan bunga acuan lebih awal dari jadwal. Powell dan kolega mungkin memandang stimulus moneter perlu segera disuntikkan, tidak bisa ditunda lagi.

Akan tetapi, penurunan bunga acuan membuat berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Akibatnya, arus modal menjauh dari dolar AS dan nilai tukarnya melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 03 Maret 2020

RI Terpapar Corona, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rekor!

RI Terpapar Corona, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rekor!
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo - Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) melonjak Rp 5.000/gram pada perdagangan Selasa ini (3/3/2020) dan kembali ke posisi rekor harga tertinggi yang pernah terjadi, yaitu Rp 767.000/gram dari Senin di level Rp 761.000/gram.

Naiknya harga emas Antam itu mencerminkan volatilitas harga emas global yang masih diguyur sentimen negatif dari merebaknya virus corona asal China ke penjuru dunia kemarin, termasuk Indonesia secara perdana terinfeksi corona (COVID-19).

Sentimen negatif akan baik untuk pasar instrumen investasi berisiko, tetapi dengan kodrat sebagai produk yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) maka harga emas akan terangkat justru ketika datang sentimen negatif ke pasar keuangan.

Data di situs logam mulia milik Antam hari ini menunjukkan harga buyback emas Antam di gerai resmi juga melonjak di Rp 5.000/gram menjadi Rp 737.000/gram dari posisi kemarin Rp 732.000/gram.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat tersebut ingin menjual kembali investasinya di gerai resmi.

Harga emas Antam itu loncat seiring dengan naiknya harga emas di pasar spot global yang kembali menguat menjadi US$ 1.590,43 per troy ounce (oz) kemarin dari US$ 1.584,74/oz pada akhir pekan lalu.

Harga emas Antam masih diperdagangkan hingga Sabtu, sedangkan harga emas global berhenti pada Jumat. Hari ini, harga emas masih melanjutkan penguatan ke US$ 1.597,43/oz.

Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%. Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 02 Maret 2020

Setelah Dilanda Profit Taking, Harga Emas Naik Lagi

Setelah Dilanda Profit Taking, Harga Emas Naik Lagi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Rifan Financindo - Setelah mendapat tekanan jual pada akhir pekan kemarin, hari ini emas ditransaksikan menguat. Ketakutan akan dampak wabah corona yang akan menyeret perekonomian ke dalam jurang resesi membuat investor beralih ke aset minim risiko seperti emas dan surat utang pemerintah AS.

Mengawali perdagangan awal pekan sekaligus awal bulan ini Senin (2/3/2020) harga emas dunia di pasar spot naik 0,76% ke level US$ 1.596,75/troy ons mendekati level psikologis US$ 1.600/troy ons.

Harga emas naik pasca rilis data ekonomi China untuk sektor manufaktur yang mengalami kontraksi paling dalam bahkan lebih dalam dibanding ketika krisis keuangan pada 2008.

Pada Sabtu (29/2/2020) biro statistik nasional China mengumumkan angka PMI manufaktur Tiongkok pada Februari berada di 35,7 lebih rendah dari bulan sebelumnya di angka 50 dan jauh lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar di angka 46.

Sementara itu angka PMI manufaktur China untuk bulan lalu versi Caixin juga menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan. Angka PMI manufaktur versi Caixin untuk bulan Februari secara aktual perada di 40,3 sementara konsensus memperkirakan berada di angka 45,7. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.

Walau aktivitas produksi China sudah berangsur pulih, tetapi sampai saat ini aktivitas operasinya masih berada di bawah kapasitas normal. Reuters melaporkan, pabrik-pabrik di China tengah mengalami kesulitan untuk menemukan pekerja pasca libur tahun baru imlek karena wabah corona. Hal ini turut memperlambat pemulihan sektor manufaktur negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu. 

Virus corona yang kini telah menginfeksi lebih dari 88.000 orang di 68 negara menebar ancaman resesi global. Para investor lebih kembali ke risk averse mode. Dalam sepekan kemarin bursa saham global telah kehilangan kurang lebih US$ 6 triliun pada nilai pasarnya.

Kiblat pasar saham dunia yaitu Wall Street dilaporkan menyumbang setengah lebih. Dalam sepekan kemarin, pasar saham Paman Sam kehilangan US$ 3,18 triliun menurut estimasi indeks S&P dan Dow Jones, seperti yang diwartakan oleh CNBC Internasional.

Kini investor lari ke aset-aset minim risiko seperti surat utang pemerintah AS. Sampai dengan hari ini, yield atau imbal hasil obligasi pemerintah AS terus mencetak rekor terendahnya sepanjang masa dan berada di angka 1,098%.

Pada instrumen surat utang, Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Penurunan imbal hasil menunjukkan terjadinya kenaikan harga. Harga yang naik mengindikasikan instrumen investasi jenis ini sedang diburu oleh investor.

Harga emas juga kembali naik setelah dilanda aksi ambil untung para investor pada akhir pekan kemarin. Maklum emas juga merupakan salah satu jenis aset minim risiko yang diburu kala perekonomian global sedang tak kondusif.

Virus corona yang terus meluas membuat bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan bank sentral AS yakni The Fed akan emmangkas suku bunga acuan secara agresif untuk meredam dampak dari meluasnya wabah COVID-19. Hal itu tercermin dari kata-kata pimpinan The Fed, Jerome Powell pada Jumat pekan lalu.

"Fundamental ekonomi AS tetap kuat" kata Powell. "Bagaimanapun juga virus corona menimbulkan risiko yang terus berkembang terhadap perekonomian. The Federal Reserves akan terus memantau dengan cermat perkembangan (virus corona) dan dampaknya terhadap perekonomian. Kami akan menggunakan tools dan bertindak sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung perekonomian" tambahnya, melansir CNBC International. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan