Rabu, 11 Maret 2020

Dear Investor, Jadi Saatnya Beli atau Jual Emas nih?

PT Rifan - Harga emas dunia melesat hingga melewati level US$ 1.700/troy ons untuk pertama kalinya sejak tahun 2012 pada Senin pekan ini (9/3/2020).

Sayangnya, setelah mencapai level tersebut harga emas justru melorot hingga 1% ke US$ 1.657,36/troy ons, sebelum mengakhiri perdagangan Senin di level US$ 1.679,6/troy ons, menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refintiv.

Penurunan harga emas masih berlanjut pada Selasa kemarin (10/3/2020) pukul 13:50 WIB, di mana harga emas dunia justru melemah 1,06% di level US$ 1.661,4/troy ons.

Aksi jual di bursa saham menjadi pemicu penguatan tajam harga emas tersebut, sebelum terpangkas akibat aksi profit taking.

Kecemasan akan pelambatan ekonomi global akibat wabah virus corona terus memicu aksi jual di bursa saham global. Senin kemarin indeks Nikkei Jepang jeblok lebih dari 5%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4% dan Shanghai Composite China lebih dari 3%.

Kemudian dari Eropa, DAX 30 Jerman, FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Perancis, ambles lebih dari 7%. Sementara itu FTSE MIB Italia anjlok lebih dari 11%.

Sementara itu, bursa saham AS (Wall Street) lebih parah lagi, kiblat bursa saham dunia tersebut perdagangannya dihentikan hanya hitungan menit setelah dibuka pada Senin (9/3/2020).

Seperti dikutip dari Reuters, penghentian perdagangan dilakukan karena indeks karena S&P 500 turun 7% dan memicu penghentian otomatis perdagangan selama 15 menit. Ini merupakan penghentian perdagangan pertama sejak krisis 2008-2009.

Di akhir perdagangan, indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing merosot lebih dari 7%.

Patut diingat penyebab utama anjloknya bursa saham global adalah wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global. Emas yang merupakan aset aman (safe haven) akhirnya menjadi buruan pelaku pasar, dan harganya pun melesat naik.

Wabah virus corona yang berasal dari kota Wuhan China tersebut kini meluas ke berbagai negara. Di daerah asalnya, penyebaran virus corona mulai melambat, tetapi justru melonjak drastis di negara-negara lain.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini hingga Selasa kemarin, virus corona sudah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus lebih dari 114.000 orang. Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 4.026 orang meninggal dunia.

Pertanyaannya, dengan tekanan corona ini, sampai kapan harga emas naik, lalu apa yang harus dilakukan investor? 

Kondisi global saat ini membuat banyak analis memprediksi harga emas akan terus melaju naik di tahun ini.

Analis dari bank investasi ternama, Goldman Sachs, memprediksi harga emas bisa menuju US$ 1.750/troy ons jika wabah virus corona terjadi hanya di kuartal I-2020. Tetapi jika wabah tersebut berlanjut hingga kuartal II-2020, Goldman memprediksi emas akan melesat ke US$ 1.850/troy ons.

 Sementara itu dalam survei tahunan London Bullion Market Association (LBMA) yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.

 James Stell, analis dari HSBC, yang disurvei LBMA memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons.

Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut.

 Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.

 Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.

 Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550/troy ons dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.

 Bagaimana analisis teknikal harga emas?
Jika dilihat secara Teknikal, pada pertengahan tahun lalu Tim Riset CNBC Indonesia memberikan proyeksi harga emas berpeluang naik ke US$ 1.800/troy ons bahkan lebih tinggi lagi setelah menembus resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1.433/troy ons.

 Sejak saat itu, Tim Riset CNBC Indonesia memberikan outlook bullish bagi emas dalam jangka panjang. Artinya selama tidak kembali ke bawah US$ 1.433/troy ons, harga emas masih berpeluang terus menguat.

 Emas Sudah Cicipi US$ 1.700/oz, Waktunya Beli atau Jual? 

Grafik: Emas (XAU/USD) Mingguan
Sumber: Refinitiv

 
Melihat grafik mingguan, harga emas saat ini bergerak di atas rerata pergerakan 50 pekan (moving average/MA 50), MA 100 dan MA 200. Posisi emas di atas ketiga MA tersebut menjadi sinyal peluang berlanjutnya penguatan emas. Sementara itu, indikator Stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka harga suatu instrumen berisiko melemah.

Level US$ 1.700/troy ons yang merupakan level psikologis menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Jika kembali ditembus, dan bertahan di atas level tersebut, harga emas berpeluang terus naik menuju US$ 1.755/troy ons. Peluang ke US$ 1.800 menjadi terbuka jika emas juga melewati level tersebut.

Sementara selama tertahan di bawah US$ 1.700/troy ons, emas berisiko terkoreksi turun melihat indikator Stochastic yang overbought. Support (tahanan bawah) terdekat berada di kisaran US$ 1.545/troy ons, menjadi target penurunan emas. Jika dilewati, emas berisiko melemah ke US$ 1.450/troy ons.
Namun, selama bertahan di atas support US$ 1.545/troy ons, emas berpeluang kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar