Senin, 31 Desember 2018

Bunga Acuan BI yang Naik Berkali-kali | Rifan Financindo

Foto: Rengga Sancaya
Rifan Financindo - Bank Indonesia (BI) tahun ini mengakhiri rezim suku bunga rendah. BI menahan bunga di level 4,25% selama 8 bulan sejak September 2017.

Pada 17 Mei adalah kali pertama BI menaikkan BI 7 days reverse repo rate pada 2018 ini, sebesar 25 basis poin atau 0,25% menjadi 4,5%. Langkah kenaikan dilakukan sebagai cara untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global.

Namun 13 hari kemudian yakni 30 Mei 2018 Gubernur baru BI, Perry Warjiyo mulai menginjak gas kencang-kencang, ia melakukan perubahan pada kebijakan moneter untuk stabilitas perekonomian.
Perry mengumumkan, bank sentral menaikkan lagi bunga acuan 25 bps yakni menjadi 4,75%. Ini artinya, dalam waktu satu bulan, bunga acuan BI telah naik sebanyak 50 bps.

Perry menyebut langkah ini sebagai upaya menjaga nilai tukar rupiah yang tertekan akibat suku bunga acuan bank sentral AS naik.

Rapat dewan gubernur BI berikutnya pada 29 Juni 2018. Perry mengumumkan BI kembali menaikkan bunga sebesar 50 bps menjadi 5,25%. Lagi-lagi alasannya adalah untuk penyelamatan nilai rupiah.

Kemudian bunga acuan pada 15 Agustus 2018 juga naik 25 bps menjadi 5,5%. Kali ini alasan BI menaikkan bunga agar daya tarik pasar keuangan Indonesia tetap menarik serta untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman.

Bulan berikutnya pada 27 September 2018 BI berupaya untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dari tekanan eksternal di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Bunga acuan kembali dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan agar menjadi 2,5% terhadap produk domestik bruto.

Pada RDG periode 14-15 November 2018, BI memutuskan untuk mengerek lagi bunga acuan ke level 6%. "Keputusan ini sebagai langkah lanjutan dari BI untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman," ujar Perry Warjiyo.

Pada RDG terakhir di 2018, Perry mengumumkan BI mempertahankan bunga acuan di level 6%, dengan deposit facility 5,25% dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%.

Perry meyakini suku bunga kebijakan itu masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik.

"Ini juga sudah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," imbuh dia.

Bank sentral juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga turun ke kisaran 2,5% terhadap PDB pada 2019.

Ini artinya dalam jangka waktu 9 bulan BI sudah menaikkan bunga acuan sebanyak 175 bps atau 1,75%. (kil/ang)


Jumat, 28 Desember 2018

Hari Perdagangan Terakhir, IHSG Dibuka Menguat | PT Rifan Financindo

Foto: Rachman Haryanto
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka hijau pada perdagangan pagi ini. IHSG kompak dengan bursa Asia.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah melemah pagi ini. Dolar AS berada di level Rp 14.555.

Pada perdagangan pre opening, IHSG menguat 9,654 poin (0,16%) ke 6.200,297. Indeks LQ 45 juga bertambah 2,412 poin (0,24%) ke 990,411
Membuka perdagangan, Jumat (28/12/2018), IHSG melanjutkan penguatan 13,725 poin (0,22%) ke 6.204,368. Indeks LQ45 juga bertambah 2,749 poin (0,28%) ke 990,748.

Pada pukul 09.05 JATS, IHSG menguat 11,909 poin (0,19%) ke 6.202,552. Indeks LQ45 juga bertambah 2,473 poin (0,25%) ke 990,472.

Sementara itu, indeks utama bursa saham AS ditutup dalam zona hijau pada perdagangan Kamis (27/12). Indeks Dow Jones naik 1.14%, S&P terangkat 0.86%, dan Nasdaq menguat terbatas sebesar 0.38%.

Menjelang akhir tahun, indeks utama bursa saham AS belum berhasil menguat signifikan seperti harapan pasar. Hal ini salah satunya dikarenakan pelaku pasar yang belum sepenuhnya yakin akan prospek perekonomian AS. Adapun

Sementara itu bursa saham Asia bergerak variatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 berkurang 0,64% ke 19.948,600
  • Indeks Hang Seng turun 0,08% ke 25.459,400
  • Indeks Komposit Shanghai naik 0,13% ke 2.488,670
  • Indeks Strait Times menguat 0,13% ke 3.048,610 (zlf/zlf)

 

Kamis, 27 Desember 2018

Dolar AS Melemah Tipis ke Rp 14.560 | Rifanfinancindo

Dolar AS/Foto: Pradita Utama
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini mereda. Dolar AS berada di level Rp 14.560.

Mengutip Reuters, Kamis (27/12/2018), dolar AS berada di level tertingginya di Rp 14.570 dan level terendahnya Rp 14.549.

Dibandingkan posisi pagi kemarin di level Rp 14.579, dolar AS sedikit mereda. Dolar AS pagi kemarin sempat menyentuh level tertingginya di Rp 14.605 dan terendahnya di Rp 14.570.

Meski mereda, tekanan dolar AS terhadap rupiah diprediksi akan terjadi menjelang tutup tahun 2018. Beragam sentimen perlu diwaspadai menjelang akhir tahun ini.

Sementara itu indeks utama bursa Wall St ditutup rebound pada perdagangan Rabu (26/12). Indeks Dow Jones naik 4,98%, S&P menguat 4,96% dan Nasdaq terangkat paling besar yakni 5,84%. Penguatan ini terjadi setelah meredanya kekhawatiran pelaku pasar atas perekonomian AS.

Hal tersebut dikarenakan laporan penjualan selama liburan Natal tahun ini merupakan yang terkuat dalam beberapa tahun terakhir membuktikan daya beli yang masih sehat. (ara/ara)

Rabu, 26 Desember 2018

Dolar AS Makin Pede ke Rp 14.579 | Rifan Financindo

Dolar AS/Foto: CNBC
Rifan Financindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini menguat terhadap rupiah. Dolar AS berada di level Rp 14.579.

Mengutip Reuters, mata uang Paman Sam berada di level tertingginya Rp 14.605 dan terendahnya di Rp 14.570. Dolar AS menguat dibandingkan Jumat pekan kemarin di level Rp 14.459.
 
Jumat pekan lalu, Bank Indonesia (BI) juga menahan suku bunga acuannya BI 7 days reverse repo rate. Bunga acuan bank sentral ditahan di level 6% berbeda dengan The Fed yang menaikkan bunga acuannya 25 basis poin (bps) ke 2,25-2,5%.

Ditahannya bunga acuan BI sudah diperkirakan para pelaku pasar. Pasalnya BI sudah menaikkan bunga acuan sebelum The Fed.
 
Sementara itu, membuka perdagangan, Rabu (26/12/2018), IHSG melanjutkan pelemahan, turun 46,420 poin (0,75%) ke 6.112,543. Indeks LQ45 turun 11,410 poin (1,15%) ke 977,427. (ara/ara)
 

Senin, 24 Desember 2018

Pasca Tsunami Selat Sunda, 3 Negara Keluarkan Travel Advice ke Indonesia | PT Rifan Financindo

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2018/12/24/cba7447d-b172-4e5e-a812-507f7189e2d3_169.jpeg?w=780&q=90

PT Rifan Financindo - Tsunami melanda wilayah Selat Sunda dan sekitarnya Sabtu malam (22/12). Beberapa negara mengeluarkan travel advice untuk warga negaranya.

Berdasarkan pantauan detikTravel, setidaknya ada 3 negara yang mengeluarkan peringatan. Yakni Inggris, Kanada dan Australia.

Dilihat detikTravel dari situs resmi GOV.UK, pemerintah Inggris merilis travel advice pada Minggu (23/12/2018). Mereka meminta warganya yang apabila tengah berada dekat area kejadian untuk selalu mengikuti arahan pihak berwajib setempat.
"On Saturday 22 December 2018 the coastline around the Sunda Strait which lies between Java and South Sumatra experienced a tsunami/high-tide, with damage and casualties reported. If you are in the area, please follow the local authorities' advice. The British Embassy is in contact the Indonesian authorities and monitoring the situation closely," tulis laman GOV.UK.

Hal ini juga diikuti dengan Irlandia yang memberikan travel alert di laman dfa.ie dengan status 'High degree of caution' atau peringatan tertinggi jika ingin traveling ke Indonesia.

Selain itu, Australia juga memberikan peringatan tertinggi bagi warganya yang berada di Indonesia. Peringatan ini mencakup semua wilayah Tanah Air. Terlebih bagi warganya yang dekat area tsunami untuk memantau BNPB dan BMKG.

"A tsunami hit coastal areas around the Sunda Strait on 22 December 2018, affecting the Pandeglang, South Lampung, and Serang districts (including the resort area of Anyer), causing significant loss of life. The Indonesian Ministry of Tourism has told tourists to stay away from the Sunda Strait for the time being. Australians already in the area should follow the advice of local authorities and monitor current information from official government sites or social media accounts such as @infoBMKG and @BNPB_Indonesia," tulis laman smartraveller.gov.au.

Pemerintah Kanada juga mengimbau warganya yang di Indonesia untuk berhati-hati terhadap kondisi cuaca dan alam. Terlebih, pasca kejadian tsunami di Selat Sunda, pemerintah Kanada memberikan status yang sama seperti Australia, yakni 'high degree of caution'.

"On December 22, 2018 a tsunami occurred in the Pandeglang, and South Lampung regions triggered by an undersea landslide after the eruption of Anak Krakatau volcano. The tsunami caused many casualties. If you're in or around the affected areas, follow the instructions of local authorities and monitor local news for information," seperti tertulis di laman travel.gc.ca.

Pemerintah Kanada juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara berada di zona seismik aktif yang rentan bencana alam. Sehingga, peringatan terhadap berbagai periwisata alam selalu diberikan kepasa warganya yang berada di RI.

"Indonesia is located in an active seismic zone and is prone to a multitude of natural disasters such as earthquakes, tsunamis, flooding, volcanic eruptions and drought," tulis laman tersebut. (sna/aff)


Jumat, 21 Desember 2018

51% Saham Freeport Dilunasi Inalum Hari Ini | Rifanfinancindo

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin dan CEO Freeport McMoran Richard Adkerson/Foto: Ari Saputra
Rifanfinancindo - PT Inalum (Persero) membayar saham PT Freeport Indonesia (PTFI) hari ini, Jumat (21/12/2018). Dengan demikian, saham Indonesia atas PTFI menjadi 51%.

Deputi Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno mengatakan, pagi ini tengah berlangsung pengecekan terakhir dokumen berkaitan dengan pengambilalihan saham tersebut.

"Semalam kejar penyelesaian dokumen CP (conditional precedence). Pagi ini last check by all parties. Moga-moga beres, doain dong," kata dia kepada detikFinance melalui pesan singkat, Jumat (21/12/2018).

"Conditional precendece yang sudah ditandatangani agreement terakhir itu lho," tambahnya.

Dia mengatakan, jika pengecekan telah rampung maka pembayaran bisa dilakukan. Ketika ditanya apakah pembayaran bisa dilakukan hari ini, Harry mengiyakan.

"Iya lah," ujarnya.

Untuk diketahui, Menteri BUMN Rini Soemarno sebelumnya mengatakan, pembayaran saham PTFI oleh Inalum akan rampung sebelum tanggal 15 Desember 2018. Rini mengatakan, pada saat yang bersamaan Kementerian Hukum dan HAM akan mencatat bahwa pemerintah telah menguasai 51% saham Freeport Indonesia.

"Jadi sekarang kita targetkan bisa sebelum tanggal 15 (Desember) kita melakukan pembayaran. Kalau waktu kita melakukan pembayaran pada hari yang sama itu Kementerian Kumham mencatat kita memiliki 51%," kata Rini di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Rabu (5/12/2018).

Inalum sendiri sudah punya dana untuk mengeksekusi pembelian saham PTFI. Perusahaan mengantongi dana US$ 4 miliar dari penerbitan obligasi global. (ara/ara)

Kamis, 20 Desember 2018

The Fed Naikkan Bunga Acuan, IHSG dan Bursa Asia 'Membara' | Rifan Financindo

Foto: Rengga Sancaya
Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka merah pada perdagangan pagi ini. IHSG kemudian menguat dan masuk ke zona hijau.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menguat pagi ini. Dolar AS berada di level Rp 14.495.

Pada perdagangan pre opening, IHSG melemah 31,15 poin (0,5%) ke 6.144,93. Indeks LQ45 juga berkurang 7,78 poin (0,79%) ke 982,851.
Membuka perdagangan, Kamis (19/12/2018), IHSG melanjutkan pelemahan, turun 30,8 poin (0,49%) ke 6.145,294. Indeks LQ45 turun 8,76 poin (0,88%) ke 982,040.

Pada pukul 09.05 JATS, IHSG naik 22,959 poin (0,38%) ke 6.104,826. Indeks LQ45 turun 3,826 (0,39%) ke 974,561.

Sementara itu, indeks utama bursa Wall St ditutup dalam zona merah pada perdagangan Rabu (19/12). Dow Jones turun 1.49%, S&P melemah 1.54% dan Nasdaq tertekan cukup besar 2.17%.

Pelaku pasar mengambil aksi jual setelah Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga acuannya 25bps ke level 2.5%.

Adapun pernyataan Federal Reserve yang menyatakan masih akan berencana menaikkan suku bunga 2 kali lagi di tahun 2019 atau di bawah
target sebelumnya sebanyak 3 kali nampaknya masih belum memberikan kepuasan bagi pelaku pasar. Hal ini dikarenakan, pasar sebelumnya telah
berasumsi di tahun 2019 The Fed mampu menahan kenaikan nya di tengah perlambatan ekonomi global setidaknya hanya satu kali saja.

Sementara bursa saham Asia juga mayoritas bergerak negatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Hang Seng turun 0,64% ke 25.698,82
  • Indeks Komposit Shanghai turun 0,67% ke 2.532,59
  • Indeks Strait Times melemah 0,07% ke 3.056,36
  • Indeks Nikkei 225 berkurang 1,41% ke 20.691,91

Rabu, 19 Desember 2018

Pasokan Global Bengkak, Harga Minyak Terjerembab | PT Rifan Financindo

Pasokan Global Bengkak, Harga Minyak Terjerembab
PT Rifan Financindo -- Harga minyak dunia merosot pada perdagangan Selasa (18/12), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi menyusul membengkaknya stok minyak AS dan Rusia di tengah permintaan global yang justru melemah.

Dilansir dari Reuters, Rabu (19/12), harga minyak mentah Brent merosot US$2,54 atau 4,2 persen menjadi US$57,07 per barel. Selama sesi perdagangan berlangsung, Brent sempat tertekan hingga ke level US$56,86 per barel.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$2,78 atau 5,5 persen menjadi US$47,10 per barel. Harga WTI sempat terjerembab hingga ke level US$46,97 per barel, terendah sejak September 2017.

Kedua harga minyak acuan telah anjlok lebih dari 30 persen sejak awal Oktober, akibat membengkaknya persediaan minyak global. Volume perdagangan juga relatif rendah pada Selasa (18/12) kemarin, mengingat pasar akan memasuki musim liburan. Selain itu, masa berlaku kontrak minyak mentah AS juga akan berakhir.

Survei Bank of America Merrill Lynch pada Desember mencatat kepercayaan diri investor semakin merosot karena perkiraan manajer investasi terkait pelemahan pertumbuhan ekonomi global selama 12 bulan ke depan. Proyeksi tersebut merupakan yang terburuk selama satu dekade terakhir.

Direktur Perdagangan Berjangka Mizuho Bob Yawger mengungkapkan pasokan minyak yang membanjir dibarengi dengan sinyal merosotnya permintaan dari pasar modal. Pemberitaan tersebut menekan harga minyak hingga ke level di bawah US$50 per barel.

"Hal itu memberi sinyal jual yang kuat," ujar Yawger di New York.

Pasokan yang bertambah diperkirakan berasal dari lapangan minyak terbesar di Inggris yang berpotensi kembali beroperasi. Pemerintah AS mengatakan produksi minyak tahun ini akan menyentuh 8 juta barel per hari (bph), seiring indikasi stok minyak AS bakal terkerek pekan ini.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, telah sepakat atas kebijakan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta bph. Jumlah tersebut setara dengan 1 persen permintaan global. Hal itu dilakukan demi menguras stok dan mendongkrak harga.

Kendati demikian, kesepakatan tersebut baru akan berlaku bulan depan. Sementara itu, tingkat produksi telah atau hampir memdekati rekor di AS, Rusia, dan Arab Saudi.

Sumber Reuters menyebutkan, produksi minyak Rusia akan mencetak rekor 11,42 juta bph bulan ini.

Di AS, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan produksi di tujuh cekungan penghasil minyak shale utama AS bakal melampaui 8 juta bph untuk pertama kalinya di akhir tahun.

Mengutip data Genscape, para pedagang menyatakan Persediaan minyak AS di hub pengiriman minyak AS Cushing, Oklahoma, juga naik lebih dari 1 juta barel pada 11-14 Desember 2018.

AS telah menyalip Rusia dan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar dengan total produksi yang mencapai 11,47 juta bph.

Di Inggris, operator Nexen pada awal pekan ini menyatakan lapangan minyak terbesar Buzzard kembali beroperasi usai rampungnya perbaikan pipanya. Buzzard menghasilkan lebih dari 150 ribu bph dan berkontribusi terbesar ke jaringan pipa Forties. (sfr/lav)

Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Selasa, 18 Desember 2018

Efek Defisit Dagang Reda, Rupiah Kokoh Rp14.580 per Dolar AS | Rifanfinancindo

Efek Defisit Dagang Reda, Rupiah Kokoh Rp14.580 per Dolar AS
Rifanfinancindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.558 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Selasa pagi (18/12). Posisi ini menguat 22 poin atau 0,15 persen dari Senin sore (17/12) di level Rp14.580 per dolar AS, karena sentimen defisit neraca perdagangan mereda.

Di kawasan Asia, rupiah berada di zona hijau bersama mayoritas mata uang lain, seperti peso Filipina yang menguat 0,2 persen, baht Thailand 0,15 persen, won Korea Selatan 0,14 persen, yen Jepang 0,04 persen, dan dolar Singapura 0,03 persen.

Hanya dolar Hong Kong yang melemah 0,03 persen dari dolar AS, sementara ringgit Malaysia stagnan dari mata uang Negeri Paman Sam. 

Sedangkan mata uang utama negara maju justru bergerak lebih variatif. Dolar Kanada melemah 0,06 persen dan poundsterling Inggris minus 0,05 persen. Namun, dolar Australia, rubel Rusia, dan euro Eropa bersandar di zona hijau dengan menguat masing-masing 0,17 persen, 0,16 persen, dan 0,01 persen. Hanya frans Swiss yang stagnan dari dolar AS.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan menguat lebih tinggi pada hari ini, karena sentimen positif dari eksternal yang melemahkan dolar AS diperkirakan masih akan berlanjut.

Sentimen tersebut, yaitu antisipasi pasar terhadap pengumuman hasil rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve pada Kamis mendatang (20/12). Selain itu, masih ada kekhawatiran dari pasar bahwa ekononi global akan melambat tahun depan. 

Sementara itu, sentimen negatif dari dalam negeri berupa buruknya rilis neraca perdagangan diperkirakan bakal mereda hari ini.

"Diharapkan kondisi ini membuat rupiah dapat mengambil kesempatan untuk kembali menguat," ujarnya, Selasa (18/12).

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia kembali dirundung defisit sebesar US$2,05 miliar secara bulanan pada November 2018. Sementara secara tahun berjalan, defisit sudah mencapai US$7,52 miliar sejak Januari-November 2018.(uli/lav)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Senin, 17 Desember 2018

Laju Permintaan Melambat Bikin Harga Minyak Lesu Pekan Lalu | Rifan Financindo

Laju Permintaan Melambat Bikin Harga Minyak Lesu Pekan Lalu
Rifan Financindo -- Harga minyak mentah dunia merosot sepanjang pekan lalu, dipicu oleh sentimen pelemahan permintaan seiring proyeksi perekonomian yang melambat.

Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent pada Jumat (14/12) merosot hampir 2,3 persen secara mingguan menjadi US$60,28 per barel. Penurunan juga terjadi secara harian sebesar US$1,17 per barel atau 1,9 persen akibat terseret oleh merosotnya kinerja pasar modal Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) secara mingguan turun hampir 2,7 persen menjadi US$51,2 per barel. Secara harian, penurunan yang terjadi sebesar US$1,38 atau 2,62 persen.

"Sektor perminyakan tetap rentan terhadap aksi jual di pasar modal, khususnya saat dikombinasikan dengan penguatan dolar AS seperti yang terjadi saat ini," ujar Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.

Pada Jumat lalu, pasar modal AS secara umum merosot seiring dirilisnya data pertumbuhan ritel China yang mencatatkan laju pertumbuhan terlemah sejak 2003 dan kenaikan output industri yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Laporan tersebut menambah kegelisahan akibat hubungan dagang antara AS-China.

Hasil kilang perminyakan China pada November merosot dibandingkan Oktober tahun ini. Hal itu mengindikasikan melonggarnya permintaan minyak, meski secara umum produksi kilang meningkat 2,9 persen dibandingkan tahun lalu.

"Komoditas minyak mendapat tekanan dari buruknya data ekonomi China yang mengurangi pertumbuhan pada permintaan minyak yang baik pada 2019 di tengah pasar yang kelebihan pasokan saat ini," ujar Presiden Lipow Oi Associates Andrew Lipow di Houston.

Pada Jumat (7/12), Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, sepakat untuk memangkas produksinya sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) atau lebih dari 1 persen permintaan global. Kesepakatan tersebut dipicu oleh kekhawatiran terhadap membanjirnya pasokan.

Pada Kamis (13/12) lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan defisit pasar minyak bakal terjadi pada kuartal II 2019. Hal itu tak lepas dari kesepakatan yang dilakukan oleh OPEC dan sekutunya.

Sebagai bagian dari kesepakatan pemimpin de facto OPEC Arab Saudi berencana memangkas produksinya menjadi 10,2 juta bph pada Januari 2019.

IEA memperkirakan pertumbuhan permintan minyak tahun depan sebesar 1,4 juta bph, tidak berubah dari proyeksi bulan lalu. Sementara itu, proyeksi permintaan sepanjang tahun ini diperkirakan sebesar 1,3 juta bph.

Di AS, laporan perusahaan pelayanan energi Baker Hughes mencatat jumlah rig minyak turun empat hingga 14 Desember 2018. Sebagai catatan, jumlah rig merupakan indikator produks di masa mendatang.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) menyatakan, hingga pekan yang berakhir 11 Desember 2018, manajer keuangan memangkas taruhan pada posisi harga minyak bakal naik (bullish) ke level terendah dalam dua tahun terakhir.

Pada Jumat (14/12) lalu, Barclays memperkirakan harga minyak bakal pulih pada paruh pertama 2019 seiring menurunnya persediaan, pemangkasan produksi Arab Saudi dan berakhirnya masa pengecualian pemberlakuan sanksi Iran. (sfr/lav)

Sumber : CNN Indonesia 

Jumat, 14 Desember 2018

Harga Minyak Terdongkrak Penurunan Persediaan di AS | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Terdongkrak Penurunan Persediaan di AS
PT Rifan Financindo -- Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Kamis (13/12), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah rilis data persediaan minyak mentah menunjukkan pasokan komoditas tersebut di AS merosot. Selain itu, penguatan juga terjadi seiring ekspektasi investor terhadap potensi terjadinya defisit yang lebih cepat dari perkiraan di pasar minyak global.

Dilansir dari Reuters, Jumat (14/12), harga minyak mentah berjangka Brent menanjak US$0,57 atau satu persen menjadi US$60,72 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,79 atau 1,5 persen menjadi US$51,94 per barel.

Dalam laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA), kesepakatan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya, termasuk Rusia dan Kanada, dapat menciptakan defisit pasokan di pasar minyak pada kuartal kedua tahun depan. Dengan catatan, para produsen utama minyak konsisten menjalankan kebijakan tersebut.


Di AS, mengutip data Genscape, para trader menyebutkan persedian minyak di hub pengiriman minyak Cushing, Oklahoma, merosot hampir 822 ribu barel pada pekan yang berakhir hingga 11 Desember 2018.

"Selama pekan lalu, pasar telah berusaha untuk stabil dan saya masih berpikir itu yang terjadi hari ini," ujar Manajer Riset Tradition Energy Gene McGillian di Stamford, Connecticut.

Menurut McGillian, pelemahan yang lebih jauh di pasar akan terjadi jika muncul sinyal kuat pertumbuhan permintaan akan merosot dan pasokan terus menanjak. Pasokan minyak global telah melampaui permintaan selama enam bulan belakangan.

Kondisi itu membengkakkan persediaan dan mendorong harga minyak mentah November 2018 ke level terendahnya selama lebih dari setahun. Namun, pada pekan lalu, OPEC dan sekutunya sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph). Namun, OPEC menilai permintaan minyak masih melambat.

Pada Rabu lau, OPEC menyatakan permintaan minyak mentah pada 2019 bakal merosot menjadi 31,44 juta barel per hari (bph). Proyeksi itu merosot 100 ribu bph dibandingkan proyeksi bulan lalu dan 1,53 juta bph di bawah level produksi saat ini.

Kantor Berita Iran IRNA melaporkan Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyatakan negaranya tidak memiliki rencana untuk mengurangi produksi minyak meski akan tetap menjadi anggota OPEC.

Analis Jefferies Jason Gammel menilai faktor seperti pemangkasan produksi dan berkurangya produksi di sejumlah negara seharusnya menjaga pasar tetap ketat pada paruh pertama tahun depan. Namun, ia menambahkan produksi minyak AS bakal mengalami akselerasi pertumbuhan pada paruh kedua tahun depan. Hal itu terjadi seiring meningkatkan kapasitas jaringan pipa yang terpasang di Cekungan Permian.

"Artinya, pada awal 2020, pasar dapat kembali ke kondisi kelebihan pasokan," ujar Gammel.

Mengakhiri 2018, AS memang akan mengukuhkan posisinya sebagai produsen minyak terbesar dunia, di atas Rusia dan Arab Saudi. Sejumlah analis dari RBC Capital Market menilai Pasokan dan permintaan global seharusnya mencapai kondisi keseimbangan tahun depan.

Kondisi ini membaik setelah sebelumnya pasar berada di kondisi kelebihan atau kekurangan pasokan yang lama sejak awal dekade terakhir. "Apakah hal itu cukup untuk membuat investor yang gelisah kembali ke pasar tetap menjadi topik hari ini," demikian dikutip Reuters dari catatan RBC Capital Markets.(sfr/agt)

Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Kamis, 13 Desember 2018

Rupiah Menguat ke Rp14.545 per Dolar AS Meski Minim Sentimen | Rifanfinancindo

Rupiah Menguat ke Rp14.545 per Dolar AS Meski Minim Sentimen
Rifanfinancindo -- Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.545 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (13/12) pagi. Posisi ini menguat 52 poin atau 0,36 persen dibanding Rabu (12/12) yang di Rp14.598 per dolar AS.

Di kawasan Asia, beberapa mata uang masih berada di zona hijau bersama rupiah, seperti won Korea Selatan yang menguat 0,29 persen, peso Filipina 0,14 persen, baht Thailand 0 11 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen.

Namun, ringgit Malaysia stagnan. Sedangkan dolar Hong Kong melemah 0,01 persen dan yen Jepang minus 0,09 persen.


Sementara beberapa mata uang utama negara maju yang kemarin menguat dari dolar AS, kini justru terperosok ke zona merah. Poundsterling Inggris melemah 0,09 persen, dolar Kanada minus 0,05 persen, dolar Australia minus 0,04 persen, dan euro Eropa minus 0,01 persen.


Meski begitu, franc Swiss dan rubel Rusia masih mampu bertahan di zona hijau, dengan menguat masing-masing 0,02 persen dan 0,03 persen. Meski menguat, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan pergerakan rupiah masih akan dibayangi pelemahan.

Pasalnya, rupiah saat ini masih mendapatkan sentimen negatif, salah satunya dari sikap Presiden AS Donald Trump yang akan menuntut China atas tuduhan peretasan dan spionase ekonomi AS.

"Selain itu, pasar juga akan mengantisipasi rapat bank sentral AS, The Federal Reserve pekan depan," katanya, Kamis (13/12).

Dari dalam negeri rupiah juga tidak mendapatkan dukungan. Hal ini membuat penguatan rupiah terbatas dan masih renta terpengaruh sentimen negatif dari global.(uli/agt)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Rabu, 12 Desember 2018

Berbalik Arah, Rupiah Menguat ke Rp14.580 per Dolar AS | Rifan Financindo

Berbalik Arah, Rupiah Menguat ke Rp14.580 per Dolar AS
Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.580 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Rabu (12/12) pagi ini. Posisi ini menguat 28 poin atau 0,19 persen dari Selasa (11/12) kemarin yang di Rp14.607 per dolar AS.

Di kawasan Asia, sejumlah mata uang berbalik arah ke zona hijau. Won Korea Selatan menguat 0,24 persen, peso Filipina 0,23 persen, baht Thailand 0,16 persen, dolar Singapura 0,09 persen, dan ringgit Malaysia 0,08 persen.

Sementara dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang Asia yang bersandar di zona merah dengan melemah 0,06 persen dari dolar AS.

Seluruh mata uang utama negara maju justru kompak bertahan di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,25 persen, dolar Kanada 0,14 persen, euro Eropa 0,11 persen, poundsterling Inggris 0,09 persen, franc Swiss 0,05 persen, dan rubel Rusia 0,03 persen.

Kendati rupiah menguat pagi ini, namun Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan rupiah masih berpotensi melemah pada hari ini. Rupiah kemungkinan akan mendapatkan tekanan dari ketidakpastian di pasar global.

Reza mengatakan sebenarnya rupiah mendapatkan topangan dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memastikan pemerintah kian fokus membangun kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tapi sentimen tersebut tak cukup kuat menopang rupiah.

"Imbas perdagangan valas global membuat potensi penguatan rupiah tertahan dan cenderung dapat kembali melanjutkan pelemahan," ujarnya, Rabu (12/12).

Namun demikian Reza berharap penguatan rupiah Selasa pagi bisa bertahan. "Diharapkan kembali muncul sentimen positif lain dari dalam negeri yang dapat menahan potensi pelemahan," pungkasnya.
(uli/agt)

Sumber : CNN Indonesia Rifan Financindo
 

Selasa, 11 Desember 2018

Harga Minyak Terjungkal Mengikuti Pelemahan Pasar Modal | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Terjungkal Mengikuti Pelemahan Pasar Modal
PT Rifan Financindo -- Harga minyak mentah dunia merosot hampir dua persen pada perdagangan Senin (10/12), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan mengikuti pelemahan pasar modal global akibat kekhawatiran permintaan.

Dilansir dari Reuters, Selasa (11/12), harga minyak mentah berjangka Brent merosot US$0,75 menjadi US$60,96 per barel. Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,95 menjadi US$51,66 per barel.

Pelemahan pasar modal global terjadi selama lima hari berturut-turut. Pelemahan pasar modal di Eropa dan Asia meluas hingga ke Wall Street dipicu oleh sinyal sengketa baru antara AS-China yang akan berimbas pada pertumbuhan perekonomian global.


Pasar juga terbebani oleh kebingungan akibat penundaan pemungutan suara terkait kesepakatan Brexit yang dilakukan Perdana Menteri Theresa May. Selain itu, pelemahan juga terjadi akibat merosotnya data perekonomian terbesar dunia termasuk AS, China, Jepang, dan Jerman baru-baru ini.

"Korelasi pasar saham dan pasar minyak kembali pagi ini," ujar Partner Again Capital Management John Kilduff di New York.

Menurut Kilduff kekhawatiran terkait proyeksi perekonomian dan permintaan minyak global sangat berdampak negatif terhadap pasar. Harga minyak ditutup menanjak tiga persen lebih tinggi pada perdagangan Jumat (7/12) saat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, yang sepakat memangkas produksi minyaknya sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) dari Januari 2019.

Awal pekan ini, Menteri Energi Uni Emirat Arab menyatakan kesepakatan itu akan diteken dalam tiga bulan di Arab Saudi, saat OPEC dan sekutunya akan memutuskan memperpanjang kesepakatan tersebut setelah enam bulan.

"Kesepakatan Jumat lalu sepertinya cukup bagus, atau mungkin kita seharusnya menyebutnya sebagai yang terbaik untuk kondisi saat ini," ujar Ahli Straegi Pasar PVM Oil Associates Tamas Varga.

Namun demikian, menurut Varga, kesepakatan itu tidak akan memberikan dukungan pasar untuk jangka panjang karena itu tidak dapat menguras persediaan minyak global.

Tahun ini, pasar modal global telah merosot hampir delapan persen sejauh ini. Pelemahan tersebut dipicu oleh sentimen terhadap melambatnya pendapatan korporasi dan ancaman meluasnya dampak sengketa dagang antara AS dan China.

Selain itu, terjadi kenaikan tajam laju pertumbuhan pasokan minyak mentah tahun ini di tiga produsen minyak terbesar di dunia Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Rusia. Hal ini membuat para analis tentang prospek permintaan yang tidak dapat menyerap tambahan pasokan minyak tersebut.

"Seperti biasa, harga bukan menjadi target kebijakan OPEC+, namun menurut kami tingkat harga saat ini memenuhi kepentingan dari sebagian besar negara yang berpartisipasi," ujar konsultan JBC Energy.

Analis NBD Edward Bell menilai skala pemangkasan produksi tidak cukup untuk mendorong pasar menjadi defisit.

"Diperkirakan, surplus pasar sekitar 1,2 juta bph akan terjadi pada Kuartal I 2019 dengan level produksi yang baru," ujarnya.

Sebagai informasi, harga minyak telah merosot tajam hampir 30 persen sejak Oktober 2018. Pelemahan tersebut dipicu oleh sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. (sfr/agt)

Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Senin, 10 Desember 2018

Pemangkasan Produksi Minyak OPEC Dongkrak Harga Minyak | Rifanfinancindo

Pemangkasan Produksi Minyak OPEC Dongkrak Harga Minyak
Rifanfinancindo -- Harga minyak dunia diperdagangkan menguat pada perdagangan awal pekan ini. Dikutip dari Reuters, pada awal pekan ini harga minyak dunia jenis Brent diperdagangkan di level harga US$61,85 per barel, menguat 0,29 persen dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu.

Wakil Presiden Eksekutif di Stratas Advisors John Paisie mengatakan penguatan harga minyak ditopang oleh keputusan Arab Saudi dan anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) serta negara non anggota OPEC memangkas produksi mereka. Arab Saudi dan negara anggota OPEC diketahui setujui untuk memangkas produksi minyak mereka secara gabungan sebanyak 800 ribu barel per hari.

Sementara itu negara anggota non OPEC menyatakan akan memangkas produksi sebanyak 400 ribu barel per hari. Pemangkasan produksi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang hanya mengharapkan produksi minyak dipangkas 1 juta barel per hari. Pemangkasan tersebut mulai dilakukan Januari mendatang.
 

"Saya pikir orang-orang Saudi mencoba untuk berjalan di atas tali. Mereka ingin memastikan bisa tetap mempertahankan hubungan dengan AS, tetapi mereka juga perlu melakukan pemotongan karena butuh harga minyak yang lebih tinggi untuk menyeimbangkan anggaran," katanya.

Sementara itu ahli strategi minyak global di BNP Paribas London Harry Tchilinguirian mengatakan jika pemangkasan produksi minyak sebanyak 1,2 juta barel per hari diterapkan sepenuhnya bisa cukup untuk mengatasi pelemahan harga minyak. "Tapi pemangkasan tersebut tidak menghilangkan tekanan," katanya.

Harga minyak belakangan ini mengalami tekanan. Sejak Oktober lalu, harga minyak sudah anjlok sekitar 30 persen. Pelemahan tersebut dipicu oleh kenaikan pasokan minyak dunia.

Selain itu, pelemahan juga dipicu oleh penurunan permintaan minyak dunia.
(Reuters/agt)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo
 

Jumat, 07 Desember 2018

Strategi Sri Mulyani Bawa RI Keluar dari Middle Income Trap | Rifan Financindo

Foto: Ari Saputra
Rifan Financindo - Pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan memiliki strategi khusus agar Indonesia keluar dari jebakan middle income.

Middle income trap merupakan sebuah istilah untuk negara yang masyarakatnya terjebak di pendapatan menengah. Indonesia saat ini disebut sebagai negara yang masuk dalam kategori tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, Indonesia masih berada di kategori middle income karena pendapatan per kapitanya masih di kisaran 5.000-15.000 dolar Amerika Serikat (AS). Negara yang masuk kategori ini akan sulit keluar dari perangkap middle income.
 
Menurut Sri Mulyani, ada 4 langkah utama yang bisa membawa RI keluar dari jebakan middle income.

"Hanya sedikit di dunia yang terhindar (dari middle income trap). Rangenya US$ 5.000 dolar per kapita hingga lebih dari US$ 15.000 dolar per kapita. Kuncinya ada empat (untuk keluar)," ujarnya di Novotel Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12/2018).

Pertama fokus kepada peningkatan kualitas SDM. Mulai dari meningkatkan kualitas pendidikan, keahlian hingga kesehatan penduduk.

"Gimana caranya kembangkan program pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dan bisa cetak masyarakat yang sehat dan produktif," jelas dia.

Kedua, pembangunan infrastruktur, dengan tujuan untuk bisa meningkatkan daya saing dan produktivitas. Sri Muyani menjelaskan, pembangunan harus dilakukan untuk pembangunan ekonomi jangka panjang.

"Indonesia ini adalah negara kepulauan, maka ini pembangunan infrastruktur menjadi penting," kata dia.
 
Ketiga membenahi birokrasi menjadi lebih fleksibel namun tetap ketat mengawasi segala penyelewengan yang mungkin dilakukan.

Ia juga menjelaskan, Indonesia perlu belajar dari beberapa negara yang berhasil keluar dari middle income seperti Hong Kong, Singapura, Taiwan, Israel, Jepang, dan Korea Selatan.
Negara-negara ini memiliki instansi yang birokrasinya yang teratur dan bersih.

"Mereka itu selalu negara yang kualitas institusi public dan swastanya bagus, reformasi birokrasi itu penting," kata dia.

Terakhir, transparansi kebijakan dan membuka diri pada kolaborasi dengan negara lain.

"Negara terbuka itu disiplin. Tidak ada negara tertutup yang bisa lewat atau keluar dari middle income," tutur dia. (dna/dna)
 

Kamis, 06 Desember 2018

Mengekor Bursa Asia, IHSG Dibuka Melemah ke 6.093 | PT Rifan Financindo

Foto: Ari Saputra
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak negatif pada pembukaan perdagangan pagi ini. Membuka perdagangan pagi ini, IHSG berada di 6.093. Akankah IHSG meninggalkan level 6.000?

Bersamaan dengan pelemahan IHSG pagi ini, rupiah juga tampak lesu di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) yang pagi ini berada di Rp 14.479.

Pada perdagangan pre opening, IHSG melemah 38,131 poin (0,62%) ke 6.092,007. Indeks LQ45 turun 9,510 (0,97%) ke 969,942.

Membuka perdagangan, Kamis (6/12/2018), IHSG melanjutkan pelemahan 39,307 (0,64%) ke 6.093,813. Indeks LQ45 juga melemah 8,762 poin (0,89%) ke 970,690.

Pada perdagangan pukul 09.05 waktu JATS, IHSG masih melemah 25,946 poin (0,42%) ke 6.107,147. Indeks LQ45 juga masih turun 4,525 poin (0,46%) ke 974,927.

Bursa saham Asia juga mayoritas bergerak negatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Hang Seng turun 2,22% ke 26.224,850
  • Indeks Komposit Shanghai turun 0,77% ke 2.629,310
  • Indeks Strait Times melemah 1,20% ke 3.118,92
  • Indeks Nikkei 225 berkurang 1,60% ke 21.568,061
(dna/dna)

Rabu, 05 Desember 2018

Trump Ancam China dengan Tarif Jika Gagal 'Damai' - Rifanfinancindo

Trump Ancam China dengan Tarif Jika Gagal 'Damai'
Rifanfinancindo -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menahan kemungkinan memperpanjang gencatan perang dagang dengan China selama 90 hari. Ia kembali memperingatkan akan mengenakan tarif pada mayoritas barang China jika kedua pihak tak dapat menyelesaikan perdebatan.

Trump mengatakan tim penasihat perdagangannya dan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer akan menentukan apakah 'kesepakatan nyata' dengan Beijing itu mungkin.

"Jika ya, kami akan menyelesaikannya. Tapi kalau tidak ingat, saya adalah pria tarif," tulis Trump di sebuah unduhan di Twitter.


Ancaman perang perdagangan yang meningkat antara dua ekonomi terbesar di dunia telah membayangi pasar keuangan dan ekonomi global selama hampir sepanjang tahun. 'Gencatan senjata' yang disepakati oleh Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir pekan lalu sempat membuat investor lega.

Namun, setelah kenaikan pada hari Senin, pasar pada hari Selasa melakukan aksi jual sebagai keraguan atas apa yang secara realistis bisa dicapai dalam jendela negosiasi yang ketat antara kedua negara.

Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 3 persen, S&P 500 kehilangan 3,2 persen dan Nasdaq Composite jatuh 3,8 persen.

Trump muncul untuk mengatasi salah satu kekhawatiran dengan menunjukkan dia tidak akan menentang perpanjangan gencatan senjata 90 hari.

"Negosiasi dengan China sudah dimulai. Kecuali diperpanjang, mereka akan berakhir 90 hari dari tanggal makan malam kami yang luar biasa dan hangat dengan Presiden Xi di Argentina," tandas Trump.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan China menyatakan bakal mengupayakan tercapainya kesepakatan dengan Amerika Serikat.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengakui keraguan investor atas hasil pembicaraan. "Pasar sedang mencoba untuk mencari tahu, apakah akan ada kesepakatan nyata pada akhir 90 hari atau tidak?" Mnuchin mengatakan kepada Dewan CEO Wall Street Journal.

Namun, ia menyebut pertemuan di Buenos Aires menandai kemajuan signifikan. Ia pun menggambarkan negosiasi yang akan datang sebagai signifikan secara historis karena kedua pemimpin telah sepakat untuk menyelidiki beberapa isu spesifik.

Trump dan Xi sebelumnya mengatakan mereka akan menunda penerapan tarif tambahan selama 90 hari mulai 1 Desember ketika mereka berusaha menyelesaikan sengketa perdagangan. Trump telah mengatakan China seharusnya mulai membeli produk pertanian segera dan memotong tarif 40 persennya pada impor mobil AS.

Sementara Trump memuji perjanjian dengan Xi sebagai "kesepakatan luar biasa," kurangnya detail dari pihak China telah membuat investor dan analis bertanya-tanya apakah kegembiraan Trump realistis.

"Rasanya tidak ada yang benar-benar disetujui pada jamuan makan malam dan pejabat Gedung Putih sedang mengubah diri menjadi pretzel untuk merekonsiliasi tweet-tweet Trump (yang tampaknya jika tidak sepenuhnya dibuat lalu terlalu dibesar-besarkan) dengan kenyataan," kata JPMorgan Chase dalam catatan perdagangan.

Washington juga mengharapkan China segera mengatasi masalah struktural termasuk pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa, kata pejabat AS.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton mengatakan pada acara Wall Street Journal pada hari Selasa bahwa pencurian kekayaan intelektual Amerika Serikat merupakan salah satu perhatian utama pemerintah.

Dia mengatakan Amerika Serikat harus mencari aturan yang akan melarang impor produk China yang menggunakan kekayaan intelektual AS yang dicuri.

Akibat pernyataan Trump, bursa saham Wall Street ambruk. Seluruh indeks utamanya melemah lebih dari tiga persen. Bila dirinci, Dow Jones terkoreksi 3,1 persen, S&P500 terkoreksi 3,24 persen, dan Nasdaq Composite terkoreksi 3,8 persen. (Reuters/agi)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Selasa, 04 Desember 2018

RFB Edukasi Para Jurnalis di Kota Pahlawan - PT Rifan Financindo



Surabaya – Mengakhiri kegiatan media training tentang “Locogold” di tahun 2018, PT Rifan Financindo Berjangka menutup program ini dengan menggelar kegiatan tersebut di RFB Surabaya. Dengan tema “Pengenalan Investasi Kontrak Berjangka Emas (Loco Gold) Pada Perdagangan Berjangka Komoditi” total peserta yang hadir mencapai 28 peserta dari 27 media. Dalam acara yang digelar pada Jumat, 24 November 2018 ini turut dihadiri oleh Chief Business Officer RFB, Teddy Prasetya, dan Pimpinan Cabang RFB Surabaya, Leonardo beserta tim.

Selain media training, juga dirayakan HUT RFB Surabaya ke-6 yang jatuh pada 26 November 2018. Sebagai rasa syukur, RFB Surabaya melakukan pemotongan tumpeng dan mengundang 10 veteran dari Lembaga Veteran Republik Indonesia ranting Surabaya untuk hadir dan memberikan apresiasi kepada mereka berupa uang tunai. Para veteran dipilih juga dalam rangka suasana memperingati hari Pahlawan pada 10 November 2018.

Pimpinan Cabang RFB Surabaya, Leonardo mengatakan bahwa selama 6 tahun RFB berkarya di Surabaya, telah banyak pencapaian yang sudah diperoleh dan patut dibanggakan. Kinerja RFB Surabaya dalam 3 tahun terakhir juga sangat positif yang ditandai dengan pertumbuhan volume transaksi dan jumlah nasabah secara signifikan.

Bahkan hingga akhir Oktober tahun ini, RFB Surabaya berhasil mencatatkan pertumbuhan volume transaksi sebesar 121,539 lot atau naik 106,65% dibandingkan tahun 2017 pada periode yang sama. Sementara untuk jumlah nasabah baru yang berhasil dihimpun mencapai 225 nasabah, tumbuh 30,81% dari 31 Oktober tahun 2017.

“Kami menyadari bahwa kemajuan RFB Surabaya tidak lepas dari dukungan seluruh karyawan, para nasabah, dan stakeholder yang selama ini telah membantu kami dalam berbagai hal. Di usia yang ke – 6 ini, kami ingin terus tumbuh dan berkembang dengan strategi layanan yang lebih baik agar bisa menjadi perusahaan pialang berjangka yang lebih kompetitif, sehat dan bersama nasabah dan karyawan kami,” tandas pria yang akrab disapa Pak Leo ini.

Chief Business Officer PT Rifan Financindo Berjangka, Teddy Prasetya turut mengucapkan selamat atas hari jadi RFB Surabaya yang ke-6 sembari berpesan bahwa kinerja dan prestasi yang berhasil diukir harus terus ditingkatkan.


Sebagai perusahaan pialang berjangka nasional terbesar di Indonesia, RFB terus memperluas layanan agar mudah menjangkau nasabah termasuk kehadirannya di kota pahlawan sejak 6 tahun silam. Dan RFB Surabaya memegang peranan penting dalam pertumbuhan bisnis Perseroan selama ini.

“Saya berharap di usia yang ke-6, RFB Surabaya semakin matang dan bisa membuktikan sebagai cabang terbaik di tahun ini dan di masa yang akan datang,” ujarnya.

Selanjutnya, Teddy juga berpesan, RFB dapat menjalankan bisnis dengan baik, tidak lepas berkat dukungan dan peran pegawai yang secara total memberikan dedikasinya. Diharapkan, momen ini semakin meningkatkan rasa kekeluragaan di antara para karyawan dan manajemen yang juga menjadi salah satu nilai perusahaan sampai sekarang.

Dokumentasi :
loco5 loco6
loco7 loco8
loco9 loco10

Senin, 03 Desember 2018

Harga Minyak Dunia Anjlok 20 Persen Sepanjang November | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Dunia Anjlok 20 Persen Sepanjang November
PT Rifan Financindo -- Harga minyak mentah sepanjang November 2018 anjlok lebih dari 20 persen. Pelemahan terparah selama lebih dari satu dekade itu dipicu oleh membanjirnya pasokan melampaui permintaan.

Dilansir dari Reuters, Senin (3/12), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup di level US$58,71 per barel pada Jumat (30/11) lalu. Secara harian, Brent melemah 1,3 persen atau US$0,8 per barel.

Pelemahan di penghujung bulan juga dialami oleh harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar 1 persen atau US$0,52 per barel menjadi US$50,93 per barel.


Di awal bulan harga Brent dan WTI masing-masing masih berada di level US$72,89 dan US$63,69 per barel.

Selain sentimen terhadap membanjirnya pasokan, pelemahan di akhir bulan lalu juga terjadi akibat menguatnya dolar AS. Namun, penurunan harga tertahan oleh ekspektasi terhadap Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia untuk sepakat memangkas produksinya pada pekan depan.

Harga minyak dunia tertekan oleh penguatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang negara lain. Penguatan dolar AS terjadi seiring harapan investor terhadap AS dan China yang akan mencapai kata sepakat terkait kebijakan perdagangan. Sebagai catatan, penguatan dolar AS akan membuat harga komodtas yang diperdagangkan dengan dolar AS menjadi relatif lebih mahal bagi konsumen yang memegang mata uang negara lain.

Di sisi lain, berdasarkan laporan Bloomberg yang dikutip Reuters, harga minyak masih mendapatkan topangan pada Jumat (30/11) lalu oleh pemberitan mengenai Komisi Penasehat OPEC yang menyarankan pemangkasan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari (bph) dari produksi bulan lalu.

"Harga minyak dunia bangkit di penhujung Jumat akibat pemberitaan Komite OPEC telah menyarankan pemangkasan sebesar 1,3 juta bph dari level (produksi) Oktober 2018," ujar Analis Pasar Forex.com Fawad Razaqzada.

Menurut Razaqzada, tekanan terhadap harga minyak terus terjadi di tengah kekhawatiran terhadap berlebihnya pasokan dan rendahnya pertumbuhan permintaan. Jika tidak ada aksi yang dilakukan, harga minyak akan menurun lebh tajam.

Rencananya OPEC dan sekutunya akan bertemu pada 6 Desember 2018 mendatang di Wina, Austria. Sebelum pertemuan tersebut, tiga produsen minyak terbesar di dunia, Arab Saudi, AS, dan Rusia, telah bertemu secara terpisah pada pertemuan G20 pada akhir pekan lalu di Buenos Aires, Argentina.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak telah menyatakan produksi minyak Rusia pada 2019 ditargetkan akan sama dengan level produksi tahun ini. Namun, hal itu masih bisa disesuaikan, bergantung pada kesepakatan OPEC dan sekutunya.

Melesatnya produksi di AS, Rusia, dan sejumlah anggota OPEC telah mengerek persediaan minyak mentah dan memicu kelebihan pason di sejumlah pasar.

Di AS, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat produksi minyak mentah di Negeri Paman Sam naik sekitar 129 ribu bph pada September 2019 lalu menjadi 11,5 juta bph.

Persediaan minyak AS meningkat pesat di mana stok minyak mentah naik selama 10 pekan berturut-turut menjadi 450,5 juta barel, terbanyak tahun ini. Selain kenaikan produksi, Perlambatan permintaan minyak juga memicu kelebihan pasokan.

Analis PVM Oil Stephen Brennock menilai gangguan utama di pasar berasal dari kekhawatiran terhadap OPEC yang tidak akan melakukan kebijakan yang cukup untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan.

Survey bulanan Reuters mengindasikan produksi 12 anggota OPEC yang menargetkan penurunan pasokan berdasarkan kebijakan sebelumnya pada November akan turun 110 ribu bph dari Oktober. Sementara, total produksi OPEC akan turun 160 ribu bph.

CME Group mencatat indikator ekspektasi pemangkasan pasokan melemah. Sentimen pasar bergeser dari 70 persen ekspektasi pemangkasan produksi di awal pekan lalu menjadi 56 persen di akhir pekan.

Lebih lanjut, spekulator harga Brent memangkas posisi beli bersih ke level terendah sejak 2015 pada pekan lalu. Intercontinental Exchange mencatat posisi beli bersih Brent merosot 14.057 kontrak menjadi 168.512 kontrak. (sfr/agi)

Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Jumat, 30 November 2018

Rusia Beri Sinyal Topang Kenaikan Harga Minyak Dunia | Rifanfinancindo

Rusia Beri Sinyal Topang Kenaikan Harga Minyak Dunia
Rifanfinancindo -- Harga minyak mentah dunia menguat sekitar dua persen pada perdagangan Kamis (29/11), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah muncul sinyal Rusia bakal memangkas produksinya bersama dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Dilansir dari Reuters, Jumat (30/11), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,75 atau 1,3 persen menjadi US$59,51 per barel. Selama sesi perdagangan berlangsung harga Brent sempat terdongkrak ke level US$60,37 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) sebesar US$1,16 atau 2,3 persen menjadi US$51,45 per barel. Harga WTI sempat menyentuh level US$52,2 per barel sepanjang sesi perdagangan.

Sejauh ini, harga minyak mentah dunia pada November telah terjerembab hampir 22 persen. Secara bulanan, harga minyak November anjlok seperti kejadian saat terjadi krisis finansial 2008.

Kenaikan terus-menerus pasokan minyak mentah AS, produsen minyak terbesar dunia saat ini, telah menekan harga bersama Arab Saudi yang menyatakan tidak akan memangkas produksinya sendiri untuk menstabilkan pasar. Dampaknya, harga Brent bulan ini sempat tertekan di bawah US$58 per barel, level terendah untuk tahun ini.

Harga minyak dunia bangkit setelah sejumlah sumber Reuters menyatakan Rusia tengah mempertimbangkan untuk ikut memangkas pasokan bersama Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak menggelar rapat dengan sejumlah pimpinan perusahaan minyak Rusia pada Selasa (28/11) kemarin, sebelum menghadiri pertemuan dengan OPEC dan sekutunya pada 6-7 Desember 2018 di Wina, Austria.

"Gagasan pada rapat tersebut adalah Rusia perlu memangkas (produksi minyak). Pertanyaan utamanya adalah seberapa cepat dan seberapa banyak, ujar sumber Reuters yang mengikuti pembicaraan perusahaan minyak Rusia dengan Kementerian Energi Rusia.

Rabu (28/11) lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan ia terus berhubungan dengan OPEC dan siap untuk terus bekerja sama terkait pasokan jika diperlukan. Namun, ia puas dengan harga minyak dunia di level US$60 per barel. Sebagai catatan, Rusia merupakan produsen minyak terbesar dunia.

Partner Again Capital John Kilduff mengungkapkan, saat ini, pasar berekspektasi pemangkasan produksi sebesar satu juta barel per hari (bph) oleh OPEC dan sekutunya menjadi mungkin.

Harga minyak mentah merosot dari level tertinggi pada perdagangan Kamis (29/11) setelah Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserves merilis notulensi rapat kebijakan terakhir yang menyatakan kenaikan suku bunga acuan bakal terjadi dalam waktu dekat. Imbasnya, indeks dolar AS menguat melawan sekeranjang mata uang negara lain di pasar sehingga menekan harga minyak yang diperdagangkan dengan denominasi dolar AS.

Di AS, data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan stok minyak mentah Negeri Paman Sam menyentuh level tertingginya dalam setahun terakhir. Stok minyak AS terkini hanya 80 juta barel di bawah rekor Maret 2017 yang mencapai 535 juta barel.

Pelaku pasar memperkirakan stok minyak mentah AS bakal kembali menanjak pada pekan terakhir dengan mengutip data yang dirilis Genscape. Dalam laporan mingguan Genscape, stok minyak AS di hub pengiriman Cushing, Oklahoma naik 771.924 per barel sejak 23 November 2018 lalu.

Pemerintah AS menyatakan cadangan minyak AS tahun lalu melampaui rekor 47 tahun silam saat melonjak 6,4 miliar barel atau 19,5 persen menjadi 39,2 juta barel.

Saat ini, perhatian investor terarah pada pertemuan pemimpin negara G20 yang diselenggarakan pada 30 November hingga 1 Desember 2018, dengan pembicaraan terkait hubungan perdagangan AS-China menjadi fokus.

Menurut Kilduff, antisipasi pertemuan G2O kemungkinan bakal mendorong harga minyak lebih tinggi meski trader berhati-hati terhadap aksi jual sebelum pertemuan berlangsung.

"Kita telah melihat kenaikan yang sangat besar pada pasokan dan gambaran permintaan masih menjadi pertanyaan. Kendati demikian, kita kemungkinan akan melihat sejumlah pergerakan pada isu perdagangan global dalam pertemuan G20 yang akan dimulai pada Jumat ini," ujar Kepala Strategi CMC Markets and Stockbroking Michael McCarthy. (sfr/rea)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Kamis, 29 November 2018

Rupiah Pimpin Penguatan Mata Uang Asia Pagi Ini - Rifan Financindo

Rupiah Pimpin Penguatan Mata Uang Asia Pagi Ini
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.458 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pagi ini, Kamis (29/11). Posisi ini menguat 72 poin atau 0,49 persen dari kemarin sore, Rabu (28/11) di Rp14.529 per dolar AS.
 
Rupiah memimpin penguatan mata uang di kawasan Asia. Diikuti baht Thailand menguat 0,02 persen, yen Jepang 0,11 persen, ringgit Malaysia 0,15 persen, peso Filipina 0,16 persen, dan won Korea Selatan 0,26 persen.
 
Sementara dolar Singapura melemah 0,04 persen dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
 
Sebaliknya, mata uang utama negara maju justru bersandar di zona merah. Dolar Australia melemah 0,12 persen, dolar Kanada minus 0,02 persen, dan rubel Rusia minus 0,01 persen.
 
Sementara euro Eropa dan poundsterling Inggris stagnan. Namun, franc Swiss berhasil menguat 0,09 persen dari dolar AS.
 
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan kembali melemah pada hari ini karena ada sentimen negatif dari luar maupun dalam negeri.
 
Dari dalam negeri, pasar mengartikan arah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang tetap pre-emtive dan ahead of the curve pada tahun depan sebagai sinyal bahwa bank sentral nasional akan kembali menaikkan tingkat suku bunga acuannya.
 
"Pasar cenderung bereaksi negatif meskipun akan positif untuk pergerakan rupiah," ujarnya, Kamis (29/11).
 
Sementara di luar negeri, pasar menanti kepastian perdamaian AS dengan China dalam forum KTT G20 Summit. Hal ini membuat dolar AS berhasil dari beberapa mata uang. Hal ini membuat sentimen bank sentral AS, The Federal Reserve yang memberi sikap netral terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan tidak di-respons pasar.(fea) 
 
 
Sumber : CNN Indonesia
Rifan Financindo

Rabu, 28 November 2018

PT Rifan Financindo Berjangka – Visual Stories: Dara Seksi Penakluk Tong Setan

sepe
PT Rifan Financindo Berjangka, Jakarta – Jarang ada perempuan jadi pembalap. Apalagi pembalap tong setan. Berputar-putar di dalam tong sambil memacu sepeda motor turun naik dengan kecepatan tinggi. Dihantui maut.
Pertunjukan tong setan kerap menjadi primadona di setiap pasar malam. Jika beruntung, Anda bisa bertemu dara-dara muda bernyali besar yang menjadi penakluk pusaran tong setan.
Karmila dan Laras terpikat dengan atraksi yang memacu adrenalin ini sejak semula melihatnya. Bukannya takut, mereka justru penasaran mencoba.
Tentu saja awalnya tak berjalan mulus. Pusing, mual, bahkan sampai pingsan. Ikuti kisah Karmila dan Laras serta aksi mereka sebagai pembalap tong setan dalam Visual Stories di sini.
(cha/asp)

Selasa, 27 November 2018

IHSG Dibuka Melemah ke 6.009 | Rifanfinancindo

Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya 
Rifanfinancindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah. IHSG berbalik melemah pada pembukaan pagi ini.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menjinak ke level Rp 14.479.

Pada perdagangan pre opening, IHSG melemah 20,387 poin (0,34%) ke 6.002,391. Indeks LQ45 turun 5,086 poin (0,53%) ke 957,863.

Membuka perdagangan, Selasa (27/11/2018), IHSG melanjutkan pelemahan 10,783 poin (0,22%) ke 6.009,783. Indeks LQ45 juga turun 4,215 poin (0,44%) ke 958,875.

Pada perdagangan pukul 09.05 waktu JATS, IHSG masih betah di zona merah ke 6,010 (0,21%). Indeks LQ45 juga masih melemah 4,189 poin (0,43%) ke 958,818.

Sementara itu indeks utama bursa Wall St ditutup kompak dalam zona hijau. Indeks Dow Jones naik 1,46%, S&P terangkat 1,55%, dan Nasdaq menguat 2,06%. Rebound-nya indeks Wall St dikarenakan pelaku pasar melakukan bargain hunter atas saham-saham yang sudah terkoreksi cukup besar padahal masih memiliki fundamental yang cukup sehat. 

Selain itu, adanya perayaan Thanksgiving beberapa waktu lalu nampaknya berhasil meningkatkan konsumsi yang pada akhirnya mendukung ekspektasi atas saham-saham sektor ritel. Adapun dari sektor energi juga terkoreksi dengan harapan pasokan akan segera mengalami penurunan.

Sedangkan bursa saham Asia mayoritas bergerak negatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 bertambah 45 poin ke 21.857,551
  • Indeks Hang Seng turun 156,080 ke 26.220,100
  • Indeks Komposit Shanghai bertambah 4,370 poin atau 0,17% ke 2.580,070
  • Indeks Strait Times turun 14,750 poin ke 3.076,820



Senin, 26 November 2018

Harga Minyak Dunia Tertekan Pasokan yang Membanjir | Rifan Financindo

Harga Minyak Dunia Tertekan Pasokan yang Membanjir
Rifan Financindo -- Tren penurunan harga minyak dunia masih berlanjut sepanjang pekan lalu di tengah kekhawatiran membanjirnya pasokan di pasar. Ke depan, harga minyak diperkirakan membaik seiring upaya sejumlah produsen utama minyak dunia bersepakat memangkas produksi dalam pertemuan awal Desember 2018.

Dilansir dari Reuters, Senin (26/11), harga minyak mentah Brent secara mingguan merosot 11,3 persen menjadi US$58,8 per barel pada Jumat (23/11) lalu. Secara harian, harga Brent terjerembab US$3,8 atau 6,1 persen.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) sebesar 10,8 persen secara mingguan menjadi US$50,42 per barel. Dalam perhitungan harian, harga WTI tercatat merosot US$4,21 atau 7,7 persen.

Kedua harga acuan telah melemah selama tujuh pekan berturut-turut. Pekan lalu, persentase penurunan kedua harga acuan merupakan yang terbesar sejak Januari 2016.

Sepanjang November, harga minyak merosot lebih dari 20 persen sejak menyentuh level tertingginya pada awal Oktober 2018 lalu. Diperkirakan, kedua harga acuan bakal mencatatkan penurunan harga bulanan terbesar sejak akhir 2014.

Produksi minyak, terutama dari AS, tumbuh lebih cepat dibandingkan permintaan. Untuk mencegah bertambahnya bahan bakar yang tidak terpakai, seperti yang terjadi pada 2015, Organisasi Negara Pengekspor Minyak diperkirakan bakal memangkas produksinya. Kesepakatan berpotensi terjadi dalam pertemuan 6 Desember 2018 mendatang.

Kendati demikian, rencana pemangkasan produksi OPEC kurang ampuh dalam mendongkrak harga. Pasar minyak terbebani oleh perang dagang antara dua perekonomian terbesar dunia AS dan China. Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bakal bertemu di pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, pada pekan ini.

"Pasar tengah memasukkan faktor perlambatan ekonomi - mereka (pelaku pasar) mengantisipasi pembicaraan perdagangan dengan China tidak akan berjalan mulus," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.

Ketakutan pasar terhadap lemahnya permintaan meningkat setelah China, pada pekan lalu, mencatatkan ekspor bensin terendah sejak lebih dari setahun. Lunglainya ekspor bensin terjadi di tengah berlebihnya pasokan bahan bakar di Asia dan secara global.

Persediaan bensin melesat di Asia, dengan stok di Singapura, hub kilang di kawasan, meningkat ke level tertingginya dalam tiga bulan terakhir. Pekan lalu, persediaan minyak di Jepang juga menanjak. Di AS, persediaan bahan bakar naik tujuh persen sejak setahun terakhir.

Produksi minyak mentah juga melonjak tahun ini. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan produksi dari non-OPEC naik sebesar 2,3 juta barel per hari (bph) tahun ini. Sementara, permintaan tahun depan diproyeksi hanya akan terkerek 1,3 juta bph.

Pelemahan permintaan membuat eksportir minyak mentah utama dunia Arab Saudi, pada Kamis lalu, menyatakan kemungkinan bakal memangkas produksinya. Diperkirakan, Arab Saudi bersama anggota OPEC lainnya akan memangkas produksi hingga 1,4 juta bph.

Kendati demikian, Trump menegaskan penolakannya terhadap kenaikan harga minyak. Banyak analis memprediksi Arab Saudi akan mengikuti keinginan AS untuk menolak tekanan pemangkasan produksi dari anggota OPEC lain.

Sejumlah analis memperkirakan, jika OPEC memangkas produksinya pada pertemuan bulan depan, harga minyak akan kembali pulih.

"Kami memperkirakan OPEC akan mengatur pasar di 2019 dan mengkaji kemungkinan terjadinya kesepakatan untuk mengurangi produksi sekitar dua banding tiga. Pada skenario tersebut, harga Brent kemungkinan bakal kembali ke level US$70 per barel," ujar Ahli Strategi Komoditi Morgan Stanley Martijn Rats dan Amy Sergeant dalam catatannya kepada klien yang dikutip Reuters.

Analis Riset FXTM Lukman Otunaga menilai apabila OPEC tidak memangkas produksinya, harga minyak bisa tertekan lebih dalam menuju US$50 per barel.

Penurunan harga minyak telah menyeret saham sektor energi di bursa AS. Saham perusahaan minyak raksasa Exxon Mobil Corp dan Chevron merosot lebih dari tiga persen pada pekan lalu.

Lebih lanjut, Intercontinental Exchange (ICE) mencatat manajer keuangan dan investasi memangkas posisi beli pada Brent sebesar 32.263 kontrak menjadi 182.569 kontrak pada pekan yang berakhir 20 November 2018. Jumlah kontrak beli bersih tersebut terendah sejak Desember 2015. (sfr/lav)

Sumber : CNN Indonesia
Rifan Financindo