Rabu, 21 Oktober 2020

Masa Depanmu Cerah, Rupiah!

Warga menukar uang nominal Rp.  5000 di teller bank di tempat penukaran uang receh di IRTI Monas, Jakarta, Selasa (22/5). Sejumlah perbankan menyediakan jasa tukar uang receh di kawasan tersebut. Banyak warga yg menukar uang receh untuk keperluan lebaran dan dikasih kepada sanak saudara dan kerabat.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya mata uang Tanah Air belum mau menginjak pedal rem meski sudah melaju kencang akhir-akhir ini.

Hari ini, Rabu (21/10/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.630 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,14% di hadapan dolar AS. Tidak tanggung-tanggung, rupiah menjadi mata uang terbaik Asia.

Sejauh ini rupiah berada di atas angin sepanjang Oktober. Sejak akhir September hingga kemarin, rupiah menguat 1,28% di hadapan dolar AS. Rupiah jadi mata uang terbaik keempat di Benua Kuning.

Masa Depan Rupiah Cerah

Ke depan sepertinya prospek rupiah juga lumayan cerah. Sebab, minat investor terhadap aset-aset berbasis rupiah masih tinggi.

Contoh, kemarin pemerintah melelang tujuh seri obligasi. Penawaran yang masuk cukup tinggi, mencapai Rp 83,02 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah mengambil Rp 32,75 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang sebesar Rp 20 triliun.

Tingginya minat pelaku pasar membuat harga Surat Berharga Negara (SBN) naik yang kemudian menekan imbal hasil (yield). Saat ini yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,659%, terendah sejak 6 Maret.

"Yield SBN turun 20 basis poin (bps) sejak pekan lalu. Ini karena tingginya permintaan investor domestik seiring likuiditas yang berlimpah. Investor asing pun masih tertarik untuk masuk," tulis riset Citi.

Per 19 Oktober, nilai kepemilikan SBN oleh investor asing tercatat Rp 948,2 triliun. Naik Rp 15,05 triliun (1,61%) dibandingkan posisi akhir September.

Salah satu pemanis dalam berinvestasi di SBN tentu yield-nya. Meski terus turun, yield SBN masih lebih tinggi ketimbang negara-negara tetangga.

Saat ini yield obligasi pemerintah Filipina untuk tenor 10 tahun adalah 2,946%. Sementara di Malaysia 2,614%, Singapura 0,854%, dan Thailand 1,39%.

"Ke depan, Bank Indonesia (BI) memandang penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued. Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun, serta likuiditas global yang besar," sebut keterangan tertulis BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar