Selasa, 03 November 2020

Semua Mata Tertuju ke Pilpres AS, Saatnya Rupiah Ngamuk!

Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden speaks during the second and final presidential debate Thursday, Oct. 22, 2020, at Belmont University in Nashville, Tenn. (AP Photo/Julio Cortez)
Foto: Joe Biden dari Partai Demokrat berbicara Dalam Debat Capres AS dengan Donald Trump dari Partai Republik (AP Photo/Julio Cortez)

 

PT Rifan FinancindoNilai tukar rupiah melemah tipis, 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.625/US$ pada perdagangan Senin kemarin (2/11), setelah sebelumnya sukses membukukan penguatan 5 pekan beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan terjadi inflasi di Indonesia pada Oktober 2020. Ini memutus rantai deflasi selama tiga bulan beruntun, yang membuat rupiah cukup kuat.

Pada Oktober, terjadi inflasi 0,07% secara bulanan (month-to-month/MtM). Tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan 0,075%.

Sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) berada di 0,95%% dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 1,44%%. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi tahunan di 1,82%.

Indonesia yang kembali mengalami inflasi tentunya menjadi kabar bagus, artinya roda perekonomian sudah mulai berjalan kembali.

Sementara pada hari ini, Selasa (3/11/2020) rupiah berpeluang kembali menguat melihat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus, tercermin dari penguatan bursa saham Eropa hingga Amerika Serikat Senin kemarin waktu setempat.

Selain itu, dolar AS kini dalam mode defensif menjelang pemilihan presiden (pilpres) AS berlangsung Selasa 3 November waktu setempat, artinya dimulai sore menjelang malam nanti waktu Indonesia.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, pagi ini melemah 0,11% di 94,028.

Setelah pilpres selesai, maka fokus akan tertuju pada stimulus fiskal di AS. Cepat atau lambat stimulus tersebut akan cair, dan saat itu terkado jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah. Secara teori, dolar AS akan melemah.

Tekanan bagi dolar AS akan lebih besar seandainya Joe Biden memenangi pilpres, sebab stimulus fiskal diperkirakan akan lebih besar ketimbang jika Donald Trump melanjutkan periode pemerintahannya.

Survei yang dilakukan oleh NBC News/Wall Street Journal menunjukkan Joe Biden unggul dengan memperoleh 52% suara dalam survei tersebut, sementara Donald Trump 42%.

Secara teknikal, pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Descending Triangle. Dengan batas bawah berada di kisaran Rp 14.600/US$. 

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang baru mulai masuk ke wilayah oversold masih memberikan ruang penguatan ke rupiah meski mulai terbatas.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Ruang penguatan rupiah terbuka ke bawah bawah Descending Triangle Rp 14.600/US$. Jika level tersebut mampu ditembus, Mata Uang Garuda berpeluang menguat lebih jauh.

Sementara itu resisten berada di Rp 14.660/US$, jika dilewati berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$.

Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Level tersebut diperkuat dengan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA50) yang digambarkan dengan garis hijau, berada di kisaran Rp 14.730/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar