Jumat, 13 November 2020

Rupiahnya, Kakak! Sudah 'Murah' Lho...

Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Setelah terkoreksi dua hari beruntun, rupiah kembali menarik di mata pelaku pasar.

Pada Jumat (13/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.040 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk masuk jalur hijau. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.030 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,5% di hadapan dolar AS. Ini menjadi depresiasi kedua dalam dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, pelemahan rupiah tercatat 0,71%.

Yup, sekarang mungkin investor beranggapan rupiah sudah cukup 'murah'. Ini kembali memunculkan minat untuk memburu mata uang Tanah Air.

Rupiah memang sedang mendapat angin. Dalam survei dwi-mingguan Reuters terhadap kinerja mata uang Asia, investor cenderung mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah.

Hasil survei tersebut digambarkan dengan angka -3 hingga 3. Angka yang semakin besar menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long ke dolar AS, mata uang Asia dilepas.

Dalam survei yang dihelat pada 12 November 2020, rupiah mendapat skor -1,01. Ini menjadi angka negatif pertama sejak survei 3 September 2020. Jadi setelah lebih dari dua bulan investor membuang, sekarang rupiah berbalik jadi kesayangan.

kurs 
Sumber: Reuters
 
Jalanmu Belum Tentu Mulus, Rupiah!
 

Rupiah (dan mata uang utama Asia lainnya) diuntungkan oleh terpilihnya Joseph 'Joe' Biden sebagai presiden AS. Biden memang belum dilantik, hasil resmi pemilihan presiden (pilpres) saja belum keluar. Namun sejauh ini Biden sudah unggl jauh atas pesaingnya, sang petahana Donald Trump.

pilpres 
Sumber: Guardian

"Kepemimpinan Biden kemungkinan akan membawa lembaran baru dalam kebijakan luar negeri AS. Perundingan dagang yang didasarkan atas ancaman pengenaan bea masuk akan berubah menjadi pendekatan yang lebih diplomatis dan strategis," kata Margaret Yang, Strategist di DailyFX, dalam risetnya.

Akan tetapi, ke depan bukan berarti jalan rupiah bakal mulus. Soalnya, masih ada satu faktor yang membuat investor melepas aset-aset berisiko dan memilih bermain aman.

Faktor itu apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin cepat dan luas.

Per 12 November 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia adalah 51.848.261 orang. Bertambah 579.253 orang (1,13%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (30 Oktober-12 November 2020), rata-rata tambahan pasien positif baru mencapai 529.491 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 427.590 orang.

"Sell-off (aksi jual massal) bisa terjadi ketika ada lonjakan kasus baru. Aset-aset aman seperti emas atau obligasi pemerintah AS akan menjadi buruan utama pelaku pasar.

"Memang ada kabar yang sangat menggembirakan tentang vaksin, tetapi jalan untuk mendapatkannya masih panjang. Covid-19 sepertinya masih akan memainkan peran penting dalam kehidupan kita," tegas Oliver Pursche, Presiden Bronson Meadows Capital Management yang berbasis di Connecticut, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar