Selasa, 27 Oktober 2020

Wall Street & Bursa Asia Merah, Kans IHSG Menguat Pupus

https://akcdn.detik.net.id/visual/2020/09/10/ilustrasi-bursa-efek-indonesia-anjlok_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan Senin kemarin (26/10/20) ditutup di zona hijau naik 0,62% di level 5.144,04.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 175 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 7,1 triliun.

Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan sentimen dari China yakni Presiden Xi Jinping akan mulai melakukan persiapan terkait dengan proposal pembangunan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, dari 2021 hingga 2025 yang diikuti dengan visi dan target dalam kurun waktu 15 tahun ke depan.

Pertemuan yang dimulai dari Senin kemarin, 26 Oktober akan selesai hingga 29 Oktober mendatang untuk melakukan pembahasan rencana tahunan yang ke 14.

Di tengah situasi dan kondisi pascawabah virus corona, upaya China tersebut akan menjadi perhatian sejauh mana Tiongkok akan berusaha bertransformasi untuk menjadi lebih baik.

Apalagi dalam rencana 5 tahun ke depan, China akan terfokus kepada konsumsi dalam negeri untuk menopang pemulihan perekonomian China.

Reliance Sekuritas mengungkapkan indeks S&P 500, salah satu indeks saham di Wall Street, membukukan penurunan terbesar dalam sebulan di tengah kekhawatiran meningkatnya kasus Covid-19 dan karena prospek redupnya bantuan fiskal dari Washington sebelum pemilihan presiden.

Selain S&P 500 yang ambles 1,86% pada perdagangan tadi malam (Selasa pagi waktu Indonesia), Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga terpangkas 2,29% sementara Nasdaq Composite terpangkas 1,64%.

Kasus infeksi Covid-19 di AS terus melonjak dan membuat pasar saham AS babak belur.

Di Asia, bursa saham Asia pun kompak dibuka melemah pada perdagangan Selasa (27/10/2020), mengikuti bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali ditutup melemah pada Senin.

Tercatat indeks Nikkei di Jepang dibuka melemah 0,47%, Hang Seng di Hong Kong turun 0,32%, Shanghai China terdepresiasi 0,32%, STI Singapura anjlok 0,45% dan KOSPI Korea Selatan terperosok 0,68%.

Investor saat ini tetap fokus pada prospek kesepakatan stimulus AS, bahkan ketika waktu habis untuk menyelesaikan paket bantuan sebelum pemilihan presiden. Di sisi virus, infeksi AS telah mencapai rekor dalam beberapa hari terakhir.

Selain itu, pembacaan pertama PDB kuartal ketiga du AS Kamis pekan ini juga diantisipasi bisa mencapai angka yang terkuat dalam catatan menyusul rekor penurunan pada kuartal sebelumnya karena banyak bisnis tutup oleh pandemi.

Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan masih terus berlanjut dalam bias sideways di tengah minimnya sentimen penggerak pasar. Market akan relatif sepi menjelang libur panjang Maulid Nabi 2020.

Sedangkan Artha Sekuritas menilai IHSG diprediksi melemah. Investor masih akan mencermati beberapa laporan keuangan emiten per kuartal III-2020 terutama emiten berkapitalisasi besar.

Perbaikan kinerja emiten diperkirakan akan menopang pergerakan IHSG. Pergerakan akan cenderung terbatas jelang pemilu Amerika Serikat pada pekan depan.

Hari ini indeks diperkirakan akan bergerak di kisaran support (batas bawah) 5.118 dan 5.093 serta resisten (batas atas) di 5.163 dan 5.183. (tas/tas)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 26 Oktober 2020

Bapak Ibu, Siap-siap Harga Emas Antam Bakal "Meledak"

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT RifanHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. turun tipis pada perdagangan Senin (26/10/2020).

Meski demikian ada kemungkinan akan terjadi pergerakan besar dalam 2 pekan ke depan, mengikuti pergerakan harga emas dunia yang akan merespon data pertumbuhan ekonomi serta pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

Melansir data dari logammulia.com, situs resmi milik PT Antam, emas satuan 1 gram dibanderol Rp 1.007.000/batang, turun Rp 1.000 atau 0,1% dibandingkan harga hari Sabtu pekan lalu.

Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan dihargai Rp 94.912.000/batang atau Rp 949.210/gram, turun 0,11%.

Pagi ini, harga emas dunia melanjutkan penurunan 2 hari beruntun sebelumnya. Penyebabnya, stimulus fiskal di AS yang kemungkinan tidak akan cair hingga pemilihan presiden (pilpres) selesai pada 3 November mendatang.

Selain itu, produk domestic bruto (PDB) AS kuartal III-2020 yang diprediksi tumbuh hingga 31,9% dari sebelumnya yang berkontraksi (tumbuh negatif) 31,4%. Data PDB AS akan dirilis pada Kamis nanti, sehingga kemungkinan akan ada pegerakan besar emas setelah rilis data tersebut dan pekan depan setelah ada pemenang pilpres AS yang mempertemukan petahanan dari Partai Republik, Donald Trump, dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.

Andy Hecht partner di bubbatrading.com mengatakan siapa pun pemenangnya apakah Donald Trump, atau Joe Biden, harga emas dikatakan tetap akan menguat.
Tetapi jika Biden yang memenangi pilpres akan lebih menuntungkan bagi emas, sebab menurut Hetch nilai stimulus yang akan digelontorkan lebih besar.

Hal senada juga diungkapkan Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama dengan Hetch, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

Ketika harga emas dunia melesat lagi, maka harga emas Antam tentunya juga akan terkerek naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 23 Oktober 2020

Stimulus AS Mundur, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah melemah 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.640/US$ pada perdagangan Kamis kemarin (22/10/2020).

Meski demikian, dolar AS sebenarnya masih belum terlalu kuat, sebab pelaku pasar masih melakukan aksi wait and see perkembangan stimulus fiskal di AS, dan masih akan mempengaruhi pergerakan pasar hari ini, Jumat (23/10).

Sayangnya, stimulus fiskal di AS kemungkinan tidak akan cair di pekan ini yang kemungkinan akan membuat dolar AS kuat lagi.

Perundingan antara Nancy Pelosi, Ketua DPR (House of Representatif) Amerika Serikat (AS) dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin yang membahas stimulus tersebut masih berlangsung.

Pelosi memberikan sinyal adanya kemajuan perundingan stimulus fiskal kemarin.

"Jika tidak ada kemajuan, saya tidak akan menghabiskan detik sekalipun di dalam perundingan ini. Ini adalah usaha yang serius. Saya percaya kami semua ingin mencapai kesepakatan," kata Pelosi sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/10/2020).

Meski demikian Pelosi juga memberikan indikasi stimulus kemungkinan belum akan cair sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang. Ia mengatakan butuh waktu untuk menyelesaikan dan menandatangani undang-undang stimulus fiskal, artinya harapan akan cairnya stimulus di pekan ini.

Secara teknikal, rupiah kemarin berakhir persis di Rp 14.640/US$. Level tersebut merupakan Neckline dari pola Double Top yang terbentuk sejak Jumat (25/9/2020).

Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat.

Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah konsisten di bawah Neckline Rp 14.640/US$.

Puncak Double Top berada di level Rp 14.950/US$, hingga ke Neckline Rp 14.640/US$, artinya ada jarak Rp 310. Sehingga Jika Rupiah berhasil melewati dan bertahan di bawah Neckline, rupiah memiliki peluang menguat Rp 310, yakni di Rp 14.330/US$ dalam jangka menengah.

Indikator stochastic pada grafik harian akhirnya masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang masuk ke wilayah jenuh jual berisiko membatasi penguatan rupiah hingga memicu koreksi.

Jika tertahan di atas Rp 14.640/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$.

Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Level tersebut diperkuat dengan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA50) yang digambarkan dengan garis hijau, berada di kisaran Rp 14.730/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 22 Oktober 2020

Krik, Krik... Pasar Senyap, Rupiah Jadi Lemah

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Minimnya sentimen penggerak pasar membuat investor memilih wait and see.

Pada Kamis (22/10/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.610 kala pembukaan pasar spot. Tidak berubah dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.

Namun tidak lama kemudian rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:09 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.620 di mana rupiah melemah 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,27% di hadapan dolar AS. Ini membuat mata uang Ibu Pertiwi terapresiasi dalam dua hari perdagangan beruntun.

Namun hari ini agak sulit bagi rupiah untuk mengulang prestasi tersebut. Pasalnya, investor belum mau mengambil keputusan besar, masih bermain hati-hati.

Kegamangan pelaku pasar terlihat di bursa sahan New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA turun 0,35%, S&P 500 terpangkas 0,22%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,28%. Relatif tipis saja.

Trump Ragu Stimulus Bisa Tembus

Hari ini memang nyaris tidak ada sentimen besar yang mampu menggerakkan pasar. Akan tetapi, besok adalah hari yang dinanti.

Debat calon presiden (capres) AS akan dihelat pada Jumat pagi waktu Indonesia. Sang petahana Donald Trump (Partai Republik) dan penantang Joseph 'Joe' Biden akan beradu visi-misi untuk enam topik yaitu penanganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), keluarga, ras, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.

Debat ini adalah yang terakhir, karena pemilihan presiden (pilpres) AS memang sudah sangat dekat yaitu 3 November. Sejauh ini, berbagai jajak pendapat mengunggulkan Biden akan menjadi penghuni Gedung Putih yang baru menggantikan Trump. Menarik untuk disimak apakah debat mampu mengubah opini calon pemilih.

Selain itu, investor juga menunggu kepastian soal stimulus fiskal AS. Kemungkinan paket stimulus bisa gol pada akhir pekan ini.

Namun ada perkembangan yang kurang menggembirakan. Trump kini jadi kurang yakin kesepakatan soal stimulus bisa tercapai karena Nancy Pelosi (Ketua House of Representatives) dan Chuck Schumer (Pimpinan Minoritas Partai Demokrat Senat) akan tetap mengganjal.

"Saya tidak melihat Nancy Pelosi dan Chuck Shumer ingin melakukan apa yang benar bagi pekerja AS, yaitu stimulus. Fokus mereka akan menyelamatkan negara bagian dan kota yang dipimpin Demokrat. Seharusnya kita melindungi seluruh rakyat. Bukan salah mereka karena wabah ini datang dari China!" cuit Trump di Twitter.

Stimulus AS yang masih maju-mundur membuat pelaku pasar galau. Kegalauan ini diterjemahkan dengan bermain aman, enggan mengambil risiko.

Makanya arus modal ke pasar keuangan negara-negara berkembang menjadi seret, termasuk ke Indonesia. Hasilnya, rupiah pun melemah karena kurang 'darah'.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

 
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 21 Oktober 2020

Masa Depanmu Cerah, Rupiah!

Warga menukar uang nominal Rp.  5000 di teller bank di tempat penukaran uang receh di IRTI Monas, Jakarta, Selasa (22/5). Sejumlah perbankan menyediakan jasa tukar uang receh di kawasan tersebut. Banyak warga yg menukar uang receh untuk keperluan lebaran dan dikasih kepada sanak saudara dan kerabat.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya mata uang Tanah Air belum mau menginjak pedal rem meski sudah melaju kencang akhir-akhir ini.

Hari ini, Rabu (21/10/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.630 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,14% di hadapan dolar AS. Tidak tanggung-tanggung, rupiah menjadi mata uang terbaik Asia.

Sejauh ini rupiah berada di atas angin sepanjang Oktober. Sejak akhir September hingga kemarin, rupiah menguat 1,28% di hadapan dolar AS. Rupiah jadi mata uang terbaik keempat di Benua Kuning.

Masa Depan Rupiah Cerah

Ke depan sepertinya prospek rupiah juga lumayan cerah. Sebab, minat investor terhadap aset-aset berbasis rupiah masih tinggi.

Contoh, kemarin pemerintah melelang tujuh seri obligasi. Penawaran yang masuk cukup tinggi, mencapai Rp 83,02 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah mengambil Rp 32,75 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang sebesar Rp 20 triliun.

Tingginya minat pelaku pasar membuat harga Surat Berharga Negara (SBN) naik yang kemudian menekan imbal hasil (yield). Saat ini yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,659%, terendah sejak 6 Maret.

"Yield SBN turun 20 basis poin (bps) sejak pekan lalu. Ini karena tingginya permintaan investor domestik seiring likuiditas yang berlimpah. Investor asing pun masih tertarik untuk masuk," tulis riset Citi.

Per 19 Oktober, nilai kepemilikan SBN oleh investor asing tercatat Rp 948,2 triliun. Naik Rp 15,05 triliun (1,61%) dibandingkan posisi akhir September.

Salah satu pemanis dalam berinvestasi di SBN tentu yield-nya. Meski terus turun, yield SBN masih lebih tinggi ketimbang negara-negara tetangga.

Saat ini yield obligasi pemerintah Filipina untuk tenor 10 tahun adalah 2,946%. Sementara di Malaysia 2,614%, Singapura 0,854%, dan Thailand 1,39%.

"Ke depan, Bank Indonesia (BI) memandang penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued. Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun, serta likuiditas global yang besar," sebut keterangan tertulis BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 20 Oktober 2020

Harga Emas Antam 2 Hari Flat Rp 1 Juta, Ada Apa Ini Pemirsa?

Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

 

PT RifanHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, stagnan pada perdagangan Selasa (20/10/2020).

Hal yang sama juga terjadi Senin kemarin. Harga emas dunia yang bergerak votatil sementara rupiah yang stabil membuat emas Antam stagnan 2 hari terakhir.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas batangan satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.008.000/batang, sama dengan harga Senin kemarin, juga Sabtu pekan lalu. Sementara satuan 100 gram, juga mager di Rp 95.012.000/batang atau Rp 950.120/gram.

Nilai tukar rupiah kemarin berakhir stagnan di Rp 14.670/US$, pada pekan lalu Mata Uang Garuda juga cenderung stabil dengan hanya menguat 0,03%.

Rupiah menjadi salah satu faktor yang menentukan harga logam mulia di dalam negeri. Sebab emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala Mata Uang Garuda menguat maka harga emas dunia akan menjadi lebih murah jika dikonversi ke rupiah.

Harga emas dunia sendiri kemarin sebenarnya membukukan penguatan 0,28% ke US$ 1.904,26/troy ons, tetapi posisi tersebut terkoreski lumayan tajam dari level tertinggi harian US$ 1.918,21/troy ons.

Artinya emas sedang bergerak volatil. Pelaku pasar menanti kejelasan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS).

Ketua DPR (House of Representatif) yang berasal dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, memberikan tenggat waktu 48 jam sejak hari Minggu kemarin untuk mencapai kesepakatan dengan Pemerintah AS guna mencairkan stiumulus sebelum pilpres.

Artinya, masih ada peluang hingga Selasa waktu AS apakah stimulus akan cair atau tidak. Berapa besarnya stimulus yang akan digelontorkan masih menjadi perdebatan, Partai Demokrat yanug menguasai DPR AS mengusulkan US$ 2,2 triliun, yang dianggap terlalu besar oleh Pemerintah AS yang mengusulkan US$ 1,8 triliun.

Artinya, hari Selasa waktu AS, akan menentukan apakah emas mampu melesat lagi atau malah kembali melempem seperti pekan lalu. 

Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar emas untuk menanjak, jika cair maka logam mulia ini kemungkinan akan kembali melesat, yang pada akhirnya akan mengerek harga emas Antam.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 19 Oktober 2020

Kalau Rupiah Hari ini Menguat, Terima Kasihnya ke China ya..

Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu.

Tidak ada pergerakan besar rupiah dalam 5 hari perdagangan pekan lalu. Bank Indonesia (BI) yang memprediksi transaksi berjalan (current account) akan mencetak surplus di kuartal III-2020 menjadi sentimen positif bagi rupiah.

"Transaksi berjalan pada kuartal III-2020 diperkirakan akan mencatat surplus. Dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum cukup kuat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usar Rapat Dewan Gubernur Periode September 2020, Selasa (13/10/2020).

Jika terwujud maka akan menjadi surplus pertama sejak kuartal IV-2011.

Dengan surplus transaksi berjalan, artinya pasokan devisa cukup besar yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Sementara pada hari ini, Senin (19/10/2020), China bisa jadi akan membawa rupiah kembali ke zona hijau.

China akan merilis data pertumbuhan ekonomi pagi ini, yang kemungkinan menunjukkan pemulihan V-shape setelah merosot di kuartal I-2020 lalu. Berdasarkan data dari Refinitiv, ekonomi China diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (YoY) di kuartal III-2020, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3,2% YoY.

Melesatnya pertumbuhan ekonomi China tersebut dapat memberikan gambaran perekonomian bisa segera bangkit setelah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan, yang tentunya menjadi sentimen positif di pasar. Saat sentimen pelaku pasar membaik, maka aset berisiko dengan imbal hasil tinggi seperti rupiah akan kembali diburu pasar.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan meski rupiah membukukan penguatan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di bawah US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah.
Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang belum masuk wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan bagi rupiah. 

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.

Puncak Double Top berada di level Rp 14.950/US$, hingga ke Neckline Rp 14.640/US$, artinya ada jarak Rp 310. Sehingga Jika Rupiah berhasil melewati dan bertahan di bawah Neckline, rupiah memiliki peluang menguat Rp 310, yakni di Rp 14.330/US$ dalam jangka menengah.

Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke level kunci Rp 14.730/US$. Rupiah berisiko semakin tertekan seandainya level tersebut juga dilewati.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 16 Oktober 2020

Masih Kinclong! Harga Emas Antam Melesat 2 Hari Beruntun nih

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. naik lagi pada perdagangan Kamis (16/10/2020). Harga emas dunia yang kembali naik turut mengerek harga emas Antam 2 hari terakhir.

Melansir data dari logammulia.com, situs resmi milik PT Antam, emas batangan satuan 1 gram dibanderol Rp 1.011.000/batang, naik 0,2% dibandingkan harga kemarin yang juga naik 0,2%.

Sementara emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,21% ke Rp 95.312.000/batang atau Rp 953.120/gram.

Harga emas dunia pada perdagangan Kamis kemarin menguat 0,37% ke US$ 1.907,73/troy ons, melanjutkan kenaikan hari sebelumnya setelah sempat turun cukup jauh ke bawah US$ 1.900/troy ons.

Harga emas dunia maupun emas Antam belakangan ini memang terus naik turun. Sebab situasi saat ini masih dipenuhi ketidakpastian yang datang dari negeri Adi Kuasa, Amerika Serikat (AS).

Dinamika yang terjadi di AS memberikan dampak besar ke pergerakan harga emas. Isu yang paling mempengaruhi harga emas saat ini adalah stimulus fiskal dan pemilihan presiden yang akan digelar pada 3 November mendatang.

Dalam laporan terbarunya, TD Securities menyebutkan jika pemerintahan baru mulai terbentuk awal tahun depan, harga emas berpotensi reli lagi dan target harga 2021 dipatok di US$ 2.100/troy ons. 

"Rekor utang dan defisit yang dihasilkan, monetisasi dan kebijakan suku bunga sangat rendah Fed di seluruh kurva imbal hasil semua menyiratkan bahwa emas akan mengalami reli berkelanjutan, begitu pemerintah baru mulai beroperasi pada bulan-bulan awal 2021," kata laporan TD Securities, melansir Kitco.

Ini berarti, emas Antam juga memiliki masa depan cerah, dan berpotensi memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa Rp 1.065.000/batang untuk satuan 1 gram yang dicapai pada 7 Agustus lalu.

Sementara itu, Jeff Clark, analis logam mulia senior di Goldsilver.com, menyatakan setiap penurunan emas merupakan peluang untuk beli kembali.


Meski volatilitas emas sedang tinggi, artinya naik turun tajam dalam waktu singkat dan sering sekali terjadi, Clark masih belum merubah pandangannya jika emas masih akan terus menguat (bullish).

"Ada banyak sekali alasan untuk berinvestasi di emas. Banyak sekali katalis untuk emas saat ini, bahkan lebih banyak dari rambut di kepala saya. Kondisi pasar saat ini sangat sempurna untuk emas," kata Clark sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (9/10/2020) lalu.

Clark juga menyatakan tidak akan khawatir meski harga emas belakangan ini sedang menurun, sebab masih banyak ketidakpastian di dunia ini yang akan membawa emas kembali ke atas US$ 2.000/troy ons.

"Saya tidak akan terkejut jika di akhir tahun nanti emas berada di bawah US$ 2.000/troy ons. Sekali lagi, dalam gambaran besar, setiap penurunan harga emas merupakan peluang beli bagi saya," tegasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 15 Oktober 2020

Biar Cuma Menguat Tipis, Rupiah Runner-Up Asia Lho!

Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changers in Jakarta, Indonesia April 25, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga masih menghijau di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Kamis (15/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.760. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air juga menguat di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.670 di mana rupiah menguat 0,07%.

Sementara mata uang Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Pelemahan maupun penguatan mata uang Benua Kuning juga tipis-tipis saja, sama seperti rupiah.

Walau penguatan rupiah terbatas, tetapi masih bisa menjadi mata uang terbaik di Asia. Hanya kalah dari won Korea Selatan.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:

Penguatan rupiah terbatas karena investor masih menunggu rilis data perdagangan internasional yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada pukul 11:00 nanti. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pada September 2020, ekspor terkontraksi atau tumbuh negatif nyaris 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara impor diperkirakan ambles 25,15% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 2,06 miliar.

Jika sesuai dengan ekspektasi, maka surplus perdagangan sepanjang kuartal III-2020 tidak main-main. Angkanya mencapai lebih dari US$ 7 miliar.

Tingginya surplus neraca perdagangan membuat transaksi berjalan Indonesia kemungkinan bisa surplus pada kuartal III-2020. Kalau terwujud, maka akan menjadi surplus pertama sejak 2011. (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 14 Oktober 2020

Rupiah Lemas, Dolar AS Balik ke Rp 14.700

Warga menunjukkan uang baru 75.000 Ribu di Gedung BI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga menunjukkan uang baru 75.000 Ribu di Gedung BI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sentimen eksternal yang negatif membuat mata uang Tanah Air susah menguat.

Pada Rabu ( 14/10.2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.670 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Akan tetapi itu tidak bertahan lama. Pada pukul 09:09 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.700 di mana rupiah melemah 0,14%.

Apa boleh buat, investor memang sedang berhati-hati dan enggan mengambil risiko. Ini terlihat di bursa saham New York di mana dini hari tadi waktu Indonesia indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,55%, S&P 500 minus 0,63%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,1%.

Setidaknya ada dua faktor yang membuat investor bersikap risk-on. Pertama, ada berita kurang menggembirakan seputar pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Uji coba vaksin buatan Johnson & Johnson dihentikan sementara karena ada laporan salah satu relawan merasakan efek samping. "Butuh beberapa hari untuk mengumpulkan informasi dan melakukan evaluasi," kata Mathai Mammen, Kepala Riset dan Pengembangan Johnson & Johnson, seperti dikutip dari Reuters.

Dinamika ini membuat investor cemas. Kalau rilis vaksin anti-virus corona tertunda, maka ekonomi akan sulit dibangkitkan karena masyarakat belum merasa aman untuk beraktivitas di luar rumah. Resesi jadi semakin susah diakhiri.

"Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa kehadiran vaksin sepertinya masih memakan waktu. Johnson & Johnson sebelumnya cukup menjanjikan, tetapi sekarang berbalik arah," ujar Oliver Pursche, Presiden Bronson Meadows Capital yang berbasis di Connecticut, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kedua, pembahasan stimulus fiskal di AS lagi-lagi mentok. Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk Kongres AS), menolak proposal stimulus dari pemerintah yang bernilai US$ 1,8 triliun. Jumlah yang memang lebih rendah ketimbang usulan Partai Demokrat yaitu US$ 2,2 triliun.

"(Nilai stimulus) sangat kurang untuk mengatasi kebutuhan penanganan pandemi dan resesi yang begitu dalam," tegas Pelosi, seperti diberitakan Reuters.

Prospek ekonomi yang samar-samar karena kabar soal vaksin dan stimulus tersebut membuat investor langsung berkerumun di sekitar dolar AS. Pada pukul 07:56 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 13 Oktober 2020

Duh Rontok Lagi! Harga Emas Antam Kini Dibanderol Rp1,01 Juta

Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam turun lagi pada perdagangan Selasa (13/10/2020).

Harga emas dunia yang terkoreksi turun pada perdagangan Senin kemarin turut menyeret emas Antam.

Setelah melesat 1,19% pada hari Sabtu lalu, harga emas Antam kembali menurun sejak awal pekan kemarin.

Melansir data dari logammulia.com, situs resmi PT Antam, harga emas satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.015.000/batang atau turun 0,2% dibandingkan harga awal pekan kemarin. Persentase penurunan pada perdagangan Senin juga sama sebesar 0,2%.

Emas Antam satuan 100 gram yang biasa dijadikan acuan hari ini dibanderol Rp 95.712.000/batang atau Rp 957.120/gram, menguat 0,21%.

Harga emas dunia pada perdagangan Senin kemarin turun 0,39% ke US$ 1.921,94/troy ons, setelah melesat 1,6% di hari Jumat, yang membuat harga emas Antam naik tajam di hari Sabtu.

Koreksi harga emas dunia dipicu oleh dolar AS yang bangkit dari keterpurukan. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, naik tipis 0,01% setelah merosot dalam 3 hari beruntun. 

Besarnya pengaruh dolar AS ke pergerakan emas terlihat jelas pada pekan lalu. Indeks dolar AS hanya menguat sekali di hari Selasa, sisanya melemah. Sebaliknya, emas hanya melemah sekali di hari Selasa, sisanya menguat.

Dolar AS dan emas memang memiliki korelasi negatif, artinya pergerakannya berlawan arah, dan itu sangat terlihat pekan lalu.

Meski sedang menurun dalam 2 hari terakhir, tetapi para analis dan pelaku pasar bersikap memprediksi emas akan naik lagi di pekan ini.

Survei yang dilakukan Kitco terhadap para analis di Wall Street bahkan menunjukkan sangat bullish terhadap emas di pekan ini.

Dari 17 analis yang berpartisipasi, sebanyak 13 orang atau 76% memberikan outlook bullish (tren naik) di pekan ini, sebanyak 6% bearish (tren turun) dan 18% neutral atau bergerak sideways.

Kitco juga melakukan survei terhadap pelaku pasar, dari 1.164 yang berpartisipasi sebanyak 54% bullish, 26% bearish, dan 20% neutral.

Jika emas dunia kembali naik seperti prediksi di hasil survei tersebut, harga emas Antam tentunya akan naik kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 12 Oktober 2020

Maaf Ibu-ibu! Anies Lepas Rem Darurat PSBB, Emas Antam Ambles

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam turun pada perdagangan hari ini, Senin (12/10/2020), setelah menguat tajam pada pekan lalu. Harga emas Antam sedang diuntungkan dengan kenaikan harga emas dunia, tetapi sedikit terbebani penguatan rupiah.

Melansir data dari logammulia.com, situs resmi PT Antam, harga emas satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.017.000/batang atau turun 0,2%. Sementara pada hari Sabtu lalu melesat 1,19%.

Emas Antam satuan 100 gram yang biasa dijadikan acuan hari ini dibanderol Rp 95.912.000/batang atau Rp 959.120/gram, menguat 0,21%.

Harga emas dunia pada perdagangan Jumat (9/10/2020) melesat 1.929,43/troy ons, yang turut mengerek naik harga emas Atam di hari Sabtu.
Dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang lesu akibat ekspektasi stimulus fiskal di AS membuat emas melesat naik.

Harapan akan adanya stimulus membuat sentimen pelaku pasar membaik, dolar AS yang merupakan aset safe haven menjadi tidak menarik. Selain itu, jika stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang beredar akan bertambah di perekonomian, nilai dolar AS pun akan melemah.

Emas meski juga merupakan aset safe haven tetap menguat akibat pelemahan dolar AS. Selain itu, stimulus fiskal bersama dengan stimulus moneter merupakan "bahan bakar" utama emas menguat di tahun ini hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.

"Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentral AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas" kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.

Tetapi di sisi lain, dolar AS yang sedang lesu membuat nilai tukar rupiah menguat lebih dari 1% sepanjang pekan lalu. Penguatan tersebut meredam efek penguatan emas dunia.

Harga emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala Mata Uang Garuda menguat harga emas dunia tentunya menjadi lebih murah jika dikonversi ke rupiah.
Penguatan rupiah berpotensi berlanjut di pekan sini, sebab Gubernur DKI Jakatara melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai hari ini.

Pemprov DKI Jakarta telah memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Masa Transisi dengan ketentuan baru selama dua pekan ke depan, mulai tanggal 12 - 25 Oktober 2020.

Dalam PSBB Transisi kali ini, mal diizinkan buka hingga pukul 21:00, dengan kapasitas pengunjung maksimal 50% dari hari normal sebelum PSBB atau sebelum pandemi penyakit virus corona menyerang. Restauran juga kembali diizinkan melayani makan di tempat atau dine in.

Selain itu, bioskop juga dibuka kembali dengan kapasitas penonton maksimal 25%.

Pelonggaran PSBB tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah, jika terus menguat, harga emas Antam tentunya akan meredam kenaikan harga emas Antam, atau malah bisa turun lagi jika emas dunia juga terkoreksi setelah menguat tajam Jumat lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 09 Oktober 2020

Dolar Bonyok Dikeroyok di Asia, Rupiah Salah Satu Pelakunya!

Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changers in Jakarta, Indonesia April 25, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun belum bosan menapaki jalur hijau di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Jumat (9/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.737. Rupiah menguat 0,09% dibandingkan posisi kemarin.

Mata uang Tanah Air pun menguat di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.675 di mana rupiah menguat 0,07%.

Dolar AS memang sedang nyungsep. Seluruh mata uang utama Asia berhasil menguat di hadapan dolar AS, tidak ada yang tertinggal di zona merah.

Suku Bunga Rendah, Dolar AS Jadi Kurang Seksi

Tidak cuma di Asia, dolar AS juga lesu di tataran global. Pada pukul 09:29 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%.

Kemarin, Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) merilis notula rapat atau minutes of meeting edisi September 2020. Dalam notula tersebut, kata ketidakpastian (uncertainty) muncul 39 kali.

"Peserta rapat tetap memantau berbagai ketidakpastian, terutama yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Meningkatnya ketidakpastian membuat prospek ekonomi masih cenderung bergerak ke bawah (downside)," sebut notula itu.

Tingginya risiko downside terhadap perekonomian Negeri Paman Sam membuat Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memandang suku bunga acuan perlu ditahan rendah sebagai upaya 'merangsang' aktivitas ekonomi. Saat ini Federal Funds Rate berada di 0-0,25%, terendah sepanjang sejarah.

"Sepertinya masih layak (appropriate) untuk menahan suku bunga di tingkat yang sekarang sampai kondisi pasar tenaga kerja sesuai dengan target Komite yaitu penyerapan maksimal (maximum employment) dan inflasi naik ke kisaran 2%," lanjut notula itu.

Mengutip data dotplot arah suku bunga acuan AS ke depan, paling cepat Federal Funds Rate baru naik pada 2022, itu pun kemungkinannya kecil. Bahkan pada 2023 sebagian besar anggota FOMC masih menilai suku bunga acuan di 0-0,25% adalah yang paling tepat. Sepertinya suku bunga baru naik dalam jangka panjang (longer run).

Dengan suku bunga yang masih akan rendah sampai beberapa tahun ke depan, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS akan ikut terpangkas. Ini akan sangat terasa di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi yang sangat sensitif terhadap dinamika suku bunga.

Hasilnya, permintaan terhadap aset-aset berbasis dolar AS bakal turun. Greenback akan kehilangan keseksiannya, bahkan sampai beberapa tahun ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

 
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 08 Oktober 2020

Penguatan Dolar AS Semu, Rupiah & Emas Bakal Terus Menguat?

U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

 

PT RifanDolar Amerika Serikat (AS) membukukan penguatan di bulan September lalu, indeks yang mengukur kekuatan Mata Uang Paman Sam tersebut tercatat menguat 1,9% ke 93,886, melansir data Refinitiv. Penguatan di September tersebut menjadi kinerja bulanan terbaik dolar AS sepanjang tahun ini. 

Meski demikian, penguatan dolar AS diprediksi tidak akan berlangsung lama, paling mentok selama 3 bulan. Hal itu terlihat di survei yang dilakukan Reuters terhadap 75 analis valuta asing pada periode 28 September sampai 5 Oktober.

Sebanyak 54 dari 75 analis mengatakan penguatan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan, bahkan 13 diantaranya mengatakan penguatan the greenback sudah selesai.

Belakangan ini kinerja Mata Uang Paman Sam ini juga sudah mulai melempem, sejak menyentuh level tertinggi 2 bulan di 94,642 pada 25 September lalu, indeks dolar AS sudah turun lebih dari 1% hingga Selasa kemarin.

"Sejujurnya, outlook (dolar AS) untuk 3 bulan ke depan atau lebih sangat buruk karena Pemilihan Umum di AS... tetapi dalam beberapa pekan ke depan dolar AS masih tertolong oleh ketidakpastian politik," kata Kit Juckes, kepala strategi valuta asing di Societe Generale, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (6/10/2020).

Amerika Serikat akan melaksanakan pemilihan presiden (pilpres) pada 3 November mendatang, untuk sementara Joseph 'Joe' Robinette Biden Jr. yang merupakan calon presiden dari Partai Demokrat diunggulkan memenangi pilpres dari lawannya petahana Partai Republik Donald Trump.

Volatilitas dolar AS juga diprediksi masih tinggi jelang pilpres, dengan potensi kenaikan atau pun penurunan sebesar 2%.

Dolar AS yang diprediksi akan melemah tentunnya menguntungkan bagi rupiah yang berada dalam tren melemah sejak bulan Juni lalu. Pada 8 Juni, rupiah berada di level Rp 13.850/US$, sementara pada hari ini, Rabu (7/10/2020), mengakhiri perdagangan di level Rp 14.690/US$. Artinya sepanjang periode tersebut rupiah melemah 6,06%.

Pada 11 September lalu, rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp 14.950/US$, sebelum memperbaiki posisinya, tetapi masih membukukan pelemahan 1,92%.

Dengan penguatan dolar AS yang diprediksi segera berakhir, tentunya ruang penguatan rupiah di penghujung tahun ini terbuka lebar. Tentunya dengan syarat penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) bisa diredam, serta stabilitas dalam negeri yang 2 hari terakhir dilanda demo dan aksi mogok buruh menolak Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).

Disahkanya UU Ciptaker oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (5/10/2020) lalu disambut positif oleh pelaku pasar yang membuat rupiah menguat tajam kemarin. UU Ciptaker dianggap dapat memperbaiki iklim investasi sehingga menarik lebih banyak investor.

Tetapi, jika sampai UU Ciptaker membuat stabilitas dalam negeri terganggu, investor tentunya bukannya malah masuk tetapi kabur, rupiah pun bisa terpukul.

Emas Juga Diuntungkan Pelemahan Dolar AS

Selain rupiah, emas dunia juga akan diuntungkan jika dolar AS pada akhirnya kembali melemah.

Sebelum bangkit di bulan September, indeks dolar AS berada di level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Buruknya kinerja dolar AS tersebut menjadi salah satu pemicu melesatnya harga emas dunia hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.
Sejak mencapai level tersebut kinerja emas kembali melempem, saat indeks dolar AS menguat 1,9% di bulan September harga emas dunia merosot 4,28%.

Pergerakan tersebut menujukkan bagaimana dolar AS dan emas dunia berkorelasi negatif, artinya ketika dolar AS melemah emas akan menguat, begitu juga sebaliknya. Sebabnya, emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala the greenback melemah harga emas dunia akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaannya akan meningkat.

Kemarin harga emas dunia merosot 1,87% ke US$ 1.877,12/troy ons, sebabnya Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.

"Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.

Alhasil, harapan akan gelontoran stimulus guna membangkitkan perekonomian AS menjadi pupus, emas pun terpukul. Stimulus fiskal serta stimulus moneter merupakan bahan bakar emas untuk terus menanjak.

Dari sisi stimulus moneter sepertinya sudah mentok, bank sentral AS (The Fed) sudah membabat habis suku bunga menjadi 0,25%, dan melakukan pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas, berapa pun akan digelontorkan selama dibutuhkan perekonomian. The Fed juga menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga tahun 2023.

Sehingga stimulus fiskal terbaru di AS yang akan dinanti untuk membawa emas kembali melesat naik.

Efek stimulus fiskal dan moneter membuat jumlah dolar AS yang beredar di dunia ini menjadi bertambah, nilainya pun akan melemah. Emas bisa mendapat tenaga dobel, dari stimulus dan pelemahan dolar AS.

Meski saat ini pembahasan stimulus dihentikan, tetapi cepat atau lambat tentunya akan cair juga guna membantu perekonomian AS yang sedang nyungsep.

"Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentral AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas" kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 07 Oktober 2020

Awas IHSG! Trump Bisa Hentikan Euforia UU Ciptaker Jokowi

Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT Rifan Financindo BerjangkaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,82% ke 4.999,2 pada perdagangan Selasa kemarin. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 202 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi mencapai Rp 7,1 triliun.

Pemerintah di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengesahkan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja pada Senin sore disambut baik pelaku pasar.

Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution berpendapat, di tengah pro-kontra Omnibus Law di masyarakat, menurutnya, pengesahan UU Cipta Kerja akan menjadi salah faktor yang akan meningkatkan iklim investasi.

Pasalnya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga internasional, masalah ketenagakerjaan di Indonesia selama ini merupakan salah satu faktor yang dinilai kurang bisa bersaing dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita.

"Memang dengan pengesahan ini tidak serta merta arus investasi asing langsung meningkat pesat, melainkan masih perlu beberapa waktu ke depan. Terlebih dengan adanya pandemi ini yang membuat perekonomian global dan domestik masih terpuruk dalam, kegiatan investasi diperkirakan masih sangat terbatas," kata Damhuri, saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (6/10/2020).

Meski demikian, isu resesi Indonesia membuat IHSG gagal mengakhiri perdagangan di atas 5.000. Satu lagi tanda kelesuan ekonomi Indonesia terlihat. Semakin terkonformasi bahwa Indonesia sudah masuk masa resesi ekonomi.

Tanda tersebut adalah keyakinan konsumen. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2020 sebesar 83,4. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,9.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen punya persepsi yang pesimistis menghadapi samudera ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.

Sementara itu kabar buruk datang dari luar negeri, bursa saham AS (Wall Street) merosot pada perdagangan Selasa kemarin, yang tentunya dapat memberikan dampak negatif ke pasar Asia dan IHSG hari ini, Rabu (7/10/2020). Merosotnya Wall Street terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.

"Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.

Alhasil, harapan akan gelontoran stimulus guna membangkitkan perekonomian AS menjadi pupus. Keputusan Trump tersebut juga bisa menghentikan euforia UU Ciptaker yang membuat IHSG menguat kemarin.

Secara teknikal, level psikologis 5.000 terbukti masih "angker" bagi IHSG. Kemarin IHSG memang menguat hingga ke 5.023, tetapi di akhir perdagangan kembali ke bawah level 5.000, memang "angker"

Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai bergerak naik, dan masih dekat wilayah jenuh jual (oversold).

jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sementara itu, indikator Stochastic grafik 1 jam berada di wilayah overbought. Sehingga ada risiko IHSG akan terkoreksi jika tertahan di bawah level "angker" 5.000.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran 4.970, jika ditembus IHSG berisiko turun ke 4.930. Jika ditembus, IHSG berpeluang turun ke 4.900, sebelum menuju support kuat 4.867 yang merupakan Fib. Retracement 38,2% pada grafik harian.

Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.

Sementara jika mampu menembus konsisten di atas level 5.000 IHSG bnerpotensi menuat ke 5.035 sebelum menuju 5.075.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 06 Oktober 2020

Nggak Cuma Rupiah, Harga Emas Juga Terang Benderang Hari Ini

Harga emas ritel PT Aneka Tambang pada Jumat (24/5/2013) ini kembali mengalami kenaikan harga. Dibandingkan dengan harga Kamis (23/5/2013) kemarin, kenaikan terjadi sebesar Rp 3.000 per gram. File /detikFoto.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto

PT Rifan - Sejumlah tren positif ditorehkan di market hari ini. Selain IHSG dan rupiah yang hijau, harga emas hari ini juga mengkilau.

Harga emas Antam hari ini Selasa (6/10/2020) tercatat sebesar Rp 1.017.000 per gram atau naik Rp 2.000 dibandingkan Senin (5/10) kemarin. Harga emas sendiri belum pernah turun dalam tiga hari terakhir.

Setali tiga uang, harga pembelian kembali atau buyback hari ini juga naik Rp 3.000. Dengan demikian harga buyback emas Antam hari ini dijual Rp 912.000 per gram.

Harga emas Antam tersebut sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9%. Bila ingin mendapatkan potongan pajak lebih rendah, yaitu sebesar 0,45% maka bawa NPWP saat transaksi.

Berikut rincian harga emas Antam hari ini:

  • Emas batangan 1 gram Rp 1.017.000
  • Emas batangan 5 gram Rp 4.865.000
  • Emas batangan 10 gram Rp 9.665.000
  • Emas batangan 25 gram Rp 24.037.000
  • Emas batangan 50 gram Rp 47.995.000
  • Emas batangan 100 gram Rp 95.912.000
  • Emas batangan 250 gram Rp 239.515.000
  • Emas batangan 500 gram Rp 478.820.000
  • Emas batangan 1.000 gram Rp 957.600.000

(eds/eds)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 05 Oktober 2020

Negeri Raja Salman Murka ke Erdogan, Arab-Turki Perang Dagang

Turkish President Tayyip Erdogan addresses  businessmen in Trabzon, Turkey August 12, 2018. Cem Oksuz/Presidential Palace/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS PICTURE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVE.
Foto: Cem Oksuz/Presidential Palace/Handout via REUTERS

Rifan Financindo - 'Perang' terjadi antara Arab Saudi dan Turki. Namun, bukan konfrontasi militer bersenjata, melainkan perdagangan.

Ketegangan politik kedua negara sepertinya akan meluas ke perdagangan. Pejabat negeri Raja Salman itu menyerukan boikot terhadap semua produk Turki, mulai dari impor, investasi hingga pariwisata.


"Boikot semua dari Turki, baik dari level impor, investasi dan pariwisata," Kepala Kamar Dagang Arab Saudi Al Ajan dikutip dari Gulf News, Senin (5/10/2020).

"Ini adalah tanggung jawab semua orang Saudi (untuk memboikot)."

Seruan boikot muncul setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan beberapa negara Teluk menargetkan Turki dan menerapkan kebijakan yang membuat kawasan tidak stabil.

"Namun, kita akan terus mengibarkan bendera kami di wilayah ini selamanya, dengan izin Allah," kata Erdogan kepada Majelis Umum Turki pekan lalu.

Jika arahan itu diikuti, menurut Al Arabiya, ini akan mempengaruhi ribuan eksportir Turki. Apalagi pada saat ekonomi Turki sedang goyah.

Arab Saudi adalah pasar ekspor ke-15 negara itu. Negara Raja Salman itu juga titik transit untuk barang-barang Turki.

Lira Turki telah menukik, turun ke rekor terendah melawan dolar AS. Lira adalah salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di dunia tahun ini, turun 22% menurut Reuters.

Dampak virus corona dikombinasikan dengan krisis mata uang yang dimulai pada 2018 telah menyebabkan resesi tajam di negeri Erdogan. Cadangan devisa bruto di bank sentral turun hampir setengahnya tahun ini.

Sementara itu, ditulis Bloomberg, Turki tak akan diam bila langkah itu diambil Saudi. Menurut sumber yang dekat dengan ini, negara itu akan melapor ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Ditulis media yang sama, Kemal Gul-sebuah perusahaan logistik Turki, mengatakan kargo transit melalui darat telah diblokir. Sebelumnya Turki dan Arab Saudi berseteru soal kematian jurnalis anti Riyadh, Jamal Khashoggi, di Istanbul pada 2018. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 02 Oktober 2020

Shanghai & Hang Seng Masih Prei, Nikkei & STI Dibuka Hijau

People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

PT Rifan - Bursa Efek di Hong Kong, China, dan Korea Selatan pada hari ini, Jumat (2/10/2020) belum dibuka karena masih memperingati libur nasional. Hal ini membuat bursa saham Asia hanya dibuka di beberapa negara saja.

Data perdagangan mencatat, indeks Nikkei Jepang menguat 0,47%, setelah pada perdagangan Kamis (1/10/2020) kemarin, bursa saham Jepang ditutup sepanjang hari karena terjadi kendala teknis.

Sedangkan, indeks STI Singapura dibuka menguat tipis 0,03%.

Di kawasan Asia, data ekonomi yang sudah dirilis hari ini adalah data tingkat pengangguran Jepang pada Agustus 2020. Tercatat tingkat pengangguran Negara Sakura tersebut berada di angka 3,0%, naik 0,1 poin dari sebelumnya pada Juli di angka 2,9%.

Masih di Jepang, data ekonomi lainnya yang akan dirilis pada hari ini adalah data keyakinan konsumen.

Beralih ke bursa efek acuan dunia Negeri Paman Sam, Wall Street ditutup menghijau pada penutupan dini hari tadi (2/10/2020).

Dow Jones terapresiasi 0,13%, S&P 200 naik 0,54%, sedangkan Nasdaq loncat 1,42%.

Apresiasi bursa saham terpangkas pada akhir perdagangan setelah negosiasi paket stimulus antar Partai Demokrat dan Partai Republik kembali tegang meskipun masih bisa menghijau karena saham-saham teknologi kembali melesat.

Juru Bicara House of Representative (DPR AS), Nancy Pelosi mengkritisi tawaran stimulus yang diberikan oleh White House yang menyebabkan pudarnya optimisme investor akan paket stimulus yang akan tiba dalam waktu dekat.

"Ini bukan setengah dari kue, tawaran yang mereka berikan hanyalah ujung kue saja, tidak berguna bernegosiasi dengan mereka apabila mereka tidak menginginkan terjadinya kesepakatan." Ujar Nancy,

Gedung Putih menawarkan Nancy paket stimulus sebesar US$ 1,6 triliun dari proposal Partai Demokrat yakni sebesar US$ 2,2 triliun.

Tawaran dari Gedung Putih termasuk tambahan US$ 400 per minggu untuk para pengangguran, lebih sedikit dari US$ 600 yang diminta oleh Demokrat.

Paket stimulus ini juga menawarkan bantuan kepada industri maskapai penerbangan untuk mengurangi PHK setelah menurunya tingkat pengunaan pesawat pasca diserang pandemi virus corona (Covid-19).

Maskapai penerbangan raksasa setuju tidak akan melakukan PHK terhadap karyawanya apabila paket stimulus ini cair.

Meskipun stimulus sedang absen nampaknya pemulihan di pasar tenaga kerja berlanjut meskipun memang melambat.

Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan 837 ribu orang mengklaim bantuan pengangguran per minggu 26 September. Lebih sedikit daripada konsensus yang menargetkan angka 850 ribu dan merupakan titik terendah pasca diserang pandemi Covid-19 Maret lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 01 Oktober 2020

Ada Kabar Baik dari AS & China, Rupiah Siap Berjaya!

Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.840/US$ pada perdagangan Rabu kemarin. Sejak awal pekan rupiah selalu berakhir tipis-tipis 0,3%, melemah di hari Senin dan menguat dalam 2 hari terakhir.

Sementara pada perdagangan hari ini, Kamis (1/10/2020) rupiah berpeluang menguat lebih tajam melihat indeks dolar AS yang kembali melemah, meski tipis 0,01%. Meski tipis, tetapi indeks dolar AS sudah melemah 3 hari beruntun. Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat dolar AS kurang menarik.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang kemarin berhasil menguat, sebab pelaku pasar mulai optimis stimulus fiskal di AS akan segera cair.

Selain itu serangkaian data ekonomi dari AS kemarin juga menunjukkan pemulihan ekonomi yang menjanjikan. Sektor swasta AS mampu merekrut 749 ribu tenaga kerja di bulan September, kemudian aktivitas manufaktur di wilayah Chicago melesat naik dengan angka purchasing managers' index (PMI) sebesar 62,4, jauh lebih tinggi ketimbang bulan Agustus 51,2.

Kemarin, kabar bagus juga datang dari China yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang mampu dipertahankan setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur China bulan September sebesar 51,5, naik dari bulan sebelumnya 51.
China menjadi contoh negara yang sudah mampu meredam penyebaran Covid-19 akan bisa segera bangkit.

Secara teknikal, belum ada perubahan level yang harus diperhatikan mengingat rupiah melemah tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Selama tertahan di atasnya, rupiah cenderung akan melemah untuk jangka panjang. Tetapi kabar baiknya, pergerakan rupiah sepanjang pekan lalu membentuk pola Double Top. Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.820/US$, penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp 14.780/US$, sebelum menuju Rp 14.730/US$ yang menjadi support kuat untuk minggu ini.

Kemampuan menembus support tersebut akan membawa rupiah menguat lebih jauh ke Rp 14.590/US$ di pekan ini.

Sementara resisten berada di level 14.870/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.930/US$ hingga Rp 14.950/US$.

Rupiah berisiko melemah ke Rp 15.000/US$ di pekan ini jika Rp 14.950/US$ juga ditembus.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap) 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan