Kamis, 30 Juli 2020

Thanks in Advance Mr. Powell, Rupiah Siap Menguat 8 Hari!

Federal Reserve Chair Jerome Powell removes his glasses as he listens to a question during a news conference after the Federal Open Market Committee meeting, Wednesday, Dec. 11, 2019, in Washington. The Federal Reserve is leaving its benchmark interest rate alone and signaling that it expects to keep low rates unchanged through next year. (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Rifan FinancindoRupiah kembali mencatat penguatan tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.470/US$ Rabu kemarin. Meski seiprit, penguatan tersebut cukup membawa rupiah membukukan penguatan 7 hari beruntun.

Reli panjang rupiah sepertinya masih belum akan berakhir, sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus yang tercermin dari menguatnya bursa saham Asia pagi ini, Kamis (30/7/2020).

Kala sentimen pelaku pasar sedang bagus, aliran modal akan masuk ke negara emerging market seperti Indonesia yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, dampaknya rupiah berpeluang memperpanjang reli menjadi 8 hari beruntun.

Artinya, kebijakan tersebut akan ditahan cukup lama, mengingat perekonomian AS masih jauh dari kata bangkit. Bank sentral AS, The Fed, yang dipimpin Chairman Jerome Powell, melihat perekonomian sudah mulai pulih, tetapi masih sangat jauh dari level sebelum virus corona menyerang dunia.

Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi pemicu membaiknya sentimen pelaku pasar. Sesuai prediksi banyak analis, Ketua The Fed, Jerome Powell mempertahankan suku bunga acuan 0 - 0,25%, dan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) selama diperlukan guna membangkitkan perekonomian AS.

Secara teknikal, belum ada perubahan mengingat rupiah belakangan ini menguat tipis-tipis saja. Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah. Pergerakan rupiah Selasa kemarin yang sempat melemah dan berakhir menguat tipis menjadi indikasi keraguan pasar.

Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.
Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$.

Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.

Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat di pekan ini, menuju batas bawah fase konsolidasi Rp 14.325/US$.
Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.510/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.600/US$.

Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah fase konsolidasi sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.

Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 29 Juli 2020

Di Atas Langit Masih Ada Langit, Emas Diramal Capai US$ 3.500

Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
PT Rifan - Rekor tertinggi harga emas dunia dunia US$ 1.920,3/troy ons dicapai pada 6 September 2011 akhirnya berhasil di pecahkan kemarin, nyaris satu dekade lamanya. Hari ini, Selasa (28/7/2020) harga emas emas dunia sekali lagi mencetak rekor tertinggi sepanjang masa lagi.

Berdasarkan data Refinitiv, emas pagi ini melesat nyaris 2% ke US$ 1.980,56/troy ons pagi tadi yang kini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa, jauh di atas rekor kemarin US$ 1.945,16/troy ons, Ibarat di atas langit masih ada langit, emas sepertinya masih akan terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Ramalan terbaru setelah emas mencetak rekor datang dari Barry Dawes, dari Martin Place Securities, dalam 2 tahun ke depan harga emas disebut akan mencapai US$ 3.500/troy ons. 
 
"Terlihat sangat signifikan seberapa cepat emas melewati US$ 1.923 yang merupakan rekor sebelumnya. Fakta lainnya, emas sangat mudah melewati level US$ 1.800" kata Dawes sebagaimana dilansir CNBC International. 

"Yang ingin saya katakan, ini adalah pasar yang sangat, sangat kuat. Saya melihat emas akan mencapai US$ 3.500/troy ons dalam waktu 2 tahun ke depan" tambahnya. 

Sementara itu, Garth Bregman dari BNP Paribas Wealth Management memprediksi harga emas akan berkonsolidasi terlebih dahulu di sekitar US$ 2.000/troy ons, sebelum kembali melesat. 

"Kami tidak melihat katalis yang akan menghentikan penguatan harga emas dalam jangka pendek. Faktanya, faktor-faktor yang membuat emas melesat ke rekor tertinggi masih tetap ada," kata Bregman, sebagaimana dilansir CNBC International

Analis lainnya, Jurge Kiener dari Swiss Asia Capital bahkan lebih bullish lagi, secara teknikal ia melihat ada peluang emas mencapai US$ 8.000/troy ons.

"Jika anda melihat secara teknikal, anda akan dapat mengambil gap dari level bottom ke top, sehingga target penguatan ke US$ 2.834/troy ons, dan itu merupakan target awal yang akan dicapai cukup cepat," kata Kiener.

Secara historis, Kiener melihat harga emas akan naik sebanyak 7 sampai 8 kali lipat dari level bottom

"Jika anda melihat struktur bottom di US$ 1.050/troy ons, di kali tujuh, maka target harga emas selanjutnya US$ 8.000/troy ons," katanya.
Untuk diketahui, level bottom emas yang dimaksud tersebut terjadi pada Desember 2015. 

Menurut Kiener yang membuat emas menjadi menarik adalah return yang dihasilkan emas lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan ketimbang obligasi (Treasury) AS. 

Yield Treasury AS saat ini berada di kisaran 0,61%, tentunya sangat rendah ketimbang kenaikan harga emas di tahun ini, dan potensi ke depannya, seandainya melesat lebih tinggi lagi ke US$ 3.500/troy ons misalnya. 

Ramalan Terekstrim Emas
Tetapi sejauh ini, ramalan terekstrem emas masih dipegang oleh Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.

Ia melihat kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed) menjadi pemicu harga emas terbang sangat tinggi.

"The Fed, seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset yang masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco, beberapa waktu lalu.

Nilai aset yang dibeli The Fed bisa dilihat dari Balance Sheet. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka Balance Sheet The Fed akan semakin besar.

Pada periode 2008-2014 saat The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian akibat krisis finansial, nilai Balance Sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.

Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, Balance Sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.

"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang melihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.

Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 28 Juli 2020

Dolar AS Nyungsep Lagi, Rupiah Siap Terbang Tinggi

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat cukup tajam 0,34% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.490/US$ pada perdagangan Senin kemarin (27/7/2020). Dengan penguatan tersebut, rupiah berarti membukukan reli 5 hari beruntun.

Indeks dolar AS yang terus nyungsep memberikan peluang rupiah terbang tinggi pada hari ini, Selasa (28/7/2020). Pagi ini indeks dolar AS berada di kisaran 93.503 yang merupakan level terendah sejak Juni 2018.

Indeks ini dibentuk dari 6 mata uang, euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia, tetapi juga menjadi indikator kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.

Selain itu, Moderna, perusahaan farmasi asal AS, mengumumkan bahwa vaksin anti-corona buatan mereka kemungkinan sudah siap digunakan pada akhir tahun ini.

Moderna akan segera memulai uji coba tahap III yang melibatkan 30.000 relawan untuk melihat apakah vaksin aman dan efektif untuk menangkal virus corona.

"Mendapatkan vaksin yang aman, efektif, dan bisa diedarkan pada akhir tahun adalah tujuan kami. Ini adalah tujuan semua orang," kata Direktur US National Institutes of Health Francis Colliins, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kabar tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan menambah tenaga bagi rupiah untuk menguat.

Secara teknikal, posisi penutupan rupiah pada perdagangan kemarin tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah, sehingga suatu instrument berpeluang memaasuki fase konsolidasi.

Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.

Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat di pekan ini, menuju batas bawah fase konsolidasi Rp 14.325/US$.
Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.510/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.600/US$.

Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah tersebut sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.

Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 27 Juli 2020

Jangan Lupa! Kala Resesi Hadir, Investasi Emas Lebih Cuan

Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
PT Rifan Financindo - Ekonomi dunia sedang berduka akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China mendorong sejumlah negara masuk jurang resesi.

Pandemi Covid-19 ini telah memicu pembatasan wilayah atau lockdown di seluruh negara guna memitigasi penyebaran, sehingga berdampak pada terhentinya roda perekonomian global. Ketika aktivitas ekonomi terganggu maka berujung pada jurang resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam kurun dua kuartal berturut.

Bank Dunia (World Bank) mencatat, aktivitas ekonomi di antara negara-negara maju menyusut drastis hingga 7% di tahun 2020 dan IMF meramalkan ekonomi global di 2020 akan -4,9%. Sementara ekonomi negara berkembang juga menyusut hingga 2,5%. Ini merupakan pertama kalinya ekonomi negara berkembang terkontraksi sejak 60 tahun lalu.

Bahkan, dua negara maju seperti Singapura dan Korea Selatan telah resmi mengalami resesi ekonomi. Terbaru, Bank of Korea (BoK) mengumumkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Negeri Ginseng tersebut secara kuartalan di kuartal II-2020 tercatat minus 3,3%, sedangkan di kuartal sebelumnya ekonomi minus 1,3%.

Sebelum Korea Selatan, Singapura telah lebih dulu terjerat ke dalam resesi. Kabar buruk ini disampaikan oleh Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura pada Selasa (14/7/2020). Secara kuartalan, ekonomi Singapura di kuartal II 2020 berkontraksi atau minus 41,2%. Sementara secara tahunan, PDB anjlok 12,6%.
Lalu bagaimana dengan ekonomi Bumi Pertiwi, apakah akan mengalami hal yang sama?

Bank Indonesia (BI) telah melihat proyeksi perekonomian Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan negatif pada kuartal II-2020. Dan kemungkinan besar juga pertumbuhan negatif ini tetap lanjut pada kuartal III-2020. Dengan ramalan ini artinya RI akan masuk jurang resesi. 

"Forecast-forecast termasuk BI bahwa kuartal II pertumbuhan ekonomi akan negatif. Pertumbuhan di triwulan III (juga) dari BI kami perkirakan kemungkinan masih negatif," ujar Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung, Kamis (23/7/2020).

Ramalan BI ini bukan tanpa sebab. Apalagi sejak diserang pandemi Covid-19, perekonomian dunia memang tertekan termasuk Indonesia.

Kemungkinan resesi juga diungkapkan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu. Ada kemungkinan PDB di kuartal III juga negatif.

Ia mengaku pemerintah saat ini sedang bekerja keras agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 tidak terkontraksi seperti proyeksi pada kuartal II yang kemungkinan pertumbuhan ekonominya akan minus 2% sampai 4,3%.
Selain itu, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan Indonesia masuk ke zona resesi.

"Hasil kalkulasi INDEF menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh negatif di triwulan II dan memasuki zona resesi di triwulan III 2020. Pada triwulan II 2020 ekonomi diproyeksi tumbuh negatif di kisaran -3,26 persen (skenario sedang) hingga -3,88 persen (skenario berat)," tulis lembaga riset independen dan otonom yang berdiri pada Agustus 1995 ini.

INDEF melihat, pada triwulan III-2020, ancaman pertumbuhan ekonomi negatif juga masih membayangi perekonomian Indonesia.

"Hal ini terlihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berpotensi negatif di kisaran -1,3% (skenario sedang) hingga -1,75% (skenario berat). Waspada dan siap siaga memitigasi kemungkinan resesi ekonomi menjadi pilihan kebijakan yang tidak terelakkan," tulis INDEF.

Seandainya RI pun mengalami resesi, lalu investasi apa yang layak dipertimbangkan oleh investor ritel?

Berikut Pilihan Investasi Bagi Investor Ritel
 
Ada beberapa jenis investasi yang bisa jadi pilihan karena mudah untuk dilakukan dan memiliki risiko yang tidak terlalu besar. Investasi tersebut mulai dari saham, emas, obligasi hingga reksa dana, yang  kesemuanya punya karakter dan keunggulan masing-masing.

Berinvestasi adalah salah satu cara yang strategis untuk dapat menghasilkan uang yang lebih. Kendati demikian, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis dan produk atau instrumen investasi. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kebutuhan, tujuan dan pribadi yang berbeda-beda.

Kala resesi hadir di Tanah Air, instrumen investasi seperti emas bisa menjadi pilihan. Kebanyakan orang tentu suka mengenakan emas sebagai perhiasan. Selain sebagai aksesoris, ternyata emas memiliki berbagai manfaat yang lebih berarti. Emas memiliki nilai yang cukup stabil.

Sehingga jika Anda ingin memulai investasi, emas bisa menjadi pilihan. Jika emas batangan dinilai terlalu mahal maka Anda bisa membeli perhiasan terlebih dahulu untuk dijadikan aset.

Mengacu data sepanjang pekan ini harga logam mulia emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) untuk kepingan 100 gram yang lumrah dijadikan acuan naik sebesar Rp 33.000 atau 3,67% menjadi Rp 931.120/gram pada Sabtu (25/7/2020) dari Rp 898.120/gram pada Sabtu lalu (18/7/2020).

Kenaikan harga emas Antam tersebut seiring dengan lonjakan harga emas dunia di pasar spot ke rekor baru sejak sembilan tahun silam. Di mana sepekan ini  (week on week/WoW) harga emas dunia membukukan kenaikan yang signifikan sebesar US$ 92,07 atau 5,09% ke level US$ 1.900,98/troy ons pada (24/7/2020) dari level US$ 1.808,9/troy ons di penutupan hari Jumat lalu (17/7/2020).

Investasi emas yang dianggap sebagai lindung nilai (hedging) di saat ketidapastian ekonomi akibat pandemi virus corona, menunjukkan bahwa instrumen yang satu ini merupakan aset safe haven yang paling dicari ketika situasi ekonomi berada di jurang resesi.

Selain emas, ada juga aset safe haven lainnya seperti yen Jepang. Sama seperti emas, mata uang valuta asing yang satu ini kerap dijadikan incaran investor di kala ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Sepekan ini mata uang yen Jepang (JPY) terpantau menguat terhadap dolar AS, kini yen berada di level 106,12/US$ pada penutupan perdagangan Jumat (24/7/2020) menguat 0,81% dari level 106,99/US$ pada penutupan Jumat lalu (17/7/2020). Sementara terhadap rupiah, mata uang yen juga menguat sebesar 0,26% ke level Rp 136,96/JPY dari Rp 136,61/JPY.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 24 Juli 2020

Cuan Lagi! Harga Emas Antam Hari Ini Capai Rp 926.120/gram

Emas Antam
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT Rifan Financindo - Harga emas Antam hari ini, Jumat (24/7/2020) berada di Rp 926.120/gram, naik Rp 7.000 terdorong oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China, sehingga investor memburu aset lindung nilai untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin (23/7/2020) harga emas logam mulia acuan yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sempat turun sebesar Rp 5.000 ke Rp 919.120 setelah lonjakan Rp 19.000 ke Rp 924.120/gram pada hari Rabu. 

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia gerai Jakarta di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat 0,76% berada di Rp 92,612 juta per batang dari harga sebelumnya yakni Rp 91,912 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Jumat ini (24/7/2020) juga mengalami kenaikan yang sebesar Rp 7.000 menjadi Rp 984.000/gram setelah koreksi 0,51% atau sebesar Rp 5.000 ke Rp 977.000/gram pada hari Kamis kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini ditetapkan pada Rp 884.000/gramnaik Rp 7.000 atau 0,80% dari posisi kemarin Rp 877.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut akan dikenakan biaya PPh 22 (Pajak Penghasilan Pasal 22 atas emas batangan). 
Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45% (untuk pemegang NPWP dan 0,9% untuk non NPWP).

Harga Emas Antam 24 Juli 2020


Emas Antam 
Foto: Revinitif
Emas Antam

Kenaikan harga emas Antam terjadi seiring dengan penguatan harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia), yang naik sebesar US$ 15,11 atau 0,81% ke level US$ 1.886,86/troy ons dari US$ 1.871,75/troy ons, melansir dari Refinitiv.

Harga emas dunia kemarin nyaris mendekati level resistance atau batas atas selanjutnya yang berada di level US$ 1.900/troy ons, dengan harga tertinggi harian atau intraday di level US$ 1.897,91/troy ons.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Agustus juga mengalami kenaikan yang sebesar US$ 24,90 atau sekitar 1,3% ke level US$ 1.890,00/troy ons, melansir dari RTTNews.

Selain itu harga emas juga mendapat dorongan dari pelemahan indeks dolar yang merosot ke 94,70, turun 0,3% dari penutupan sebelumnya. Pelemahan dolar terjadi setelah sebuah laporan data dari Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan bahwa klaim untuk tunjangan pengangguran AS meningkat untuk pertama kalinya dalam kurun enam belas minggu.

Laporan tersebut mengatakan klaim pengangguran awal melonjak menjadi 1,416 juta pada pekan yang berakhir 18 Juli 2020, meningkat sebesar 109.000 dari tingkat 1,307 juta di pekan sebelumnya, sementara ekonom mengharapkan klaim pengangguran untuk tidak berubah.

Klaim pengangguran meningkat untuk pertama kalinya sejak akhir Maret tetapi masih jauh di bawah rekor tertinggi 6,867 juta yang ditetapkan dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret 2020 lalu.

"Pasar tenaga kerja tetap di tempat yang genting karena kasus Covid-19 melonjak di beberapa bagian negara dan langkah-langkah yang lebih ketat diadopsi guna menghambat penyebaran," kata Nancy Vanden Houten, Kepala Ekonom AS di Oxford Economics, mengutip RTTNews.

"Ini (data klaim pengangguran) memberi tahu Anda bahwa setidaknya di sini di Amerika Serikat, kita masih memiliki jalan panjang sebelum kita pulih," kata Edward Meir, analis di ED&F Man Capital Markets. Emas sering digunakan sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian geopolitik dan keuangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 23 Juli 2020

Rupiah Perkasa, Dolar AS Sudah di Bawah Rp 14.600!

Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari sejumlah bank yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah tidak (atau belum?) terimbas dampak negatif dari hubungan AS-China yang memburuk.

Pada Kamis (23/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.600 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin menguat. Pada pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.550 di mana rupiah menguat 0,55%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,34%. Meski penguatannya tidak terlampau mencolok, tetapi sudah cukup untuk membuat rupiah jadi mata uang terbaik Asia.

Sejauh ini, tren penguatan rupiah belum berhenti. Bisa jadi pelaku pasar masih menanggap rupiah 'terlalu murah. Maklum, mata uang Tanah Air masih melemah 3,69% di hadapan dolar AS dalam sebulan terakhir. Artinya, peluang untuk apresiasi masih cukup tinggi.

Namun rupiah patut waspada karena ada sentimen yang bisa membuat investor gugup yaitu ketegangan AS-China. Kemarin, Washington memerintahkan pemerintah China untuk menutup konsulat di Houston, Negara Bagian Texas. Beijing dituding melakukan tindakan mata-mata dan membahayakan kepentingan nasional.

"Kantor konsulat China di Houston ditutup demi melindungi hak atas kekayaan intelektual dan privasi rakyat AS," sebut keterangan tertulis Kementerian Dalam Negeri AS. Pemerintah China diberi waktu 72 jam untuk menutup kantor dan mengosongkan gedung.

Kecurigaan AS datang setelah muncul asap dari kantor konsulat tersebut. Beberapa sumber di lingkaran dalam Gedung Putih mengungkapkan bahwa sedang terjadi pembakaran dokumen.

"Kami rasa mereka melakukan pembakaran. Apakah itu dokumen atau kertas lainnya, saya penasaran," ujar Presiden AS Donald Trump, sebagaimana diwartakan Reuters.

China tentu tidak terima diperlakukan begitu rupa. Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menegaskan bakal memberikan balasan setimpal.
"AS harus mencabut keputusan yang sangat salah itu. China pasti akan membalas dengan tegas," kata Wang, seperti dikutip dari Reuters.

China disebut-sebut bakal melancarkan serangan balasan dengan menutup kantor konsulat AS di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang notabene merupakan tempat awal penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun kebetulan gedung itu memang sudah kosong, karena pagebluk corona membuat seluruh staff dipulangkan ke Negeri Paman Sam.

Ekonomi dunia sudah menghadapi tantangan sangat berat yaitu pandemi virus corona. Ketegangan AS-China tentu tidak akan membantu, malah bisa menghambat proses pemulihan ekonomi global.

Tentu masih segar di ingatan bagaimana perang dagang AS-China membuat arus perdagangan dan investasi dunia mampet. Apabila sentimen ini mulai merasuki benak investor, maka aset-aset berisiko di negara berkembang tidak akan dilirik. Hasilnya, rupiah bisa melemah karena kekurangan 'darah'.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 22 Juli 2020

Dolar AS Sedang Dihajar Euro, Kesempatan Bagi Rupiah Melesat!

Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT RifanNilai tukar rupiah akhirnya menguat 0,2% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.680/US$ pada perdagangan Selasa kemarin setelah babak belur sejak pekan lalu.

Pada hari ini, Rabu (22/7/2020), rupiah berpeluang kembali menguat melihat dolar AS yang sedang nyungsep.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam terhadap 6 mata uang utama lainnya kemarin merosot hingga menyentuh level 3,5 bulan di 95,117.

Penyebab merosotnya indeks dolar yakni stimulus fiskal yang digelontorkan Eropa senilai 750 miliar guna membangkitkan perekonomian yang merosot ke jurang resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Kebijakan tersebut menimbulkan harapan akan kebangkitan ekonomi Benua Biru dan membuat kurs euro melesat naik ke level tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir.

Euro merupakan merupakan satu dari enam mata uang yang membentuk indeks dolar, bahkan kontribusinya paling besar yakni sebesar 57,6%. Sehingga ketika euro menguat tajam melawan dolar AS, indeks dolar akan merosot.

Indeks ini juga biasa dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Sehingga ketika indeks dolar merosot, rupiah berpeluang menguat.

Secara teknikal, rupiah mampu bertahan di bawah Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8% kemarin. Sehingga peluang penguatan terbuka cukup lebar.

Level tersebut tetap menjadi kunci pergerakan di pekan ini. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang kembali menguat.
idr 
Foto: Refinitiv
idr
Sementara itu indikator stochastic bergerak naik dan mulai masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai overbought, rupiah punya peluang untuk berbalik menguat.

Target penguatan terdekat ke Rp 14.650/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menuju Rp 14.510/US$ di pekan ini.

Sementara itu jika menembus ke atas Rp 1.4.730/US$, rupiah berisiko melemah menuju Rp 15.090/US$ yang merupakan Fib. Retracement 50%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 21 Juli 2020

Rekor Baru! Harga Emas Antam Hari Ini Tembus Rp 905.120/gram

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas Antam hari ini, Selasa (21/7/2020) naik Rp 7.000 ke Rp 905.120/gram terdorong oleh lonjakan infeksi Covid-19 dan harapan untuk stimulus lebih lanjut dari sejumlah bank sentral dunia, sehingga mendukung permintaan logam emas sebagai safe haven.

Penguatan hari ini, mendekati rekor sepanjang tahun 2020 ini yang dicapai pada 7 April 2020 lalu ketika berada di level Rp 914.000/gram. Namun, merupakan harga tertinggi baru sejak 13 April 2020 saat berada di Rp 903.000/gram.

Sebelumnya, pada perdagangan Senin kemarin (20/7/2020) harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tidak mengalami perubahan alias stagnan dari harga Sabtu yang berada di Rp 898.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik 0,78% berada di Rp 90,512 juta dari harga kemarin Rp 89,812 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Selasa ini (21/7/2020) melonjak Rp 7.000atau 0,73% menjadi Rp 963.000/gram setelah sempat mandek di harga Rp 956.000/gram pada hari Senin kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga menguat 0,82% atau sebesar Rp 7.000 ditetapkan pada Rp 863.000/gram, dari posisi kemarin Rp 856.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut akan dikenakan biaya PPh 22 (Pajak Penghasilan Pasal 22 atas emas batangan). Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45% (untuk pemegang NPWP dan 0,9% untuk non NPWP).


Harga Emas Antam 21 Juli 
2020  
 Emas Antam 
Foto: logammulia.com
Emas Antam    

Kenaikan harga emas Antam seiring dengan penguatan harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Senin kemarin (Selasa pagi waktu Indonesia) yang naik sebesar US$ 6,5 atau 0,36% ke level US$ 1.815,4/troy ons dari US$ 1.808,9/troy ons di hari Senin kemarin, melansir dari Refinitiv.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Agustus juga naik US$ 7,40 atau sekitar 0,4% ke level US$ 1.817,40/troy ons, melansir dari RTTNews.

Emas ditutup lebih tinggi pada hari Senin kemarin, memperpanjang keuntungan dari sesi sebelumnya, karena dolar AS tetap lemah dan ketidakpastian tentang laju pemulihan ekonomi global akibat meningkatnya kasus virus corona terus membebani sentimen pasar ekuitas, sehingga mengangkat permintaan untuk logam.

"Emas mendapatkan popularitas secara eksponensial sekarang, hanya karena semua aspek inflasi: kurva hasil, pencetakan uang, kekhawatiran tentang ekonomi dan COVID," kata Michael Matousek, kepala pedagang di Global Investors AS, melansir CNBC Internasional.
(har/har)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 20 Juli 2020

Pandemi Corona Tak Kunjung Usai, Apa Kabar Harga Minyak?

FILE PHOTO: Saudi Aramco's Ras Tanura oil refinery and oil terminal in Saudi Arabia, May 21, 2018. REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo
Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)
PT Rifan FinancindoHarga minyak mentah melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (20/7/2020). Kenaikan infeksi virus corona (Covid-19) yang masih terus terjadi seolah tak kunjung usai menjadi pemberat harga emas hitam lantaran prospek pemulihan yang menjadi suram.

Pada 09.25 WIB harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan kompak melemah. Harga minyak mentah acuan global Brent turun 0,65% ke US$ 42,86/barel.

Pada saat yang sama, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami koreksi sebesar 0,69% ke US$ 40,31/barel.

Sejak 17 Juli lalu, harga emas cenderung terkoreksi. Dari sisi pasokan, para eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+ memutuskan untuk mengendurkan pemangkasan produksi lantaran ada perbaikan dari sisi permintaan.

Mulai Agustus nanti, Arab Saudi, Rusia dan koleganya akan memangkas produksi minyak sebanyak 7,7 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun dari sebelumnya pada Mei-Juli sebanyak 9,7 juta bpd.

Meskipun bakal ada kenaikan pasokan kurang lebih 2 juta bpd, tetapi secara neto kenaikannya lebih rendah dari itu, mengingat negara-negara dengan kepatuhan rendah bersedia memberikan kompensasi pemangkasan produksi lebih banyak untuk menutup kelebihan produksi pada periode sebelumnya.

Dari sisi permintaan, impor minyak Negeri Sakura bulan Juni turun 14,7% dari periode yang sama tahun lalu. Penurunan impor memang tidak sebanyak bulan lalu yang mencapai 25%.

Namun sesungguhnya kenaikan kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara di dunia kembali membuat prospek perbaikan permintaan menjadi lebih suram. Lagipula permintaan minyak juga masih lebih rendah dari periode sebelum krisis. Saat lockdown diterapkan permintaan minyak anjlok sampai 30%.

"Dengan jumlah kasus Covid-19 harian global masih meningkat dan negara bagian AS yang masuk dalam gugus Sunbelt dengan penduduk paling padat menunjukkan sedikit keberhasilan dalam menekuk kurva (epidemi), tetapi kekhawatiran tentang kecepatan pemulihan pasca-Covid membatasi kenaikan untuk minyak," kata Stephen Innes , kepala strategi pasar global di Axicorp
Saat ini sudah ada lebih dari 14 juta orang yang terinfeksi oleh virus corona jenis baru ini. Tak kurang dari 602 ribu orang telah terenggut jiwanya akibat menderita Covid-19.

Jika kasus tak segera dapat dipulihkan, bahkan justru memicu serentetan lockdown lagi, maka permintaan minyak bisa tertekan. Tanpa intervensi OPEC+, harga minyak kembali akan terpangkas.

Untuk pekan ini sentimen yang menggerakkan harga minyak adalah rilis data perminyakan AS oleh asosiasi industri (API) maupun lembaga resmi pemerintah (EIA) pada hari Rabu waktu setempat.

Mengacu pada data API, terjadi penurunan stok minyak mentah sebanyak 8,32 juta barel pada untuk sepekan yang berakhir pada 10 Juli. Sementara data EIA menunjukkan penurunan stok sebanyak 7,49 juta barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 17 Juli 2020

Pengusaha: Ekonomi Indonesia Ada Kesamaan dengan China

Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)
Rifan Financindo - Kalangan pelaku usaha menilai Indonesia bisa lebih aman dan terhindar dari resesi dibanding negara lainnya. Karena memiliki pasar yang kuat.

Modal itu bisa dijadikan pijakan agar ekonomi bisa tetap tumbuh di tengah kesulitan. Terutama dengan mengandalkan segmentasi dalam negeri.

"Kita ngga bisa bandingkan Indonesia dan Singapura karena Singapura negara kecil. Bergantung industri jasa dan perdagangan utamanya," kata Chairman GarudaFood Sudhamek kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/7/2020).

"Sedangkan kita market besar dan utamanya lagi Indonesia adalah domestic based economy. Indonesia punya kekuatan sendiri untuk bangkit, ini yang harus diyakini pemerintah."

Apalagi, Indonesia bisa belajar dari negara lain yang juga memiliki karakter sama. Misalnya negara dari segi pasar jumlah penduduk.

"China juga saya liat mereka di drive oleh ekonomi dalam negeri, tetap ada harapan. Memang jika Agustus mulai re-open itu dalam arti kegiatannya. Ekonomi ngga serta merta langsung kembali normal," jelasnya.

Meski demikian, sektor yang selama ini sudah diandalkan yakni konsumsi sudah tidak bisa lagi menjadi andalan utama. Daya beli masyarakat sudah menurun.

Ia berujar satu-satunya faktor yang bisa menjadi penggerak adalah kekuatan dana dari pemerintah. Apalagi "business as usual" tak bisa dilakukan sekarang.

"Mau industri apapun, golden rules-nya katakan cash is king sangat relevan berlaku, sehingga harus kelola cashflow dengan sebaik-baiknya. Dalam situasi ngga normal seperti ini, kita ga bisa bekerja business as usual. Tiap pemain harus, kerahkan kemampuan kreativitas dan inovasi agar sikapi situasi ngga normal dengan cara baru," kata anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu. (sef/sef)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 16 Juli 2020

Rupiah Terkuat di Asia, Terima Kasih China!

Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari sejumlah bank yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah mampu menghijau di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (16/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.632. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah juga menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.550. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Pagi ini datang berita bahagia dari China. Biro Statistik Nasional China mengumumkan ekonomi China pada periode April-Juni 2020 tumbuh 3,2% year-on-year (YoY), lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan di angka 2,5%. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang terkontraksi -6,8% YoY.


Kebangkitan ekonomi China menjadi angin segar bagi dunia. Dengan status sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia dan nomor satu Asia, pulihnya China tentu akan ikut mengerek negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Sementara mata uang utama Asia lainnya cenderung melemah di hadapan dolar AS. Bahkan penguatan 0,17% sudah cukup untuk membawa rupiah menjadi yang terkuat di Benua Kuning.

Akan tetapi, patut dicatat bahwa apresiasi rupiah relatif terbatas. Bahkan sejak pembukaan pasar, rupiah tidak bergerak dari posisi Rp 14.550/US$. Mata uang Asia pun mayoritas terbenam di zona merah.

Ini karena risiko yang menghantui pasar keuangan global masih tinggi. Salah satunya adalah bubungan AS-China yang memburuk.

Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa status daerah istimewa terhadap Hong Kong resmi berakhir setelah pemberlakuan UU keamanan yang lebih represif. Hong Kong kini dipandang sama saja dengan China Daratan.

"Tidak ada lagi perlakuan khusus, tidak ada lagi hak istimewa di bidang ekonomi, tidak ada lagi ekspor teknologi. Hari ini saya menandatangani aturan dan perintah untuk mendesak China bertanggung jawab atas perilaku agresif terhadap rakyat Hong Kong. Sekarang Hong Kong diperlakukan sama seperti China," ungkap Trump dalam konferensi pers, seperti diberitakan Reuters.

Beijing tentu tidak terima dengan perlakuan Washington. Dalam keterangan tertulis, Kementerian Luar Negeri China menyatakan AS harus berhenti mencampuri urusan 'rumah tangga' negara lain. Bahkan China mengancam akan balik memberlakukan sanksi bagi individu dan lembaga yang terlibat dalam penyusunan UU baru di AS tersebut.

"Isu Hong Kong adalah murni urusan dalam negeri China. Tidak ada negara asing yang punya hak untuk ikut campur," tegas keterangan resmi Kementerian Luar Negeri China.

Investor Nantikan Pengumuman Bunga Acuan
 
Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada pukul 14:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke 4%.

"Sejauh ini, BI sudah menurunkan suku bunga acuan 75 bps sejak awal tahun. Masih di bawah The Fed (The Federal Reserve, bank sentral AS) yang memangkas sampai 150 bps. Ada ruang yang lebih dari cukup bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Pertimbangan stabilitas eksternal kerap menjadi faktor yang membuat BI menahan diri untuk menurunkan suku bunga acuan. Sekarang, sepertinya faktor itu tidak perlu dikahwatirkan.

Stabilitas eksternal diukur dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), wabil khusus transaksi berjalan (current account) yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Minimal untuk neraca perdagangan barang, BI rasanya tidak perlu terlampau cemas.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020 surplus US$ 1,2 miliar. Sepanjang kuartal II-2020, neraca perdagangan membukukan surplus yang besar, nyaris US$ 3 miliar. Lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang positif US$ 2,59 miliar.


Oleh karena itu, sepertinya transaksi berjalan pada kuartal II-2020 akan lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya, yang defisit 1,42% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pasokan devisa ke perekonomian domestik membaik, sehingga menjadi modal bagi stabilnya nilai tukar rupiah.

Rupiah Melemah, BI Bisa Ragu Turunkan Bunga
 
Namun ini semua baru perkiraan di atas kertas. Masih ada kemungkinan BI menahan suku bunga dengan pertimbangan nilai tukar rupiah.
Ya, rupiah memang cenderung melemah akhir-akhir ini. Dalam sebulan terakhir, mata uang Tanah Air terdepresiasi 3,74% di hadapan dolar AS.

Pelemahan rupiah disebabkan oleh seretnya arus modal asing yang mengalir ke pasar keuangan domestik. Sejak awal 2020 hingga 10 Juli, BI mencatat investor asing melakukan jual bersih (net sell) Rp 148,35 triliun di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).

Kalau suku bunga acuan turun, maka berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) jadi kurang menarik. Arus modal asing bakal semakin mampet, dan rupiah sulit menguat.

Oleh karena itu, ketidakpastian soal suku bunga acuan kian membuat pelaku pasar ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Rupiah, sudah jelas, jadi melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
 
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 15 Juli 2020

Rupiah Masih Loyo, Dolar AS Mantap di Rp 14.457

Petugas Bank Mandiri menunjukan uang Dollar Amerika (USD) di kantor Cabang  Bank Mandiri, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Foto: Grandyos Zafna
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini ada di level Rp 14.457. Angka ini tercatat lebih tinggi 82 poin (0,5%) pada perdagangan hari ini.
Demikian dikutip dari data perdagangan Reuters, Rabu (15/7/2020). Hingga pukul 09.20 WIB, dolar AS tercatat bergerak di rentang Rp 14.457-14.525.
Jika ditarik sejak awal Juli, dolar AS terpantau cenderung menguat. Pergerakannya stabil di level Rp 14.300-14.500an.

Dari data RTI, dolar AS pagi ini ada di level Rp 14.442. Angka tersebut menguat 3 poin (0,02%) pada perdagangan hari ini.

Dibandingkan sepekan yang lalu, dolar AS tercatat menguat 0,2% terhadap rupiah. Sementara secara month to month, penguatan dolar AS terhadap rupiah mencapai 2,5%.

Selain terhadap rupiah, dolar AS pagi ini juga menguat terhadap dolar Australia, euro, dan poundsterling. Sebaliknya kalah unggul terhadap yuan China, yen Jepang, dan dolar Singapura.

Sementara rupiah sebaliknya. Meski kalah unggul terhadap rupiah, pagi ini unggul terhadap dolar Australia, yuan China, euro, dan dolar Singapura.(eds/eds)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 14 Juli 2020

Jurus Dewa Mabuk China Lawan AS: Buang Dolar, 'Tanam' Emas

FILE PHOTO:  U.S. 100 dollar banknotes and Chinese 100 yuan banknotes are seen in this picture illustration in Beijing, China, January 21, 2016. REUTERS/Jason Lee/Illustration/File Photo
Foto: Ilustrasi Mata Uang Yuan dan Dolar AS (REUTERS/Jason Lee)
PT Rifan Financindo - Perselisihan Amerika Serikat dan China sudah terjadi menahun. Hal ini disadari betul oleh China.

Karenanya, China kini membuat gebrakan. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu dikabarkan berniat untuk "membuang dolar" dan lebih menekankan penggunaan mata uangnya, yuan, dalam berbagai transaksi.



Pasalnya ketegangannya dengan AS mungkin membuat aksesnya ke dolar AS menjadi terbatas di masa depan. Terbaru, keduanya tegang karena penerapan UU Keamanan Nasional di Hong Kong dan masalah sanksi Muslim Uighur.

Ini membuat China terancam mendapat "hukuman" lebih berat dari AS. Di Hong Kong misalnya, AS disebut akan menghapus
patokan (peg) dolar Hong Kong.

Apa lagi perusahaan dan pemberi pinjaman China sangat bergantung pada dolar. Negara ini memiliki hampir satu triliun dolar obligasi dan pinjaman luar negeri dan US$ 1,1 triliun utang bank milik negara.

Langkah ini tak main-main sebenarnya. China sudah mulai mengurangi kepemilikannya pada obligasi AS mulai tahun lalu.

Di 2019, China adalah pemegang asing terbesar. Tapi, berjalan di 2020, nilai kepemilikan China turun.

Pada April 2019, kepemilikan China di obligasi pemerintah AS tercatat US$ 1,11 triliun. Namun setahun kemudian, dari riset CNBC Indonesia, nilai kepemilikan China turun menjadi US$ 1,07 triliun. Artinya, dalam setahun kepemilikan China berkurang 3,61%.

Zhou Yongkun, seorang pejabat bank sentral China People's Bank of China, pekan lalu mengatakan bahwa China akan memperkenalkan perdagangan langsung antara yuan dan mata uang tambahan. Namun ia tidak menyebut mata uang apa yang akan menjadi mata uang tambahan tersebut.


Selain itu, regulator China juga dikabarkan sedang membangun Sistem Pembayaran Internasional China untuk menyelesaikan transaksi di luar platform berbasis dolar di mana AS memegang kendali.


Langkah-langkah yang lebih kuat dari China dapat mencakup melakukan pembayaran sebagian impor dengan yuan, melakukan investasi langsung di luar negeri dalam yuan dan memberikan pinjaman dalam renminbi (nama resmi mata uang itu).

Sejumlah pengamat menilai ini wajar. China mencari pengganti dolar dari ketidakpastian politik.

"Internasionalisasi Yuan berubah dari yang diinginkan menjadi hal yang sangat diperlukan bagi Beijing," kata Ding Shuang, kepala ekonom Standard Chartered Plc untuk wilayah greater China dan Asia utara ditulis Bloomberg, Senin (13/7/2020).

"China perlu mencari pengganti dolar di tengah ketidakpastian politik, jika tidak bangsa akan menghadapi risiko keuangan."

Hal senada juga diamini Fang Xinghai, seorang pejabat tinggi di regulator sekuritas China. Kemampuan untuk mempertahankan diri dari potensi decoupling akan ditingkatkan secara signifikan melalui internasionalisasi yuan.

Meski demikian, ada pula yang menyampaikan keraguan. Mengingat globalisasi yuan sebagian besar bergantung pada konvertibilitas di bawah akun modal.

"[Hal itu] belum siap dilakukan China," kata Yu.

Sebelumnya di 2019, China juga disebut gencar melakukan pembelian emas. Cadangan emas resmi negara ini mencapai 1.957,5 ton pada Oktober 2019. (sef/sef)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 13 Juli 2020

Stabil di US$ 40, Sesungguhnya Harga Minyak Rawan Digoyang

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Rifan FinancindoMengawali pekan ini pada Senin (13/7/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan mengalami koreksi. Kendati terkoreksi beberapa kali, harga minyak cenderung relatif stabil di kisaran US$ 40/barel.

Pada 09.35 WIB, harga minyak acuan global Brent turun 0,86% dan minyak patokan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) anjlok 0,94% ke US$ 40,17/barel.


Saat ini pelaku pasar kembali menyorot kebijakan negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+.

Komite Pengawasan Gabungan (Joint Ministerial Monitoring Committee/JMMC), yang diketuai bersama oleh Arab Saudi dan Rusia akan mengadakan sidang online pada 15 Juli dan membuat keputusan akhir soal pemangkasan produksi.

Proyeksinya, pemangkasan yang akan dilakukan bulan Agustus akan dikurangi menjadi 7,7 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun, seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Harga minyak yang sudah naik dan cenderung stabil di level US$ 40/barel bisa dibilang dipicu oleh pemangkasan output OPEC+ 9,7 juta bpd sejak Mei hingga Juli. Volume ini hampir mencapai 10% dari total output global.

Namun harga minyak belum bisa melesat lagi lebih tinggi dari US$ 40/barel. Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih belum usai. Lonjakan kasus baru terus terjadi di berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.

Sejak akhir pekan lalu, ada tambahan lebih dari 60 ribu kasus dalam seharinya di AS. Kenaikan kasus membuat banyak negara bagian AS yang kembali menerapkan larangan bepergian sehingga dapat menurunkan permintaan minyak di negara konsumen emas hitam terbesar di dunia tersebut.

Namun ada kekhawatiran lain yang dirasakan oleh para pelaku pasar. Memang benar harga minyak sudah terdongkrak setelah terjun bebas pada Maret dan April lalu ketika permintaan anjlok sampai 30%.

Adanya lonjakan kasus dan ancaman gelombang kedua wabah disertai dengan pengendoran pemangkasan berpotensi menjadi faktor penakan harga minyak mentah.

"Rencana pelonggaran pemangkasan produksi [minyak] oleh OPEC+ bulan depan dan potensi naiknya produksi AS dapat menambah tekanan dari sisi pasokan" kata Stephen Innes, chief global markets strategist di AxiCorp dalam sebuah catatan.

Sebelumnya pada 10 Juli, Badan Energi Internasional (IEA) telah mengatakan bahwa dampak terburuk pandemi telah dilalui. Namun lembaga itu juga memperingatkan bahwa gelombang infeksi baru, terutama di Amerika Utara dan Selatan, bisa membuat kondisi memburuk.

"Gelombang kedua kasus Covid-19 yang berkelanjutan dapat meruntuhkan pemulihan ekonomi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir," kata Harry Tchilinguirian, seorang ekonom senior minyak di BNP Paribas.

"Karena OPEC+ memainkan perannya dalam menyeimbangkan kembali pasar minyak, pertumbuhan ekonomi akan tetap menjadi kunci untuk membuat harga minyak naik," katanya, sebelum menambahkan bahwa OPEC+ tetap harus bisa mengontrol produksi agar tidak melampaui kuota saat harga minyak naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 10 Juli 2020

Gegara Virus Corona Melayang di Udara, Yen Jadi Juara Asia

Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
PT RifanNilai tukar yen Jepang menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (10/7/2020) pagi. Virus corona yang kini dikatakan bisa menyebar lewat udara membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan yen menjadi diuntungkan.

Pada pukul 9:45 WIB, yen menguat 0,67% melawan rupiah di Rp 134,49/JPY di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, yen juga menguat 0,12% di 107,06/US$.

Virus corona selama ini dikatakan hanya ditularkan lewat air liur, sekresi dan tetesan dari penderita melalui batuk, bersin atau bicara atau permukaan yang terkontaminasi. Sehingga jaga jarak dan cuci tangan lebih ditekankan.

Tetapi pada Selasa lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengakui ada bukti penularan lewat udara, dalam ruang dengan ventilasi yang buruk. Namun menegaskan perlu ada riset lebih lanjut.

Dalam panduan transmisi terbarunya, WHO setuju bahwa beberapa laporan yang berkaitan dengan kondisi ramai di dalam ruangan memungkinkan adanya transmisi. Misalnya dalam ruangan di mana latihan paduan suara dilakukan, di restoran atau di kelas kebugaran.

Dengan adanya bukti penularan lewat udara, ada risiko jumlah kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) akan kembali menanjak. Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan kembali mengalirkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti yen Jepang.

Dengan kondisi tersebut bisa ditebak, yen menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia saat semua mata uang utama lainnya melemah.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 9:45 WIB.


Perubahan pandangan WHO terkait penyebaran virus corona didorong oleh ratusan ilmuwan yang mempublikasikan suatu artikel terkait potensi penularan Covid-19 melalui udara. Ada 237 ilmuwan multidisipliner yang berasal dari berbagai latar belakang mulai dari ilmuwan aerosol, dokter spesialis infeksi hingga epidemiologis.

Studi yang dilakukan oleh banyak ilmuwan menunjukkan bahwa virus dapat dilepaskan ketika seseorang yang terinfeksi bernapas, berbicara, bersin hingga terbatuk.

Penyebaran Covid-19 melalui udara memang sudah dikonfirmasi, tetapi WHO mengatakan lebih banyak penelitian harus dibuat. "Sangat dibutuhkan untuk menyelidiki kejadian seperti itu dan menilai signifikansi mereka untuk transmisi Covid-19," kata lembaga itu dikutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 09 Juli 2020

Ada Sinyal Ekonomi Membaik, Bursa Asia Menghijau

Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo BerjangkaBursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Kamis (9/7/2020) terpantau berada di zona hijauKenaikan di mayoritas bursa Benua Kuning hari ini terjadi karena rilis data ekonomi di masing-masing negara berhasil tumbuh lebih baik daripada konsensus.

Di Jepang indeks Nikkei berhasil naik 0,22% setelah rilis data Pemesanan Alat Permesinan Jepang Bulan Mei oleh Kantor Kabinet Jepang yang menunjukkan order permesinan jepang hanya terkontraksi 16,3% lebih baik daripada perkiraan konsensus yang meramalkan akan ada kontraksi sebesar 17,1%.

Angka ini juga lebih baik daripada bulan sebelumnya yaitu kontraksi 17,7%, ini artinya sektor manufaktur Jepang sudah menunjukkan pemulihan walaupun masih perlahan.

Selanjutnya di China, Indeks SSE berhasil menanjak 0,55% setelah rilis data Indeks Harga Konsumen China Bulan Juni yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China menunjukkan secara bulanan hanya terjadi deflasi sebesar 0,1%, tentunya ini lebih baik daripada perkiraan konsensus yang meramalkan akan terjadi deflasi sebesar 0,5%.

Bahkan bulan sebelumnya terjadi deflasi 0,8% yang menunjukkan daya beli masyarakat China perlahan sudah pulih.

Sedangkan untuk Indeks Harga Produsen China Bulan Juni yang dirilis oleh kantor yang sama, terjadi kontraksi sebesar 3%. Ini juga sedikit lebih baik daripada konsensus yang meramalkan akan terjadi kontraksi sebesar 3,2%.

Selanjutnya di Singapura Indeks STI turun 0,30%, di Hong Kong indeks Hang Seng juga berhasil terapresiasi 0,36%, sedangkan di Korea Selatan indeks Kospi terpantau loncat 0,46%

Sementara itu dari dalam negeriIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,01% ke level 5.075,52 karena investor melakukan aksi profit taking setelah kemarin naik tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/trp)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 08 Juli 2020

Walau Loyo di Kurs Tengah BI, Rupiah Tetap Perkasa di Spot

Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah mampu menguat di perdagangan pasar spot, meski tipis saja.

Pada Rabu (8/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.460. Rupiah melemah tipis hampir flat di 0,03% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah juga masih menghijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ dihargai Rp 14.385 di mana rupiah menguat tipis 0,1%.

Meski masih menguat, tetapi rupiah wajib waspada karena sebagian besar mata uang utama Asia kini melemah di hadapan dolar AS. Dengan penguatan yang terbatas, rupiah bisa terperosok ke zona merah kapan saja.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10: WIB:

(aji/aji)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 07 Juli 2020

Sudah Ambles 4% dalam Sebulan, Saatnya Rupiah Balas Dendam!

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Berbagai sentimen positif berhasil mendongrak minat pelaku pasar untuk masuk ke aset-aset berisiko.

Pada Selasa (7/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.400 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Kemarin, rupiah berhasil menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tipis 0,07% di hadapan dolar AS. Padahal rupiah lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah.

Hari ini, sepertinya rupiah bakal nyaman dan tanpa hambatan untuk menapaki jalur hijau. Dari sisi domestik, rupiah memang sudah terlalu 'murah' karena tren depresiasi akhir-akhir ini. Selama sebulan terakhir, mata uang Tanah Air sudah ambles 4,26%.


Oleh karena itu, akan datang saatnya di mana rupiah mengalami technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' tentu kembali menarik minat investor.

Sementara dari sisi eksternal, investor global memang tengah bergairah. Ini terbukti dari penguatan tajam di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,78%, S&P 500 menanjak 1,59%, dan Nasdaq Composite melejit 2,21%.

Data ekonomi terbaru di sejumlah negara memberi harapan akan kebangkitan selepas hantama keras pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Di Zona Euro, penjualan ritel pada Mei 2020 meroket 17,8% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) memang masih turun 5,1%, tetapi jauh lebih landai dibandingkan bulan sebelumnya yang anjlok 19,6%.

Di AS, angka Purchasing Managers' Index (PMI) sektor jasa periode Juni 2020 versi IHS Markit berada di 47,9. Masih di bawah 50, yang menandakan pelaku usaha belum melakukan ekspansi, tetapi jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 37,5.

Namun PMI jasa versi Institute for Supply Management pada Juni 2020 berada di 57,1, naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yakni 45,4. Angka 57,1 adalah yang tertinggi sejak Februari, artinya hampir menyamai level sebelum pandemi.

Di Jepang, cadangan devisa periode akhir Juni 2020 berada di US$ 1.383,2 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 1.378,2 miliar.

"Angka-angka ini sangat penting, membantu meningkatkan kepercayaan konsumen," ujar Quincy Krosby, Chief Market Strategist di Prudential Financial yang berbasis di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 06 Juli 2020

Bursa Asia Meroket! Hang Seng Naik 3%, Shanghai Melesat 4%

A woman walks past an electronic board showing stock information at a brokerage house in Fuyang, Anhui province, China March 23, 2018. China Daily via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: Reuters
PT RifanBursa saham di kawasan Asia pada perdagangan awal pekan Senin (6/7/2020) terpantau berada di zona hijau.
Kenaikan di mayoritas bursa Benua Kuning hari ini terjadi meskipun virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan, dengan total kasus global sebanyak 11,4 juta pasien positif.

Analis dari Nomura mengatakan dalam risetnya, "menurut kami ada kenaikan alokasi dana pada pasar saham di kawasan Benua Asia dibandingkan dengan pasar saham global. Kami melihat beberapa katalis yang dapat menyebabkan saham di negara-negara Asia kecuali Jepang dapat memiliki performa yang lebih baik dibanding saham-saham di AS dalam jangka pendek," katanya dalam risetnya.

"Katalis ini seperti data makroekonomi dan data penyebaran virus corona yang akan pemulihan ekonomi di negara-negara ini yang lebih cepat dibandingkan dengan AS."

Di Hong Kong Indeks Hang Seng berhasil terbang 2,94% setelah rilis data PMI Sektor Manufaktur Hong Kong Bulan Juni oleh Markit yang menunjukkan kenaikan PMI di Hong Kong dari bulan Mei sebesar 43,9 menjadi 49,6 pada bulan Juni.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, artinya dunia usaha masih belum melakukan ekspansi.

Selanjutnya di Singapura Indeks STI terbang 0,80%, di Jepang Indeks Nikkei berhasil naik 1,43%, di China indeks SSEC (Shanghai Composite) juga berhasil terapresiasi 4,25%, sedangkan di Korea Selatan indeks Kospi terpantau loncat 1,46%.

Sementara itu dari dalam negeri Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya berhasil menanjak 0,42% ke level 4.994,22.

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/trp)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 03 Juli 2020

Goldman Sachs Ramal Demand Pulih 2022, Minyak Kok Drop?

[THUMB] Perang Minyak
Foto: Arie Pratama
PT Rifan Financindo BerjangkaSemalam harga minyak mentah kembali melesat. Namun pagi ini harga minyak mentah melorot tipis menyusul terjadinya lonjakan kasus infeksi Covid-19 secara global.

Pada 08.40 WIB minyak kontrak berjangka Brent turun 0,7% ke US$ 42,85/barel. Di saat yang sama harga minyak kontrak berjangka WTI juga terpangkas 0,2% ke US$.


Harga minyak naik tadi malam setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka penciptaan lapangan kerja (non-farm payrolls) pada bulan Juni secara mengejutkan bertambah 4,8 juta. Ini merupakan kenaikan tertinggi sepanjang sejarah setelah bulan Mei naik 2,5 juta.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang meprediksi bakal ada 2,9 juta lapangan kerja yang tercipta di bulan lalu. Tingkat pengangguran di AS pun turun menjadi 11,1% dan lebih baik dari perkiraan ekonom di level 12,4%.

Tingkat pengangguran di AS juga membaik dibanding dua bulan sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja AS mencatat tingkat pengangguran di AS bulan April mencapai 14,7% dan membaik di bulan Mei menjadi 13,3% setelah 2,5 juta lapangan kerja tercipta.

Membaiknya tingkat pengangguran di AS menjadi indikasi bahwa ekonomi sedang berada di jalur pemulihan setelah menurun tajam akibat lockdown. Pembatasan mobilitas publik secara besar-besaran untuk menekan penyebaran wabah telah membuat permintaan terhadap bahan bakar turun signifikan.

International Energy Agency (IEA) dalam kajiannya melaporkan, permintaan minyak di kuartal kedua turun 18 juta barel per hari (bpd) dari periode yang sama dibanding tahun lalu.

Sementara itu, analis bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak akan kembali ke level sebelum pandemi terjadi pada 2022.
Kenaikan permintaan dipicu oleh mulai membaiknya mobilitas, pergeseran perilaku masyarakat yang beralih ke kendaraan pribadi hingga pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur yang meningkat.

Dalam studi yang dilakukan Goldman Sachs, permintaan minyak diperkirakan menurun 8% pada 2020 dan baru mengalami rebound sebesar 6% pada 2021. Permintaan bensin diproyeksikan akan pulih paling cepat seiring dengan membaiknya sektor transportasi pasca pandemi nantinya.

Sementara itu, permintaan terhadap minyak diesel diramal akan kembali ke level 2019 nanti pada 2021 seiring dengan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

Namun permintaan untuk bahan bakar jet diramal akan menjadi yang paling menderita oleh Goldman Sachs karena keyajinan konsumen untuk bepergian jauh menggunakan pesawat terbang masih akan terbilang rendah sebelum vaksin Covid-19 yang efektif ditemukan dan tersedia untuk umum.

Dalam laporannya, Goldman Sachs memproyeksikan permintaan bahan bakar jet baru akan pulih ke level sebelum krisis setelah tahun 2023. Sentimen lain yang juga turut memberatkan harga minyak adalah kenaikan jumlah kasus baru Covid-19 yang mencetak rekor tertinggi sejak wabah merebak.

Dalam sehari kasus secara global meningkat hingga 218,6 ribu. AS sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak juga mencatatkan rekor dengan jumlah kasus baru per harinya bertambah mencapai lebih dari 50 ribu kasus.

Hal yang ditakutkan dari lonjakan kasus ini adalah lockdown akan kembali diterapkan. Ketika lockdown kembali diterapkan maka permintaan minyak bisa anjlok lagi, begitu juga dengan harganya.

Faktor yang membuat harga minyak masih kokoh di kisaran US$ 40/barel adalah upaya Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas pasokan guna menopang harga.

OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi hingga 9,7 juta bpd sampai bulan Juli. Pada bulan Juni, Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC memasok 7,55 juta bpd minyak ke pasar. Volume ini jauh lebih rendah 1 juta bpd dari kuota yang sudah ditetapkan oleh organisasi.

Tingkat kepatuhan Iraq dan Nigeria yang membaik menjadi masing-masing 62% dan 72% juga turut menjadi sentimen positif yang membantu harga minyak lebih stabil dan tak mudah goyah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan