Senin, 30 November 2020

Uang Beredar Naik 12,5% di Oktober

Suasana Kawasan penukaran uang lusuh di Area Gedung Bank Indonesia,  Jakarta,  Kamis (1/2/2018). CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Rifan Financindo - Uang beredar di Indonesia tumbuh lumayan tinggi pada Oktober 2020. Agresivitas pemerintah dalam merealisasikan anggaran menjadi penyebab pertumbuhan tersebut.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Oktober 2020 terutama disebabkan oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. Posisi M2 pada Oktober 2020 tercatat Rp 6.780,8 triliun atau meningkat 12,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,4%.

"Peningkatan tersebut disebabkan pertumbuhan M1 sebesar 18,5%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2020 sebesar 18,%. Didorong oleh peredaran uang kartal yang tinggi di masyarakat. Pertumbuhan uang kuasi juga meningkat, dari 10,6% pada bulan sebelumnya menjadi 10,7% pada Oktober 2020. Sementara itu, surat berharga selain saham masih mengalami kontraksi meskipun membaik dari bulan sebelumnya, dari -13,9% pada September 2020 menjadi -12,1%," sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Senin (30/11/2020).

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 pada Oktober 2020 disebabkan oleh kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang meningkat, dari 76,7% pada September 2020 menjadi 81,6% pada Oktober 2020.

Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 13,9% pada Oktober 2020, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan September 2020 sebesar 16,7% . Pertumbuhan krediti pada Oktober 2020 kembali mengalami kontraksi, dari -0,4% pada September 2020 menjadi -0,9% pada bulan laporan. (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 27 November 2020

Ngamuk 13%, IHSG Siap-siap Tembus 5.800 Hari Ini!

Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

 

Rifan FinancindoIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,42% ke 5.759,91 pada perdagangan Kamis kemarin (26/11/2020). Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 510 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 13,4 triliun. 

IHSG kini sudah membukukan penguatan nyaris 13% dalam 16 perdagangan terakhir, dan berada di level tertinggi sejak 26 Februari.

Pelaku pasar terus memburu aset-aset berisiko akibat harapan hidup akan segera kembali normal setelah vaksin dari perusahaan farmasi AS, Pfizer dan Moderna, serta perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca diklaim efektif mengatasi virus corona hingga 90% atau lebih dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.

Selain itu, Presiden AS Donald Trump akhirnya membuka pintu pada transisi ke pemerintahan Presiden terpilih Joseph 'Joe' Biden, juga membuat pelaku pasar semakin ceria.

Belum lagi Biden yang dikabarkan menunjuk mantan ketua The Federal Reserve (The Fed), Janet Yellen, sebagai menteri keuangan. Pelaku pasar percaya wanita yang kini berusia 74 tahun tersebut akan fokus membenahi perekonomian, dan tidak terlibat masalah politik.

Sementara itu bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street libur Thanksgiving Kamis kemarin, praktis tidak memberikan sentimen ke pasar Asia pagi ini, Jumat (27/11/2020).

Secara teknikal, IHGS kembali ke atas 5.700 kemarin, melanjutkan reli panjang dalam 3 pekan terakhir.

Awal penguatan tajam IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.

Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagagan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.

Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.

White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.

Kabar baiknya, pada Senin (23/11/2020) IHSG kembali membentuk pola White Marubozu, sehingga ada potensi reli akan kembali berlanjut, dan tidak menutup kemungkinan kembali ke level 6.000 dalam beberapa hari ke depan.

jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200).

Namun indikator stochastic pada grafik harian masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam bergerak naik tetapi belum memasuki wilayah overbought.

Resisten terdekat kini berada di 5.760 hingga 5.770, jika kembali dilewati IHSG berpeluang menguat ke 5.800 sampai 5.810. 

Tetapi selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko terkoreksi. Support terdekat berada di kisaran 5.720, jika ditembus IHSG berisiko turun ke 5.700 hingga 5.690.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 26 November 2020

Gara-gara Wall Street Ambles, Bursa Asia Campur Aduk

People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Kamis (26/11/2020), di tengah 'galau'nya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street akibat data klaim pengangguran AS yang tidak memuaskan dan membuat pelaku pasar kecewa.

Hanya dua indeks utama Asia yang dibuka di zona hijau hari ini, yakni indeks KOSPI Korea Selatan (Korsel) yang dibuka menguat 0,16% dan Hang Seng Hong Kong yang naik tipis 0,02%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona merah, yakni Straits Times Index (STI) Singapura yang dibuka terkoreksi 0,57%, Nikkei Jepang melemah 0,14%, dan Shanghai Composite China yang turun tipis 0,07%.

Beralih ke barat, bursa saham Wall Street ditutup mixed, cenderung melemah pada perdagangan Rabu (25/11/2020) waktu setempat, setelah sehari sebelumnya mencetak rekor tertingginya yang ditoreh oleh indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,64% ke 29.853,55, S&P 500 terkoreksi 0,08% menjadi 3.632,37, tetapi Nasdaq Composite mampu menguat 0,57% ke 12.105,72.

Investor kecewa setelah melihat data ketenagakerjaan AS terkini. Pada pekan yang berakhir 21 November, jumlah klaim tunjangan pengangguran AS naik 30.000 menjadi 778.000, di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 730.000. Klaim tunjangan pengangguran naik dalam dua pekan beruntun.

"Dalam beberapa pekan terakhir, pelaku pasar kesulitan menjadi berita negatif. Sekarang ada data ketenagakerjaan, yang menyadarkan kita bahwa tantangan jangka pendek masih sangat besar," kata Christopher Grisanti, Chief Equity Strategist di MAI Capital Management yang berbasis di Ohio, seperti diberitakan Reuters.

Pelaku pasar cemas bahwa kemungkinan pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tidak secepat yang diperkirakan. Ternyata dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tidak bisa hilang begitu saja, 'luka' yang begitu dalam masih sangat terasa.

"Data ini menyadarkan kita bahwa pemulihan ekonomi tidak merata. Masyarakat kelas menengah-atas bisa berbelanja seperti tidak terjadi apa-apa. Namun mereka yang di bawah harus mengantre untuk mendapatkan makanan gratis dan kesempatan kerja yang sepertinya jauh dari pandangan," tegas Chris Rupkey, Chief Economist MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, ada rilis data yang juga menggambarkan kelesuan ekonomi Negeri Adidaya. Pada Oktober, konsumsi rumah tangga (yang menyumbang lebih dari dua pertiga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto/PDB di AS) tumbuh 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/MoM). Melambat dibandingkan pertumbuhan September yang sebesar 1,2% MoM.

"Ekonomi kuartal IV-2020 mungkin masih akan tumbuh, bahkan cukup tinggi. Namun dengan lonjakan angka kasus positif corona, maka lajunya akan melandai. Mungkin kita akan melihatnya pada November dan Desember," kata Daniel Silver, Economist JPMorgan yang berkedudukan di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sementara itu, bank sentral Korsel (Bank of Korea/BoK) pada pagi hari ini memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah 0,5%, karena bank sentral khawatir tentang pasar properti Korsel yang sedang panas.

Hal ini sejalan dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 22 analis.

TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 25 November 2020

Sempat Celup Zona Merah, IHSG Tutup Sesi 1 dengan Reli 0,23%

Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo - Sempat menyentuh zona merah,Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (25/11/2020) melanjutkan optimisme terkait vaksin dan prospek Amerika Serikat (AS) pasca-Trump.

Indeks acuan bursa nasional tersebut menguat 0,23% atau 13,2 poin menjadi 5.714,224. Sebanyak 219 saham menguat, 211 melemah, dan 178 lainnya tak mengalami perubahan harga.

Di Asia, mayoritas bursa saham bergerak positif, di mana Nikkei menguat 1,2% menjadi pemimpin reli di kawasan dan indeks Hang Seng Hongkong bertambah 0,85%. Sebaliknya, bursa Shanghai melemah 0,22%.

Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 106 miliar di pasar reguler, di tengah nilai transaksi bursa Rp 11,2 triliun terhadap lebih dari 24 ribu saham, dengan frekuensi transaksi sebanyak 920.565 kali.

Pelaku pasar menyambut positif eforia di AS akan mulusnya transisi politik di Negeri Sam, yang akan membantu mempercepat pemulihan ekonomi pasca-pandemi, terutama dengan perkembangan vaksin.

Indeks Dow Jones sukses menembus level psikologis 30.000 setelah Kepala Lembaga Layanan Umum Emily Murphy berkata kepada presiden terpilih Joe Biden bahwa pemerintahan Trump menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk keperluan transisi di Gedung Putih.

Murphy menyatakan keputusan untuk menindaklanjuti kemenangan Biden berminggu-minggu setelah pemilihan presiden (pilpres) pada 3 November. Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya mengaku bahwa dia menyetujui langkah itu meski masih "berjuang habis-habisan".

Keputusan Biden yang menunjuk mantan Ketua The Fed Janet Yellen untuk menjadi Menteri Keuangan juga mendorong sentimen positif di kalangan investor. Jika Senat menyetujui, Yellen akan menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut di AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/ags)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 24 November 2020

Nyesek! Harga Emas Antam Ambrol 1,6%, Termurah Sejak Juli

Dok Antam
Foto: Dok Antam


Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, atau yang dikenal dengan emas Antam anjloik pada perdagangan Selasa (24/11/2020), hingga menyentuh level terendah dalam 4 bulan terakhir. Harga emas dunia yang merosot pada perdagangan Senin menjadi pemicu anjoknya emas Antam.

Emas antam satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 961.000/batang, anjlok 1,64% dibandingkan harga awal pekan kemarin, berdasarkan data dari logammulia.com, situs resmi milik PT Antam. Harga tersebut merupakan yang termurah sejak 20 Juli lalu.

Sementara itu satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan turun 1,74% ke Rp 90.312.000/batang atau Rp 903.120/gram.

Harga emas dunia kemarin merosot 1,85% ke US$ 1.835,85/troy ons, tertekan akibat perkembangan vaksin virus corona serta data ekonomi AS yang apik.

Setelah perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer dan Moderna, yang mengklaim vaksin buatanya mereka efektif mengatasi virus corona hingga lebih dari 90%, kini giliran perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca yang melaporkan vaksin buatanya efektif sekitar 90% tanpa menimbulkan efek samping yang serius.

Semakin banyak vaksin yang diklaim berhasil mengatasi virus corona tentunya membuat hidup akan normal kembali lebih cepat. Alhasil, daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) meredup.

Selain itu data ekonomi dari AS juga menunjukkan kejutan. Ekspansi sektor manufaktur justru semakin meningkat meski Negeri Paman Sam sedang mengalami lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19).

Markit melaporkan, purcashing managers' index (PMI) manufaktur di bulan ini melesat ke 56,7 dari bulan sebelumnya 53,4.

PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawah 50 artinya kontraksi.

Ekspansi sektor manufaktur AS yang mengejutkan, serta perkembangan vaksin virus corona membuat kemungkinan gelontoran stimulus fiskal tidak akan sebesar ekspektasi sebelumnya.

Stimulus fiskal merupakan salah satu "bahan bakar" emas untuk menguat, jika nilainya kecil tentunya logam mulia ini menjadi kurang bertenaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 20 November 2020

Xi Jinping Kasih Kode, China Janji Pangkas Tarif

Chinese President Xi Jinping applauds after the parliament passed a constitutional amendment lifting presidential term limits, at the third plenary session of the National People's Congress (NPC) at the Great Hall of the People in Beijing, China March 11, 2018.  REUTERS/Jason Lee
Foto: REUTERS/Jason Lee

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Presiden Xi Jinping menyatakan China akan terus bekerja sama dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat. Xi mengatakan hal tersebut pada pertemuan virtual para pemimpin pemerintah dan bisnis, Asia-Pacific Economic Cooperation CEO Dialogues pada Kamis (19/11/2020).

"Kami pasti tidak akan menempuh jalan pembalikan sejarah, tidak akan berusaha untuk 'memisahkan (ecouple)' atau menciptakan 'lingkaran kecil' yang tertutup dan eksklusif," kata Xi, menurut terjemahan CNBC dari pernyataan yang diterbitkan di media pemerintah China.

Xi juga mengatakan China akan memotong tarif dan menandatangani lebih banyak perjanjian perdagangan bebas. Namun dalam pernyataan ini, Xi tidak secara spesifik menyebut nama AS.

Menjaga hubungan bisnis yang baik dengan negara lain adalah penting bagi China, meskipun telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi. Selain itu, ekspor masih menyumbang porsi yang signifikan dari perekonomian China, meskipun pihak berwenang telah berupaya untuk meningkatkan konsumsi domestik.

Pemerintah China juga mendorong investasi asing langsung, yang membantu menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan lokal. Sementara itu, perusahaan multinasional juga tertarik dengan pasar China karena ukurannya yang besar dan pertumbuhan yang cepat.

Meski ada beberapa bisnis asing mengeluhkan kebijakan China yang dianggap dapat memberikan perlakuan istimewa kepada para pemain domestik, Negeri Tirai Bambu bersikeras bahwa hal ini akan memungkinkan akses yang lebih besar ke pasar China.

"Saya ingin tegaskan, China tidak akan goyah dalam tekadnya untuk membuka diri, dan pintu besar untuk keterbukaan hanya akan terbuka semakin lebar," ujar Xi.

"Kami akan terus mendorong liberalisasi dan meningkatkan kenyamanan perdagangan dan investasi, bernegosiasi dan menandatangani perjanjian perdagangan bebas berstandar tinggi dengan lebih banyak negara."

Xi menambahkan negaranya akan secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan dan kerjasama multilateral dan bilateral, dan menciptakan ekonomi terbuka dengan kualitas tinggi.

Pidato Xi pada Kamis dilakukan setelah China menandatangani kesepakatan perdagangan besar-besaran, yakni Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dengan 14 negara lain di Asia-Pasifik, yakni 10 negara ASEAN, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

RCEP sendiri adalah kesepakatan perdagangan terbesar di dunia hingga saat ini, yang mencakup hampir sepertiga dari populasi global sekitar 30%. Menurut analis Morgan Stanley, kawasan itu menggantikan AS dan Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China.

Meski dijalankan dengan negosiasi yang lambat, Uni Eropa dan China telah mengerjakan perjanjian investasi mereka sendiri. Namun, dalam pidatonya di awal November, Xi mengatakan China akan mempercepat negosiasi perdagangan China-UE, serta perjanjian perdagangan bebas China-Jepang-ROK (Republik Korea).

Sementara ketegangan perdagangan antara China dan AS masih meningkat dalam dua tahun terakhir. Meski kedua negara mencapai perjanjian perdagangan fase satu pada Januari 2020, tetapi munculnya perbedaan dalam ruang teknologi dan keuangan malah menciptakan kekhawatiran akan terpecahnya kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini.

China dan AS juga mengenakan tarif atas barang bernilai miliaran dolar dari negara lain karena ketegangan perdagangan tumbuh di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.

Tidak jelas apakah Presiden terpilih Joe Biden akan menurunkan tarif, tetapi analis mengatakan AS kemungkinan akan terus mengambil sikap keras terhadap China di bawah pemerintahan baru. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 19 November 2020

Pengumuman Gaes! Harga CPO Meroket Lagi Tembus RM 3.400 nih

Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan FinancindoHarga kontrak minyak sawit mentah (CPO) Malaysia masih lanjut reli. Pada perdagangan pagi hari ini Kamis (19/11/2020) harga komoditas ini sudah tembus level psikologis RM 3.400/ton.

Harga kontrak pengiriman Februari di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 1,4% ke level RM 3.410/ton pada 10.15 WIB. Harga CPO kini sudah berada di level tertingginya dalam delapan tahun setengah terakhir. 

Sentimen yang beredar di pasar adalah kecemasan soal pasokan yang menipis akibat Covid-19 dan memasuki periode produksi musiman yang rendah akhir tahun baik di Indonesia dan Malaysia.

Harga CPO yang lebih rendah, kekeringan panjang hingga penggunaan pupuk yang lebih rendah membuat output di Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia drop dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

Sementara itu di Malaysia prospek produksi juga negatif lantaran kekurangan tenaga kerja panen akibat pembatasan mobilitas publik semasa pandemi Covid-19 merebak. 

Fenomena perubahan iklim La Nina yang melanda kawasan tropis pasifik juga semakin mengukuhkan kecemasan akan pasokan minyak nabati ini. La Nina memiliki konsekuensi hujan yang lebih lebat dari normal dan bisa memicu banjir dan tanah longsor. 

Bencana hidrometeorologis tersebut biasanya menjadi ancaman komoditas pertanian dan membuat harga berbagai komoditas pangan berbasis agrikultur meroket, tak terkecuali CPO. 

Secara historis, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adanya La Nina cenderung membuat harga CPO tertekan ke atas. La Nina yang terjadi tahun ini diperkirakan bersifat moderat dan akan berlangsung sampai akhir tahun. 

Departemen Meteorologi Malaysia mengatakan hujan lebat, badai dan angin kencang diperkirakan akan terus berlanjut di seluruh negeri hingga akhir Desember sebagaimana diberitakan oleh media pemerintah Bernama.

Reuters melaporkan FGV Holdings Bhd sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar dunia memperingatkan bahwa produksi kuartal keempatnya akan terpukul oleh ketidakpastian cuaca dan pengendalian wabah Covid-19.

"Namun, kemungkinan penurunan permintaan bahan bakar di Indonesia, dan premi minyak sawit yang sangat tinggi dibandingkan minyak gas dapat mengakibatkan ditundanya mandat biodiesel B40, kemungkinan akan mempengaruhi tren naik minyak sawit," Anilkumar Bagani, kepala penelitian Mumbai broker minyak nabati Sunvin Group.

Harga CPO yang terus naik sementara jauh melampaui kenaikan harga minyak dan gas pada akhirnya membuat penggunaan CPO untuk biodiesel menjadi tidak ekonomis. Akhirnya permintaan CPO untuk sektor bahan bakar pun menurun dan ini akan menjadi salah satu penghambat kenaikan harga lebih lanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 18 November 2020

Duh! Bursa Asia Tak Kompak, IHSG Bisa Goyang Nih

Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

 

Rifan Financindo - Bursa saham Asia dibuka bervariasi namun cenderung melemah pada perdagangan Rabu (18/11/2020), merespons pelemahan bursa saham acuan global, Wall Street Amerika Serikat (AS) pada Selasa (17/11/2020) waktu AS.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,59%, Straits Times Index (STI) di Singapura terpangkas 0,1% dan Shanghai Composite China turun tipis 0,08%.

Sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan dibuka menguat 0,46% dan Hang Seng di Hong Kong naik tipis 0,07%.

Beralih ke barat, bursa saham AS, Wall Street ditutup memerah pada perdagangan Selasa (17/11/2020) waktu setempat (AS).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 167,09 poin atau 0,56% menjadi 29.783,35, diikuti S&P 500 turun 17,38 poin atau 0,48% menjadi 3.609,53 dan Nasdaq Composite turun 24,79 poin atau 0,21% menjadi 11.899,34.

Penurunan bursa saham acuan global tersebut disebabkan karena adanya lonjakan kasus terjangkit virus corona (Covid-19) di Negeri Paman Sam, di tengah kabar positif dari beberapa kandidat vaksin virus Covid-19.

Bos The Fed, Jerome Powell menyoroti perlunya kehati-hatian, mencatat "tantangan dan ketidakpastian yang signifikan" tentang waktu, produksi, distribusi, dan kemanjuran vaksin, meski sudah dianggap berhasil.

"Dengan virus sekarang menyebar dengan kecepatan tinggi, beberapa bulan ke depan mungkin sangat menantang. Jadi mungkin terlalu dini untuk mengatakan dengan keyakinan apapun dampak dari vaksin terhadap jalur ekonomi," kata Powell dalam sebuah diskusi, dikutip dari AFP.

Data Departemen Perdagangan menunjukkan penjualan ritel pada Oktober meningkat namun tetap mengecewakan dengan 0,3% dari September sebelumnya.

Data tersebut menunjukkan perlambatan pertumbuhan di sektor yang mulai bangkit kembali berkat bantuan besar-besaran dari pemerintah, membuat konsumen kembali berdatangan untuk berbelanja.

Analis juga mencatat bahwa saham telah meningkat secara signifikan bulan ini, dan dijadwalkan untuk jeda atau mundur.

"Tampaknya pasar tidak benar-benar dalam bahaya untuk mengembalikan keuntungan serius," kata Peter Cardillo dari Spartan Capital.

Data penjualan ritel tersebut juga jauh berbalik dari proyeksi analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan 0,5%.

"Wajar jika pasar perlu tarik nafas terlebih dahulu, dan rilis penjulan ritel yang cukup mengecewakan memfasilitasi itu," tutur Chris Larkin, Direktur Pelaksana E-Trade, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sementara itu, di kawasan Asia sendiri, data ekonomi yang telah dirilis hari ini adalah data neraca perdagangan Jepang dan data ekspor-impor Jepang untuk periode Oktober 2020.

Melansir data dari Trading Economics, ekspor Negeri Sakura tersebut mulai tumbuh menjadi -0,2%. Walaupun masih di zona negatif, namun angka ini lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang berada di angka -4,9%.

Sedangkan impor Negeri Sakura juga tumbuh di zona negatif, yakni menjadi -13,3% dari sebelumnya -17,4%.

Adapun neraca perdagangan Jepang mengalami surplus, yakni menjadi ¥ 872,9 miliar dari sebelumnya sebesar ¥ 687,8 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd) 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 17 November 2020

Makin Banyak Vaksin Corona, Rupiah Bakal Makin Perkasa!

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah menguat 0,35% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.100/US$ pada perdagangan Senin kemarin (16/11), setelah mencatat penguatan dalam 6 pekan beruntun.

Rupiah sedang dinaungi sentimen positif, aliran investasi masuk deras ke dalam negeri.

Hal tersebut terjadi setelah Joseph 'Joe' Biden memenangi pemilihan presiden AS melawan petahana Donald Trump, serta kabar vaksin corona dari Pfizer. Kemenangan Biden dianggap menguntungkan bagi negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir, atau setidaknya tidak memburuk.

Kemudian vaksin dari Pfizer memberikan harapan hidup akan normal kembali, roda bisnis berputar, dan perekonomian dunia bangkit.

Dua faktor tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan mengalirkan investasinya ke Indonesia, rupiah pun perkasa. 

Setelah Pfizer, kini giliran perusahaan farmasi AS lainnya, Moderna, yang memberikan kabar gembira dan berpeluang membawa rupiah melesat ke bawah Rp 14.000/US$.
CEO Moderna, Stephane Bancel, kemarin mengatakan hasil sementara uji coba tahap III vaksin miliknya efektif mencegah Covid-19 hingga lebih dari 94%.

"Ini merupakan momentum perbaikan dalam perkembangan kandidat vaksin Covid-19 milik kami. Sejak awal Januari kami mengejar virus ini dengan intens untuk melindungi manusia di seluruh dunia sebisa mungkin. Analisis positif dari studi fase III memberikan validasi klinis awal bahwa vaksin bisa mencegah Covid-19," ujarnya.

Semakin banyak vaksin tentunya semakin memperbesar peluang hidup normal kembali, sentimen pelaku pasar semakin membaik, dan rupiah berpotensi menguat kembali.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian berada di wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.150/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.190/US$, sebelum menuju Rp 14.235/US$.

Sementara itu support terdekat berada di kisaran 14.080/US$, penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang menuju Rp 14.050/US$ hingga level "angker" Rp 14.000/US$.

Rupiah berpeluang menuju 13.810/US$ di pekan ini jika mampu menembus dan mengakhiri perdagangan hari ini di bawah level "angker" tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 16 November 2020

Top! Jepang Keluar dari Resesi, PDB Q3 Positif

Keberangkatan PM Jepang Yoshihide dan Ibu Mariko Suga menuju Jepang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang  pada Rabu, 21 Oktober 2020 (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)
Foto: Keberangkatan PM Jepang Yoshihide dan Ibu Mariko Suga menuju Jepang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Rabu, 21 Oktober 2020 (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

PT Rifan Financindo Berjangka - Ekonomi Jepang keluar dari resesi di kuartal III (Q3) 2020. Dari data pemerintah yang diumumkan Senin (16/11/2020), Negeri Matahari Terbit mencatat PDB tumbuh 5%, lebih baik dari perkiraan analis sebesar 4,4%.

Kenaikan permintaan domestik serta ekspor membantu mendorong pertumbuhan secara basis kuartalan (qtq). Sebelumnya ekonomi terpukul karena corona (Covid-19) dan kenaikan pajak konsumsi.

Angka positif ini juga muncul setelah kontraksi beruntun dari Q4 2019 hingga kuartal Q2 2020. Di kuartal sebelumnya April hingga Juni, ekonomi -8,2%, rekor dari kemerosotan yang pernah ada.

Sejumlah pengamat menilai pemulihan akan terus berlanjut. Setidaknya hingga kuartal terakhir tahun ini.

"Antara Juli dan September, kegiatan ekonomi di Jepang mengalami kembali ke status yang agak normal karena pemerintah mencabut keadaan darurat di negara itu," kata Naoya Oshikubo, ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust, dikutip dari AFP.

"Ke depan, kami percaya bahwa angka PDB pada kuartal berikutnya akan terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat."

Jepang sudah berjuang dengan ekonomi yang stagnan dan dampak dari kenaikan pajak konsumsi yang diterapkan tahun lalu sebelum pandemi melanda. Sementara itu corona di negara ini lebih terkendali dibanding sejumlah negara maju lain, dengan infeksi mendekati 120.000 dan kematian di bawah 2.000.

Secara tahunan ekonomi tumbuh pada rekor ekspansi 21,4% di Q3. Setelah sebelumnya ekonomi berada di rekor penurunan 28,8% di Q2. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 13 November 2020

Rupiahnya, Kakak! Sudah 'Murah' Lho...

Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Setelah terkoreksi dua hari beruntun, rupiah kembali menarik di mata pelaku pasar.

Pada Jumat (13/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.040 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk masuk jalur hijau. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.030 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,5% di hadapan dolar AS. Ini menjadi depresiasi kedua dalam dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, pelemahan rupiah tercatat 0,71%.

Yup, sekarang mungkin investor beranggapan rupiah sudah cukup 'murah'. Ini kembali memunculkan minat untuk memburu mata uang Tanah Air.

Rupiah memang sedang mendapat angin. Dalam survei dwi-mingguan Reuters terhadap kinerja mata uang Asia, investor cenderung mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah.

Hasil survei tersebut digambarkan dengan angka -3 hingga 3. Angka yang semakin besar menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long ke dolar AS, mata uang Asia dilepas.

Dalam survei yang dihelat pada 12 November 2020, rupiah mendapat skor -1,01. Ini menjadi angka negatif pertama sejak survei 3 September 2020. Jadi setelah lebih dari dua bulan investor membuang, sekarang rupiah berbalik jadi kesayangan.

kurs 
Sumber: Reuters
 
Jalanmu Belum Tentu Mulus, Rupiah!
 

Rupiah (dan mata uang utama Asia lainnya) diuntungkan oleh terpilihnya Joseph 'Joe' Biden sebagai presiden AS. Biden memang belum dilantik, hasil resmi pemilihan presiden (pilpres) saja belum keluar. Namun sejauh ini Biden sudah unggl jauh atas pesaingnya, sang petahana Donald Trump.

pilpres 
Sumber: Guardian

"Kepemimpinan Biden kemungkinan akan membawa lembaran baru dalam kebijakan luar negeri AS. Perundingan dagang yang didasarkan atas ancaman pengenaan bea masuk akan berubah menjadi pendekatan yang lebih diplomatis dan strategis," kata Margaret Yang, Strategist di DailyFX, dalam risetnya.

Akan tetapi, ke depan bukan berarti jalan rupiah bakal mulus. Soalnya, masih ada satu faktor yang membuat investor melepas aset-aset berisiko dan memilih bermain aman.

Faktor itu apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin cepat dan luas.

Per 12 November 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia adalah 51.848.261 orang. Bertambah 579.253 orang (1,13%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (30 Oktober-12 November 2020), rata-rata tambahan pasien positif baru mencapai 529.491 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 427.590 orang.

"Sell-off (aksi jual massal) bisa terjadi ketika ada lonjakan kasus baru. Aset-aset aman seperti emas atau obligasi pemerintah AS akan menjadi buruan utama pelaku pasar.

"Memang ada kabar yang sangat menggembirakan tentang vaksin, tetapi jalan untuk mendapatkannya masih panjang. Covid-19 sepertinya masih akan memainkan peran penting dalam kehidupan kita," tegas Oliver Pursche, Presiden Bronson Meadows Capital Management yang berbasis di Connecticut, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 11 November 2020

Semesta Mendukung! Rupiah Berpeluang Sentuh Rp 13.810/US$

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melanjutkan reli melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah menguat 6 hari beruntun melawan Selasa kemarin (10/11). Kabar vaksin virus corona dari Pfizer menjadi pemicu penguatan mata uang Garuda.

Melansir data Refinitiv, rupiah membukukan penguatan tipis 0,07% di Rp 14.040/US$, meski sebelumnya sempat menguat 0,53% ke Rp 13.975/US$, level terkuat dalam 5 bulan terakhir.

Sejak pekan lalu, Rupiah kini sudah menguat lebih dari 4%, tetapi pergerakan kemarin memperlihatkan adanya risiko koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), yang bisa membebani rupiah hari ini, Rabu (11/11/2020).

Apalagi yang dihadapi adalah level Rp 14.000/US$, yang merupakan level "angker" alias level psikologis.

Pfizer, perusahaan farmasi asal AS yang berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, mengumumkan vaksin buatannya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya kemarin, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).

Pengumuman tersebut membuat sentimen pelaku pasar global membaik, dan aliran modal kembali masuk deras ke Indonesia, yang menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.

Hasil pemilihan presiden di AS yang menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari petahanan Donald Trump menjadi pemicu awal capital inflow yang basar.

Data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Aksi beli masih berlangsung 2 hari terakhir, sebesar Rp 189 miliar di hari Senin, dan kemarin Rp 1,73 triliun.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang bisa diperhatikan mengingat rupiah menguat tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak jauh di bawah Kemudian rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. 

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.080/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$.

Level psikologis Rp 14.000/US$, menjadi support terdekat, jika ditembus rupiah berpotensi menguat menguji kembali level Rp 13.975/US$ sebelum menuju Rp 13.935/US$ jika mampu dilewati juga.

Support selanjutnya di Rp 13.900/US$, jika mampu ditembus akan membuka peluang ke Rp 13.810/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 10 November 2020

Dolar AS 'Dikeroyok' di Asia, Rupiah Salah Satu Pelakunya!

Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun melanjutkan penguatan di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (10/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.015. Rupiah menguat tajam 1,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air juga hijau di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.010 di mana rupiah menguat 0,28%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sempat menguat 0,36% di Rp 14.000/US$. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah tergerus dan dolar AS belum bisa ditekan ke bawah Rp 14.000.

Namun ruang rupiah menguat hingga ke kisaran Rp 13.000-an/US$ masih terbuka. Pasalnya, sentimen pasar sedang memihak aset-aset berisiko.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2,95% dan S&P 500 melonjak 1,17%.

Ini jadi pertanda bahwa investor berani mengambil risiko sehingga aset aman seperti dolar AS kekurangan peminat. Pada pukul 09:24 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini anjlok 1%.

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 09 November 2020

Biden Menang Pilpres AS, kok Harga Minyak Malah Terbang?

Pumpjacks are seen at an oil field in Huaian, Jiangsu province, China November 11, 2017. Picture taken November 11, 2017. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

 

PT Rifan FinancindoSelera investor terhadap risiko membaik seiring dengan kemenangan Joe Biden dalam kontestasi politik pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) ke-46. Harga aset keuangan dan komoditas termasuk minyak mengalami kenaikan. Namun kemenangan Biden di sisi lain juga menjadi ancaman bagi industri minyak global. 

Awal pekan ini, Senin (9/11/2020) harga minyak terutama untuk kontrak futures (berjangka) yang teraktif diperdagangkan melesat lebih dari 2,5%. Pada 09.40 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 2,51% ke US$ 40,44/barel dan untuk West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 2,67% ke US$ 38,13/barel.

Sistem pemilu di AS menggunakan pendekatan demokrasi tak langsung melalui lembaga pemilihan (electoral college). Untuk melenggang ke Gedung Putih, kandidat harus meraup 270 suara elektoral.

Sampai sejauh ini Joe Biden yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat telah berhasil meraup 290 suara elektoral jauh meninggalkan rivalnya Donald Trump dengan 214 suara elektoral.

Pasar telah mengantisipasi kemenangan Biden. Dolar AS pun anjlok lagi ke posisi terendah dalam dua tahun. Akibatnya aset-aset keuangan dan komoditas seperti saham, emas dan minyak terdorong naik. 

Melemahnya dolar AS dipicu oleh kemungkinan adanya stimulus ekonomi AS jilid dua yang bernilai jumbo senilai US$ 2,2 triliun. Hanya saja yang perlu dicatat adalah kongres masih terbelah. 

Majelis rendah atau House (DPR) dikuasai oleh Demokrat sementara Senat dikuasai oleh Republik. Ada indikasi bahwa negosiasi stimulus tetap berjalan alot. 

Kemenangan Biden juga membuat pelaku industri minyak global terutama para kartel yang terdiri dari negara-negara eksportir minyak dan aliansinya (OPEC+) cemas. Selain karena Biden yang kontra terhadap bahan bakar fosil, peta kebijakan luar negeri AS juga akan berubah. 

Pria yang berusia tiga tahun lebih tua dari Trump itu mengatakan bakal mengkaji ulang hubungannya dengan Arab Saudi. Ia juga menganggap bahwa Rusia merupakan ancaman bagi AS dan global. Di sisi lain Biden juga berpotensi meninjau ulang perjanjian soal nuklir dengan Iran yang ditinggalkan Trump. 

Potensi relaksasi sanksi ekonomi yang diterapkan Biden untuk Iran dan Venezuela bakal berakibat pada peningkatan pasokan minyak di pasar. Padahal saat ini permintaan semakin melemah akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 dan lockdown serta banjir pasokan dari Libya. 

"Sanksi Iran dapat dievaluasi ulang dan kemudian Iran akan kembali ke pasar, jadi lagi-lagi akan ada kelebihan pasokan dan kesepakatan pemotongan saat ini akan berisiko," kata sumber OPEC sebelum hasil pemilu diumumkan.

"Ada risiko Rusia meninggalkan kesepakatan OPEC + juga yang berarti jatuhnya kesepakatan, karena Trump yang membawa Moskow ikut serta," kata sumber itu, melansir Reuters. 

Bagaimanapun juga harga minyak masih berpotensi untuk volatil dan cenderung tertekan dengan segala risiko ketidakpastian yang ada. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 06 November 2020

Rupiah Jaya! Dolar AS di Rp 14.250, Terlemah Sejak Juli

Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor eksternal sepertinya masih menjadi pendorong penguatan rupiah, utamanya dari perkembangan pemilihan presiden (pilpres) AS.

Pada Jumat (6/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala pembukaan pasar spot, terkuat sejak awal Juli. Rupiah menguat 0,84% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tajam 1,17% di hadapan dolar AS. Ini menjadi pengutan harian terbaik sejak 5 Juni. Rupiah yang berada di Rp 14.370/US$ adalah yang terkuat sejak 13 Juli.

Hari ini, bukan tidak mungkin pencapaian serupa bisa diraih. Soalnya mood investor sedang bagus, minat terhadap aset-aset berisiko tengah membuncah.

Tingginya risk appetite pelaku pasar terlihat di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,95%, S&P 500 menanjak 1,95%, dan Nasdq Composite melompat 2,59%.

Pelaku pasar merespons positif hasil sementara pilpres AS. Per pukul 07:41 WIB, sang penantang Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat) unggul atas petahana Donald Trump(Partai Republik dengan suara elektoral (electoral college vote) 264 berbanding 214. Butuh 270 suara elektoral untuk memenangi pilpres.

Ya, investor memang lebih mengunggulkan Biden untuk menjadi penunggu Gedung Putih yang baru. Jika Biden menang, maka kemungkinan pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus fiskal yang lebih besar.

Sebagai informasi, kubu Demokrat mengusulkan paket stimulus baru senilai US$ 2,2 triliun, lebih tinggi ketimbang proposal pemerintahan Trump yaitu US$ 1,8 triliun. Pembahasan stimulus masih mandek, karena semua fokus ke pilpres.

"Kami memperkirakan ada stimulus besar tahun depan. Stimulus itu, ditambah dengan kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Diseasei-2019/Covid-19), akan mengangkat ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Kami sangat yakin dengan prospek 2021 dan 2022," tegas James Knightly, Chief International Economist ING Group, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 05 November 2020

Yakin Goodbye Mr Trump, Wall Street Ijo Royo-royo

Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) at the end of the day's trading in Manhattan, New York, U.S., August 27, 2018. REUTERS/Andrew Kelly
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

PT Rifan - Saham Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup di zona hijau, Rabu (4/11/2020). Pasar menanggapi positif keunggulan sementara calon dari Partai Demokrat Joe Biden dan mengabaikan risiko 'ancaman' tuntutan hukum petahana Presiden Donald Trump.

Dow Jones Industrial Average naik 1,3% ke 27.847,66, baik untuk tiga sesi berturut-turut. Sementara S&P 500 naik 2,2% ke 3.443,44 dan Nasdaq baik 3,9% ke 11.590,78.

Para analis menghubungkan reli ini dengan 'gelombang biru'. Di mana Partai Demokrat bukan hanya menang di DPR AS, tapi juga Senat, yang selama ini dikuasai Republik, dan Gedung Putih.

Meski belum selesai perhitungan, Biden dalam posisi unggul dibanding Trump. Berdasarkan data sementara Associated Press, Biden memperolaeh 248 dukungan elektoral yang jadi penentu kemenangan pemilu AS sementara Trump 214.



"Pasar sedikit lega," kata Shawn Cruz, ahli strategi pasar senior di TD Ameritrade, dikutip dari AFP.

"Hasil itu akan memoderasi kebijakan dari Washington, mengurangi kemungkinan kenaikan atau perbaikan pajak besar-besaran terutama ke bidang perawatan kesehatan dan bidang lain."

Pasar, kata dia, mengabaikan ancaman tuntutan hukum Trump. Pasar juga tidak bereaksi saat Trump meminta perhitungan ulang di Wisconsin setelah negara bagian itu memenangkan suara untuk Biden.

Sementara itu, di saat yang sama, AS dibayangi rilis ekonomi cukup berat. Perekrutan pekerjaan di sektor swasta lebih lemah dibanding perkiraan Oktober seiring dengan 'lempemnya' aktivitas sektor jasa.

Ini dipublikasikan jelang dua hari pertemuan bank sentral AS, The Fed. Lembaga moneter yang dipimpin Jerome Powell itu diharap memberi sinyal lebih banyak ke pasar bahwa The Fed akan membantu memulihkan perekonomian yang terpuruk karena corona.

Dari individual saham, Uber Technologies melonjak 14,6%, diikuti Lyft 11,3%.(sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

 

Rabu, 04 November 2020

Rupiah Bakal "Kesetanan", Target Tembus Rp 14.365/US$

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat 0,38% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.570/US$ pada Selasa kemarin (3/11/2020). Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 1 September.

Sentimen pelaku pasar yang membaik yang tercermin dari reli bursa saham global menjadi penopang penguatan rupiah. Sebab, saat sentimen membaik, maka aliran modal akan masuk ke dalam negeri.

Rupiah berpeluang menguat lebih jauh pada perdagangan hari ini, Rabu (4/11/2020), seandainya Joseph 'Joe' Biden memenangi pemilihan presiden di AS melawan petahana Donald Trump.

Hasil riset JP Morgan yang dirilis pada 29 Oktober lalu juga menunjukkan pasar saham maupun mata uang negara-negara emerging market akan diuntungkan jika Biden menjadi orang nomor 1 di Negeri Paman Sam. Sebab kebijakan perdagangan yang diambil dikatakan kurang impulsif.

Kemudian, dari segi stimulus fiskal, Biden tentunya akan menggelontorkan dengan nilainya lebih besar ketimbang Trump dan Partai Republik.

Nancy Pelosi, ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.

Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah. Belum lagi jika Indonesia kecipratan capital inflow akibat stimulus tersebut, tentunya rupiah akan semakin perkasa.

Secara teknikal, pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR berhasil menembus batas pola Descending Triangle di kisaran Rp 14.600/US$.

Dengan demikian, rupiah berpotensi melesat lebih jauh. Tinggi pola Desending Triangel tersebut sebesar Rp 235. Sehingga setelah menembus batas bawah rupiah berpeluang menguat setara dengan tinggi pola tersebut, artinya ada potensi ke Rp 14.365/US$ dalam beberapa hari ke depan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Jika kembali ke atas 14.600/US%, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$, jika dilewati target selanjutnya menuju Rp 14.700/US$.

Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$). 

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 03 November 2020

Semua Mata Tertuju ke Pilpres AS, Saatnya Rupiah Ngamuk!

Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden speaks during the second and final presidential debate Thursday, Oct. 22, 2020, at Belmont University in Nashville, Tenn. (AP Photo/Julio Cortez)
Foto: Joe Biden dari Partai Demokrat berbicara Dalam Debat Capres AS dengan Donald Trump dari Partai Republik (AP Photo/Julio Cortez)

 

PT Rifan FinancindoNilai tukar rupiah melemah tipis, 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.625/US$ pada perdagangan Senin kemarin (2/11), setelah sebelumnya sukses membukukan penguatan 5 pekan beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan terjadi inflasi di Indonesia pada Oktober 2020. Ini memutus rantai deflasi selama tiga bulan beruntun, yang membuat rupiah cukup kuat.

Pada Oktober, terjadi inflasi 0,07% secara bulanan (month-to-month/MtM). Tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan 0,075%.

Sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) berada di 0,95%% dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 1,44%%. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi tahunan di 1,82%.

Indonesia yang kembali mengalami inflasi tentunya menjadi kabar bagus, artinya roda perekonomian sudah mulai berjalan kembali.

Sementara pada hari ini, Selasa (3/11/2020) rupiah berpeluang kembali menguat melihat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus, tercermin dari penguatan bursa saham Eropa hingga Amerika Serikat Senin kemarin waktu setempat.

Selain itu, dolar AS kini dalam mode defensif menjelang pemilihan presiden (pilpres) AS berlangsung Selasa 3 November waktu setempat, artinya dimulai sore menjelang malam nanti waktu Indonesia.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, pagi ini melemah 0,11% di 94,028.

Setelah pilpres selesai, maka fokus akan tertuju pada stimulus fiskal di AS. Cepat atau lambat stimulus tersebut akan cair, dan saat itu terkado jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah. Secara teori, dolar AS akan melemah.

Tekanan bagi dolar AS akan lebih besar seandainya Joe Biden memenangi pilpres, sebab stimulus fiskal diperkirakan akan lebih besar ketimbang jika Donald Trump melanjutkan periode pemerintahannya.

Survei yang dilakukan oleh NBC News/Wall Street Journal menunjukkan Joe Biden unggul dengan memperoleh 52% suara dalam survei tersebut, sementara Donald Trump 42%.

Secara teknikal, pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Descending Triangle. Dengan batas bawah berada di kisaran Rp 14.600/US$. 

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang baru mulai masuk ke wilayah oversold masih memberikan ruang penguatan ke rupiah meski mulai terbatas.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Ruang penguatan rupiah terbuka ke bawah bawah Descending Triangle Rp 14.600/US$. Jika level tersebut mampu ditembus, Mata Uang Garuda berpeluang menguat lebih jauh.

Sementara itu resisten berada di Rp 14.660/US$, jika dilewati berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$.

Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Level tersebut diperkuat dengan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA50) yang digambarkan dengan garis hijau, berada di kisaran Rp 14.730/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 02 November 2020

Lama Tak 'Tanding', Rupiah Langsung Terlemah di Asia!

Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/M Sabki)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun lemas di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Senin (2/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.14.718. Rupiah melemah 0,19% dibandingkan posisi sebelum cuti bersama perayaan Maulid Rasulullah SAW.

Di 'arena' pasar spot, rupiah juga merah. Pada pukul 10:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.650 di mana rupiah melemah 0,21%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.620/US$. Namun itu tidak lama, tidak sampai dua menit rupiah langsung masuk jalur merah.

Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang juga melemah adalah dolar Hong Kong, rupee India, dolar Singapura, baht Thailand, dan dolar Taiwan. Namun dengan depresiasi 0,21%, rupiah jadi yang terlemah di antara mereka.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:

Well, rupiah memang butuh waktu untuk beradaptasi. Pekan lalu, mata uang Ibu Pertiwi hanya dua hari diperdagangkan, sisanya pasar libur karena cuti bersama. Oleh karena itu, rupiah perlu waktu untuk mencerna berbagai sentimen yang terlewatkan, terutama lonjakan kasus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Eropa dan AS.

Tidak hanya itu, investor juga sepertinya melakukan aksi jual didorong oleh pencarian cuan (profit taking). Sepanjang Oktober, rupiah menguat 1,21% di hadapan dolar AS dan menjadi mata uang terbaik keempat di Asia.

Aksi profit taking ini menjadi beban bagi rupiah untuk menguat. Ditambah dengan preferensi investor untuk tetap menggenggam dolar AS, ruang penguatan rupiah sangat terbatas.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan